ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN
PRIORITAS MASALAH GANGGUAN KEBUTUHAN
DASAR MOBILISASI DI KECAMATAN MEDAN
AMPLAS DESA HARJOSARI II
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Prasti Yolita
1225000002
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
ii
KATA PENGHANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Imobilisasi di Kec.Medan Amplas. Desa Harjosari II .”
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu, Diah Arrum S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan waktunya dan kesempatanya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan sekaligus dosen Pembimbing Akademik saya. .
2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
3. Bapak Mula Tarigan S.Kp, Ns, M.Kep selaku sekretaris DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
iii
waktunya dan kesempatannya untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 5. Reni Asmara, SKp., MARS sebagai dosen penguji.
6. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini sebagai penulis secara khusus ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Terutama rasa syukur dan terimakasih yang begitu mendalam kepada kedua orang tua saya yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat serta doanya kepada saya untuk menyelesaikan pendedidikan ini.
2. Kepada Saudara kandung saya Prastyo Siswoyo dan Prastya Ashilla yang selalu memberikan semangat dan doanya kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,dan kepada saudara-saudara saya yang telah banyak membantu saya, memberi inspirasi kepada saya dan memberikan doanya juga kepada saya, saya ucapkan terima kasih. . 3. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII
keperawatan Fakultas Keperawatan USU, khususnya stambuk 2012 yang begitu padu dengan kekompakannya.
4. Dan terakhir saya ucapkan terimakasih kepada Muhammad Ikhsan yang meberi semangat dan dukungannya kepada saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah saya ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Amin
Medan,10 Juni 2015 Hormat saya,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
A. Asuhan keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilisasi ... 4
2.1Pengkajian ... 9
2.2Analisa Data ... 16
2.3Rumusan Masalah ... 19
2.4Perencanaan... 21
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 27
1. Pengkajian ... 27
2. Analisa Data ... 39
3. Masalah Keperawatan ... 40
4. Diagnosa Keperawatan... 40
5. Perencanaan... 41
6. Implementasi dan Evaluasi ... 44
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai keseluruhan yang komplit, independen, dan holistik, yang secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual tidak dapat dipisahkan. Teori Handerson mempunyai 14 kebutuhan dasar manusia yaitu, bernafas secara normal, makan dan minum yang cukup, eleminasi, bergerak, dan mempertahan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), memilih cara berpakaian, berpakaian dan melepas pakaian, memepertahankan temperatur suhu tubuh dalam rentang normal, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribadah menurut keyakinan, bekerja yang menjanjikan prestasi, bermain, dan berpartisipasi dalam bentuk rekreasi, belajar, dan menggali ilmu pengetahuan (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak lepas dari keadekuatan sistem pernafasan dan sistem muskuloketal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak, manusia memerlukan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2009).
2
terjadi antara lain, gangguan sistem: respiratori,kardiovaskuler,muskuloskeletal, eleminasi, hingga kehilangan fungsi motorik. Sehingga gangguan mobilitas membutuhkan penanganan yang cepat dan komprenhensif. Pengguna proses keperawatan, aplikasi kritis anatomi dan fisiologi, dan pengalaman dengan pasien memungkinkan perawat mengembangkan rencana keperawatan secara individual untuk pasien yang mengalami gangguan mobilisasi dan juga beresiko. Rencana keperawatan dibuat untuk meningkatkan status fungsional pasien, meningkatkan perawatan mandiri, mempertahankan kondisi pisikologis, dan mengurangi bahaya imobilisasi (Potter dan Perry, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan kebutuhan dasar mobilisasi di kecamatan medan amplas kelurahan harjosari II.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengkaji asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan mobilisasi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan gangguan mobilisasi
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn.S denagan gangguan mobilisasi
3
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan gangguan mobilisasi
C. Manfaat
Hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan bagi penelitian keperawatan
a. Pendidikan keperawatan
Hasil penulisan ini dapat memberikan informasi kepada dosen, mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b. pelayan keperawatan
4
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dwngan Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilitas
Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktifitas (bergerak). Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem/organ tubuh diantaranya, tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf, dan sendi. Mobilitas atau mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas dalam rangka mempertahankan kesehatanya (Potter dan Perry, 2005).
1. Pengertian Mobilisasi
5
1.1 Jenis-jenis Mobilisasi
Berdasarkan jenisya, menurut Hidayat, (2009) mobilisasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa adanya gangguan pada bagian tubuh.
2. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebagian terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang tidak menetap. Hal tersebut dinamakan sebagai batasan yang bersifat reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya: adanya dislokasi pada sendi atau tulang. b. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu
6
1.2 Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, gaya hidup (dampak perilaku/kebiasaan sehari-hari), proses penyakit (misalnya, seseorang dengan lumpuh/stroke), kebudayaan, tingkat energi (energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi, untuk itu seseorang dapat melakukan mobilisasi dengan baik apabila memiliki energi yang cukup), dan usia (Hidayat, 2012). Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau ekstremitas atau lebih (berdasarkan tingkat aktifitas (Wilkinsom dan Ahern, 2010). Hambatan mobilisasi moblitas fisik adalah keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerakan fisik, tetapi bukan imobilisasi (Carpenito, 2009).
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan (imobilisasi) adalah gangguan muskuloskeletal yang meliputi, osteoporosis, atropi, kontraktur, fraktur, kekakuan dan sakit sendi. Gangguan kardiovaskular yang meliputi, postural hipotensis, vasodilatasi vena. Gangguan sistem respirasi yang meliputi
penurunan gerak pernafasan, bertambahnya sekresi paru, atelektasis, dan hipostatis pneumonia (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
1.3 Dampak dari Imobilisasi
Dampak dari imobolisasi memengaruhi sistem tubuh seperti, perubahan pada metabolisme tubuh, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, perubahan sistem pernafasan, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan kardiovaskuler, perubahan musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (Buang air besar, buang air kecil) dan perubahan perilaku (Hidayat, 2012). Sebagai etiologi, defisit perawatan diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan ketidak berdayaan (misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan defisit perawatan diri akibat kelemahan residual karena penyakit stroke) (Wilkinson dan Ahern, 2012).
8
tuntutan akan perawatan diri saat ini atau dimasa yang akan datang. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitasperawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009)
Defisit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas atau hambatan mobilitas fisik (Wilkinson dan Ahern, 2012). Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria, 2009 adalah sebagai berikut:
a. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. BAB/BAK (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
9
yang menbentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan massa otot tidak mampu mempertahankan aktifitas tanpa peningkatan kelelahan. Massa otot menurun akibat gangguan metabolisme dan otot tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama (Potter dan Perry, 2005).
2. Asuhan Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilisasi
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan kepeawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA) (Nursalam, 2009). Menurut Hidayat (2012) pengkajian pada kebutuhan mobilisasi dan imobilisasi meliputi, riwayat sekarang, penyakit terdahulu, kemampuan fungsi motorik, kemampuan mobilitas, kemampuan rentang gerak, perubahan intoleransi aktifitas, kekuatan otot, gangguan koordinasi, dan perubahan psikologi.
a. Pengkajian riwayat pasien saat ini
10
imobilitas, pada daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
b. Pengkajian riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas seperti adanya riwayat penyakit sistem neurologi (cerebro vaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, cedera medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruktif menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakain obat-obatan seperti sedatif, hipnotik, depressan sistem saraf pusat, laksatif, dan lain-lain.
c. Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas
Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas meliputi kemampuan untuk miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah secara mandiri.
2.1.1 Batasan Karakteristik
11
pergerakan, ketidakstabilan postur tubuh, melambatnya pergerakan, gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi. Menurut Carpenito (2009), batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik terdiri dari batasan karakteristik mayor dan batasan karakteristik minor. Mayor (80%-100%) yaitu tergantungnya kemampuan untuk bergerak secara sengaja didalam lingkungan (misalnya, mobilitas ditempat tidur, berpindah tempat, ambulasi), dan keterbatasan rentang gerak (range of motion/ROM). Minor (50%-80%) yaitu keterbatasan gerak dan keengganan untuk bergerak.
Pengkajian mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, bediri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas Tingkat
aktifitas/ mobilitas
Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh/ mandiri Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat atau peralatan
Tingkat 2 Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan atau alat
Tingkat 4 Semua tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
Sumber : Potter dan Perry (2005)
12
servikal), bahu, siku, lengan, jari-tangan, ibu jari, pergelangan tangan, pinggul, dan kaki (lutut, telapak kaki, jari kaki).
Tabel 2.2
Pengkajian Rentang Gerak
Gerak sendi
Derajat rentang normal (º) Leher
Fleksi : menggerakan dagu menempel ke dada Ekstensi : mengembalikan keposisi tegak
Hiperekstensi : menekuk kepala kebelakang sejauh mungkin Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikan lengan dari posisi disamping tubuh kedepan keposisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikkan lengan keposisi disamping tubuh Hiperekstensi : mengembalikan lengan hingga kebelakang tubuh siku tetap lurus
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap keposisi yang paling jauh Addiksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin
45
Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu
Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan tangan
150
Pergelangan Tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh mungkin
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap kearah atas
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
80-90 80-90 70-90 0-20 30-50
Tangan dan Jari
Fleksi : buat kepalan tangan Ekstensi : luruskan jari
Hiperekstensi : tekuk jari- jari tangan kebelakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tangan
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi
13
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Gerak sendi
Derajat rentang normal (º) Pinggul
Fleksi : menggerakan tungkai ke depan dan ke atas
Ekstensi : menggerkan kembali kesamping tungkai yang lain Hiperekstensi : menggerakan tungkai kebelakang tubuh
90-120 90-120 30-50
Pinggul
Abduksi : menggerakan tungkai kesamping menjauhi tubuh Adduksi : menggerakan tungkai kembali keposisi medial dan melebihi jika mungkin
30-50 30-50
Lutut
Fleksi : mengerakan tumit ke arah belakang paha
Ekstensi : menggerakan tungkai kembali keposisi medial da melebihi jika mungkin
120-130 120-130
Mata kaki
Dorsofleksi ; menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas
Plantarfleksi : menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk kebawah
20-30 45-50
Jari –jari kaki
Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki kebawah Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki
Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain Adduksi : merapatkan kembali bersama-sma
30-60 30-60 ≤15 ≤15
Sumber : Potter dan Perry (2005)
14
Tabel 2.3
Derajat Kekuatan Otot Skala Persentase
Kekuatan Normal (%)
Karakteristik
0 0 Paralis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan,kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakan yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal
Sumber : Potter dan Perry (2005)
Pengkajian defisit perawatan diri mandi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan perawatan diri, dan membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat dilakukan, gambaran pada tabel berikut dapat membantu dalam menentukan angka yang dapat menunjukkan tingkat fungsi pasien:
Tabel 2.4 Tingkat Fungsi
Tindakan Ketergantunagan Total(+4)
Ketergantungan Sedang (+3)
Semi Ketergantungan (+2)
Mandi Pasien
membutuhkan mandi lengkap; tidak dapat membantu sama sekali.
Perawat menyediakan seluruh peralatan; mengatur posisi pasien; membersihkan
punggung, tungkai, perineum, dan semua bagian tubuh lain, sesuai keperluan; pasien dapat membantu
Perawat memberikan seluruh peralatan; mengatur posisi pasien ditempat tidur/kamar mandi. Pasien dapat mandi sendiri kecuali untuk bagian kaki dan punggung Hygiene oral Perawat
melakukan seluruh prosedur
Perawat menyediakan sikat gigi, pasta gigi, posisi pasien
Perawat menyediakan peralatan; pasien melakukan hygine mulut.
15
Pengkajian defisit perawatan diri eliminasi dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan perawatan diri, dan membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat dilakukan, defisit perawatan diri eleminasi adalah hambatan kemempuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan eleminasi. Defisit perawatan diri eleminasi dapat menjadi etiologi (yaitu, faktor berhubungan) untuk kerusakan intregitas kulit atau isolasi sosial penjelasan pada tabel berikut dapat membantu dalam menentukan angka yang dapat menunjukkan tingkat fungsi pasien:
Tabel 2.5 Tingkat Fungsi
Tindakan Ketergantungan Total (+4)
Eleminasi Inkontinensia; perawat menempatkan pasien pada pispot atau kursi buang air
Perawat menyediakan pispot,
menempatkan pasien pada atau membantu pasien turun dari pispot, menempatkan pasien dikursi buang air
pasien dapat jalan kekemar kecil atau kursi buang air dengan bantuan; perawat membantu mengenakan atau melepas pakaian
Sumber : Wilkinson dan Ahern, (2011)
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain, perubahan perilaku, smeningkatnya emosi, perubahan dalam koping mekanisme dan lain-lain. Data dasar pengkajian pasien dengan gangguan mobilisasi berdasarkan Doenges (2000) antara lain:
a. Aktivitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang lumpuh (stroke). b. Sirkulasi
16
kehilangan darah).Takikardia (sebagai respons stress, hypovolemia). Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. Pengembangan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera.
c. Neurosensori
Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, kebas atau kesemutan (parestesis) dengan tanda deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Serta adanya agitasi (berhubungan dengan nyeri/cemas atau trauma lain.
d. Gangguan Pergerakan
Meliputi penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala, dan efek dari gangguan pergerakan (Tarwoto dan Watonah, 2003).
e. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran, postur/bentuk tubuh (skoliosis, lordosis, kifosis, dan cara berjalan), Ekstremitas (kelemahan, gangguan sensori,tonus otot, atropi, tremor, gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi, dan kekuatan sendi) (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
2.2 Analisa Data
17
Selanjutnya setelah semua langkah dilakukan maka diagnosa keperawatan bisa ditegakkan (Nursalam, 2009). Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien, kemampuan pasien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien (Potter dan Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan paien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama pasien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data
(re-assessment )(Nursalam, 2009).
2.2.1 Tujuan Pengumpulan Data :
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien 3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
18
2.2.2 Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tiak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya, tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Nursalam, 2009)
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Nursalam, 2009).
19
2.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah apa yang akan dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien (Nursalam, 2009).
Menurut Hidayat (2012) masalah yang mungkin muncul pada masalah kebutuhan dasar mobilisasi antara lain :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur/trauma
2. Gangguan penurunan kardiak out put berhubungan dengan imobilisasi 3. Resiko injuri (jatuh)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi 5. Sindroma perawatan diri
6. Gangguan eliminasi berhubungan dengan imobilisasi 7. Retensi urin berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik 8. Inkontinensia urin berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik 9. Gangguan interaksi social
10.Gangguan konsep diri
Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi fisik harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian pada saat perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (potter dan perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan mobilisasi (NANDA dalam Potter dan Perry, 2005) yaitu :
20
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan fraktur/trauma
4. Resiko gangguan integritas kilit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi 6. Inkontinensia urin berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi 7. Resiko cedera ketidakpatenan mekanika tubuh
8. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakpatenan posisi tubuh
9. Ketidakefektifan pola nafas brhubungan dengan ketidakpatenan posisi tubuh
10.Gangguan integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilissi
11.Resiko infeksi berhubungan dengan rusaknya integritas kulit
12.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan cairan
13.Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan pengurangan tingkat aktifitas
14.Gangguan pola tidur berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
Menurut Wilkinson (2011) diagnosa yang mungkin muncul pada hambatan mobilisasi antara lain :
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan 2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas
3. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
21
5. Nyeri berhubungan dengan kram otot akibat imobilisasi
6. Disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan imobilisasi
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik 8. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan deficit mobilisasi
2.4 Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2009).
Perawat membuat perencanaan intervensi teraupetik terhadap pasien yang bermasalah keejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko.
Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat resiko pasien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangannya pesien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup. Perencanaan keperawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan pasien untuk mempertahankan fungsi motorik dan kemandirian. Perawat dan pasien bekerja sama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan pasien dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal dimana pasien berada dirumah sakit ataupun dirumah (Potter dan Perry, 2005).
22
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal
3. Menunjukkan tingkat mobilisasi ditandai dengan indikator tingkat ketergantungan fisik individu (0-4) yaitu: mampu merawat diri sendiri secara penuh, memerlukan penggunaan alat, memerlukan bantuan atau pengawas orang lain, memerlukan bantuan, pengawas orang lain, dan peralatan, sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
4. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dan ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran
5. Mencapai ROM penuh atau optimal 6. Mencegah kontraktur
7. Mempertahankan kepatenanjalan nafas
8. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
9. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi 10.Memobilisasi sekresi jalan nafas
11.Mempertahankan fungsi kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, sistem perkemihan
12.Meningkatkan toleransi aktivitas 13.Mencapai pola eliminasi normal 14.Mempertahankan pola tidur normal 15.Mencapai sosialisasi
23 17.Mencapai stimulasi fisik dan mental
18.Memperbaiki gangguan psikologis dan koping individu yang efektif
Perencanaan keperawatan hambatan mobilisasi fisik menurut Carpenito (2009) antara lain :
2.4.1 Kriteria Hasil
Individu akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas, dengan indikator sebagai berikut :
1. Mendemonstrasikan cara penggunaan alat adaptif untuk meningkatkan mobilitas
2. Melakukan langkah-langkah pengaman untuk meminimalkan kemungkinan cedera
3. Menjelaskan rasional intervensi
4. Mendemonstrasikan langkah-langkah untuk meningkatkan mobilitas
2.4.2 Intervensi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2005) intervensi pada diagnosa hambatan mobilitas fisik antara lain :
1. Kaji faktor penyebab
Trauma (misalnya, robekan kartilago, fraktur, amputasi), prosedur pembedahan (misalnya, perbaikan letak sendi, reduksi fraktur, bedah vascular), penyakit yang melemahkan (misalnya, diabetes, kanker, stroke) 2. Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal
24
koordinasi yang terlalu besar, peningkatan latihan hanya dilakukan jika individu berhasil menyelesaikan tahapan latihan saat ini.
3. Tingkatkan mobilitas ekstremitas, tentuka tipe ROM yang sesuai untuk pasien (Aktif, Pasif, Aktif asistif, atau aktif resistif).
Lakukan latihan ROM pasif atau ROM aktif asistif (instruksikan pasien untuk melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas yang sehat sedikitnya empat kali sehari jika memungkinkan, lakukan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit, selama latihan ROM tungkai dan lengan pasien harus digerakkan secara hati-hati didalam batas toleransi nyeri pasien, untuk latihan ROM pasif paling efektif dilakukan pada posisi telentang, individu yang dapat melakukan ROM aktif dapat dengan posisi telentang atau duduk).
4. Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi
Hindari tidur atau duduk dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama, ubah posisi persendian bahu setiap 2-4 jam.
2.4.3 Rasional
a. Program latihan fisik teratur yang meliputi ROM, isometric, dan aktifitas aerobik dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi
b. Periode pemanasan atau peregangan yang dilakukan perlahan sebelum memulai latihan akan membantu otot mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja yang lebih berat secara bertahap
25
d. ROM aktif meningkatkan massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
e. ROM pasif meningkatkan mobilitas sendi dan sirkulasi
f. Imobilisasi yang lama dapat menyebabkan kontraktur permanen
g. Tirah baring yang lama dapat menyebabkan turunnya tekanan darah tiba-tiba kerena darah kembali ke sirkulasi parifer
26
Perancanaan Menurut NICNOC Perencanaan keperawatan Tujuan/kriteria hasil :
1. Memperlihatkan tidak mengalami gangguan mobilitas, dibuktikan oleh tidak mengalami gangguan keseimbangan, koordinasi, pergerakan sendi dan otot, berjalan dan bergerak.
2. Kekuatan otot ekstremitas 5 3. Keterbatasan mobilisasi 0
4. Rentang gerak dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional
Kaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan mobilitas pasien
Kaji kekuatan otot pasien
Tentukan tingkat motifasi pasien
Pertahankan body alignment, dan posisi yang nyaman
Cegah pasien jatuh, berikan pagar pengaman pada tempat tidur
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif
Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
Instruksikan pasien untuk memerhatikan kesejajaran tubuh yang benar
Monitor kulit yang tertekan, amati kemungkinan dekubitus
Tingkatkan aktifitas sesuai batas toleransi Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli terapi dalam merencanakan program latihan pasien
Mengumpulkan dan menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat
Mengumpulkan data menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat
Untuk mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
Mencegah iritasi dan mencegah komplikasi
Mempertahankan keamanan pasien Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah konraktur
Untuk mencegah meningkatnya keparahan fraktur
Untuk mempertahankan postur tubuh yang benar dan mencegah komplikasi
27
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS
DESA HARJOSARI II
PENGKAJIAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 58 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Bajak II, Gg Salam
Tanggal Masuk RS : Tidak ada
No. Registier : Tidak ada
Ruangan/kamar : Tidak ada
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2015
Tanggal Operasi : Tn.s Tidak perna di operasi
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
II. KELUHAN UTAMA
28
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Tn.S mengatakan penyebab lumpuhnya, karena penyakit hipertensi
2. Hal-hal yang memperbaikikeadaan
Tn.S mengatakan dapat memperbaiki keadaannya dengan meminum obat dari dokter dan melakukan kusuk tradisional.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Tn.S mengatakan tidak dapat menggerakan bagian tubuh sebelah kiri ekstremitas atas dan bawahnya
2. Bagaimana dilihat
Tn.S terlihat duduk di kursi dengan bantuan orang lain tetapi masi bisa melakukan pergerakan pada bagian tubuh sebelah kanannya ekstremitas atas dan bawahnya.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Di bagian tubuh sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah
2. Apakah menyebar
Tn.S mengatakan yang tidak dapat digerakan hanya bagian tubuh sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah saja.
D. Severity
29
E. Time
Tn.S tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari semenjak bagian tubuh sebelah kirinya lumpuh/ stroke.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang perna dialami
Tn.S mengatakan pernah mengalami stroke dua kali yang pertama pada tahun 2010,yang kedua pada tahun 2013-2015.
B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Tn.S mengatakan perna melakukan terapi kusuk dan minum obat dari dr.
C. Perna dirawat/tindakan yang dilakukan
Tn.S mengatakan perna dirawat jalan di rumah sakit.
D. Lama dirawat
Tn.S mengatakan perna dirawat jalan selama 2 hari di rumah sakit.
E. Alergi
Tn.S tidak mengetahui imunisasinya.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Tn.S mengatakan orang tuanya atau ibunya tidak ada yang mengalami gangguan kesehatan.
B. Saudara kandung
30
C. Penyakit keturunan yang ada
Tn.S mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Tn.S mengatakan “Ada’’ yaitu ayah dan kakak kandungnya.
E. Penyebab meninggalnya
Tn.S mengatakan penyebab meninggal ayah dan kakak kandungnya karena penyakit hipertensi.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Tn.S optimis bahwa penyakitnya akan segera sembuh dan ia dapat beraktifitas kembali seperti biasanya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri : Tn.S mengatakan sudah siap kalau harus
cacat fisik
- Ideal diri : Tn.S mengatakan ingin segara bisa
beraktivitas normal
- Harga diri : Tn.S mengatakan perannya sebagai kepala
keluarga tidak terlaksanakan dengan baik.
- Peran diri : Tn.S sebagai kepala keluarga - Identitas : Tn.S berjenis kelamin laki-laki
C. Keadaan emosi
31
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti
Tn.S mengatakan orang yang berarti yaitu istri dan anak-anaknya. - Hubungan dengan keluarga
Tn.S berhubungan baik dengan anggota keluarganya. - Hubungan dengan orang lain
Tn.S berhubungan baik dengan orang lain.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tn.S mengatakan tidak memiliki hambatan dalam hubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Tn.S memeluk agama islam karena keyakinannya sendiri.
- Kegiatan ibadah
Tn.S rutin melakukan shalat 5 waktu, walaupun aktivitasnya terbatas.
VII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran : Compos mentis
- Penampilan : Tidak rapi
- Pembicaraan : Tidak ada masalah
- Alam perasaan : Lesu
- Afek : Tidak ada masalah
- Intraksi selama wawancara : Koperatif
32
- Proses pikir : Tidak ada masalah
- Isi pikir : Tidak ada masalah
- Waham : Tidak ada masalah
- Memori : Tidak ada masalah
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Tn.S terlihat sadar penuh (compos mentis) dan Koperatif
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,5ºc
- Tekanan darah : 160/110
- Nadi : 84 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Skala nyeri : -
- TB : 165 cm
- BB : 70 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala dan rambut
33
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut berwarna hitam dan rata - Bau : Bau menyengat
- Warna kulit : Sawo matang
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Lengkap dan simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, Normal Simetris - Palpebra : Tidak ptosis
- Konjungtiva dan selera : Konjungtiva (anemis) dan sklera tidak (leterus)
- Pupil : Ishokor reflek terhadap cahaya - Cornea dan Iris : Tidak ada katarak
Hidung
- Tulang Hidung dan posisi septum : Tulang hidung tepat pada garis sumbu tubuh, dan sputum nasi
simetris - Lubang Hidung : Bersih
- Cuping Hidung : Tidak ada gerakan cuping hidung
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris - Ukuran telinga : Simetris
34
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Mukosa kering - Keadaan Gusi dan Gigi : Baik,tidak perdarahan - Keadaan Lidah : Baik
Leher
- Posisi Trachea : Tepat pada garis sumbu tubuh - Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid - Suara : Pengucapan huruf jelas - Kelenjar Limfae : Tidak ada pembesaran - Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran - Denyut nadi karotis : Teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Tn.S tidak mampu melakukan kebersihan secara mandiri
- Warna : Sawo matang - Turgor : < 2 detik - Kelembaban : Lembab
- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Normal, pergerakan thoraks simetris saat pasien bernafas
35
Pemeriksaan Paru
- Palpasi getaran suara : Sama kuat dikedua lapang paru - Perkusi : Resonan
- Auskultasi : Suara nafas bersih, tidak ada suara nafas
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Tidak kelainan - Palpasi : Tidak ada nyeri tekan - Perkusi : Suara dullnes
- Auskultasi : Bunyi jantung terdengar kuat dan reguler
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Simetris, bentuk datar,tidak ada masa, jejas/lesi - Auskultasi : Peristaltic usus 24x/ menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
- Kekuatan otot : Ekstremitas kanan atas=5,ekstremitas kiri atas=1,ekstremitas kanan bawah=4, ekstremitas kiri bawah=1,tingkat keterbatasan mobilisasi Tn.s=2, ekstremitas kiri atas dan bawah mengalami kelumpuhan.
- Edema : Tidak ada edema
Pemeriksaan Neurologi
- Nervus Olfaktorius/N I
36 - Nervus Optikus/N I
Tidak ada masalah ketajaman penglihatan - Nervus Okulomotorius/N III, trochlearis/NIV
Ptosis (-), pupil ishokor, gerakan bola mata kesegala arah - Nervus Trigeminus/N V
Tn.S tidak mampu merasakan sentuhan dan tajam tumpul,dibagian tubuh sebelah kiri
- Nervus Fasialis/N VII
Tn.S mampu membedakan rasa manis, asam, asin dan pahit - Nervus Vestibulocochearis/N VIII
Tidak ada masalah dengan ketajaman pendengaran Tn.S - Nervus Glossoparingeus/N IX, Vagus/N X
Tidak ada gangguan menelan, suara pengecapanhuruf jelas - Nervus Asesoris/N XI
Tn.S tidak mampu melakukan pergerakan di bagian bahu sebelah kirinya
- Nervus Hipolosussus/N XII
Tidak ada masalah pada otot lidah pasien
IX. POLA KEBERSIHAN SEHARI-HARI
I. Pola Makan dan Minum
- Frekuensi makan/ minum : 3 x/hari
37
- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati
- Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan Apapun
- Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah - Waktu pemberian makan : 3 x/hari (pagi 08.00, siang
13.00,dan malam 17.30)
- Jumlah dan jenis makanan :1 porsi dan jenis makanan biasa
- Waktu pemberian cairan/minum : Sesuai kebutuhan Tn.S
- Masalah makan dan minum : Tidak masalah
II. Perawatan diri/Personal hygine
- Kebersihan tubuh : Tn.S tidak mampu melakukan
kebersihan diri secara mandiri
- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi Tn.S terlihat bersih
- Pemeliharaan kuku : Kuku Tn.S terlihat panjang dan
kotor
III. Pola kegiatan/Aktivitas
38
untuk hygnie oral Tn.S juga dapat melakukan sendiri. Sementara pada perawatan diri eleminasi pada ketergantungan sedang (+3) yaitu istri Tn.S yang menempatkan Tn.S pada posisi yang benar dan nyaman saat BAB dan BAK. Tn.S juga mengatakan juga rutin melakukan ibadah shalat (5 waktu) walaupun gerak untuk aktivitasnya terbatas.
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi
Makan
BAB
BAK
Ganti pakaian
IV. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 x/hari
- Karakter feses : Padat, berwarana kuning kecoklatan - Riwayat pendarahan : Tidak ada
- Diare : Tidak ada - penggunaan Laktasif : Tidak ada
2. BAK
- Pola BAK : 4-5 x/hari
- Karakter urin : Cair, berwarna kuning pucat - Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
39
ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah
keperawatan
1
DS:Tn.S mengatakan tidak dapat berjalan karena bagian tubuh sebelah kiri, kaki dan tangannya tidak dapat digerakan.
DO:
Tn.S terlihat duduk di kursi dengan bantuan keluarga, tetapi masi bisa melakukan pergerakan pada bagian tubuh sebelah kanan ekstremitas atas dan bawah. Rentang gerak Tn.S terbatas, kekuatan otot ekstremitas kanan atas=5, ekstremitas kanan bawah =4, ekstremitas kiri atas=1, ekstremitas kiri bawah=1
Gangguan neuromuskular
Gangguan Mobilisasi
2
DS:Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi secara mandiri dan tidak mampu melakukan kebersihan diri sendiri.
DO:
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi sendiri, sehingga pengaturan posisi Tn.S di kamar mandi di bantu oleh orang lain, semi ketergantungan (+2)
Kelemahan Defisit perawatan diri Mandi
3
DS:Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi secara mandiri
DO:
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi secara mandiri, sehingga aktifitas posisi
eleminasi masi di bantu oleh orang lain, ketergantungan sedang (+3)
40
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Mobilisasi 2. Defisit perawatan diri mandi 3. Defisit perawatan diri eleminasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan Mobilisasi b/d gangguan neuromuskular d/d Tn.S terlihat duduk di kursi dengan bantuan keluarga, tetapi masi bisa melakukan pergerakan pada bagian tubuh sebelah kanan ekstremitas atas dan bawah. Rentang gerak Tn.S terbatas, kekuatan otot ekstremitas kanan atas= 5, ekstremitas kanan bawah= 4, ekstremitas kiri atas= 1, ekstremitas kii bawah= 1, tingkat keterbatasan mobilitas Tn.s= 3
2. Defisit perawatan diri mandi b/d kelemahan d/d Tn.s tidak mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, sehingga aktifitas mandi Tn.S dibantu oleh orang lain, semi ketergantungan (+2)
41
PERENCANAAN KEPERAWATAN Hari/
tanggal
No.Dx Perencanaan keperawatan
Selasa/
19-05-2015
1 Tujuan/kriteria hasil :
1. Kekuatan otot untuk berkontraksi 2. Tonus otot
3. Mengontrol pergerakan
4. Bergerak kearah yang diinginkan
5. Bergerak dengan waktu yang di inginkan 6. Bergerak dengan cepat
Dengan Kreteria Hasil
1. Tidak terjadi kontraktur sendi 2. Bertambahnya kekuatan otot
3. Klien menunjukkan untuk meningkatnya mobilitas
Rencanaan Tindakan Rasional
1. Kaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan
mobilitas pasien
2. Kaji kekuatan otot pasien
3. Tentukan tingkat motivasi pasien
4. Pertahankan body aligment dan posisi yang nyaman
5. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif
6. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
7. Instruksikan pasien untuk memperhatikan kesejajaran tubuh yang benar
8. Tingkat aktivitas sesuai batas toleransi
9. Kolaborasi dengan ahli terapi dalam merencanakan program latihan pasien
1. Mengumpulkan dan menganalisis data, merencanakan intervensi dengan cepat
2. Mengumpulkan dan menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat
3. Untuk mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
4. Mencegah iritasi dan mencegah komplikasi
5. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
6. Untuk mencegah meningkatnya keparahan stroke
7. Untuk memepertahankan postur tubuh yang benar dan mencegah komplikasi 8. Mempertahankan tonus otot
42
Hari/ tanggal
No.Dx Perencanaan keperawatan
Rabu / 20-05-2015
2 Tujuan/kriteria hasil :
1. Perawatan diri mandi 2. Keluar masuk kamar mandi 3. Membersihkan wajah
4. Membersihkan bagian atas dan bawah 5. Perawatan diri hygiene
6. Mempertahankan oral hygiene 7. Mempertahankan kebersihan tubuh 8. Merawat kuku jari
9. Membersihkan rambut
10. Mempertahankan kebersihan tubuh
Dengan Kreteria Hasil
1. Pasien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan dalam melakukan ADL 3. Dapat melakukan ADL tanpa bantuan
Rencanaan Tindakan Rasional
1. Kaji kemampuan pasien menggunakan alat bantu 2. Kaji membran mukosa oral dan
kebersihan tubuh
3. Pantau adanya perubahan fungsi 4. Pantau kebersihan kuku sesuai
kemampuan perawatan diri pasien
5. Lakukan kebersihan mulut sesudah makan dan sebelum tidur
6. Bantu pasien dalam melakukan kebersihan badan, mulut, rambut, dan kuku
7. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
8. Bantuan perawatan diri (NIC) : Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri, letakan peralatan mandi di dekat pasien
9. Berikan pen didikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya kebersihan diri
1. Mengumpulkan dan menganalisis data, merencanakan intervensi dengan tepat
2. Mengumpul menganilisis data, merencenakan intervensi dengan tepat
3. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
4. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
5. Membersihkan kotoran dan mencagah karang gigi
6. Memepertahankan rasa nyaman
7. Memandirikan pasien
8. Membantu pasien untuk memenuhi hygnie pribadi, dan meningkatkan rasanya nyaman
43
Hari/ Tanggal
No.Dx Perencanaan keperawatan
kamis / 21-05-2015
3 Tujuan/kriteria hasil :
1. Tidak ada gangguan perawatan diri terutama eleminasi
2. Mampu duduk dan turun dari kloset
3. Mampu membersihkan diri setelah eleminasi
Rencanaan Tindakan Rasional
1. Kaji memapuan ambulasi secara mandiri dan aman
2. Kaji peningkatan atau penurunan kemampuan untuk toilet sendiri 3. Pantau tingkat kekuatan dan
toleransi aktivitas
4. Kaji defisit fisik yang dapat membatasi kemampuan eleminasi mandiri
5. Bantu perawatan diri eleminasi (NIC) : Bantu pasien saat menggunakan pispot dan urinal, fasilitas hygine setelah
eleminasi, bersihkan peralatan eleminasi, juga privasi saat eleminasi
1. Mengumpulkan dan menganalisis data
2. Mengumpulkan dan menganalisis data
3. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
4. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
44
PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/
tanggal
No.
Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
Selasa /
19-05-2015
1 Mengkaji kemampuan mobilitas
dan tingkat ketergantungan Tn.S
yaitu dengan mengobservasi
kemampuan Tn.S melakukan
aktivitas sehari-sehari di rumah.
Mengkaji kekuatan otot
ekstremitas Tn.S yaitu dengan
mengintruksikan Tn.S untuk
mengangkat tangan kearah
samping lurus sejajar dengan bahu
dan kemudian saya memeberikan
tahanan maksimal begitu juga
dengan kaki.
Mengkaji rentang gerak Tn.S
pada leher, pergelangan tangan,
jari-jari tangan, mata kaki yaitu
dengan mengintruksikan Tn.S
untuk melakukan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi dan abduksi.
Menentukan tingkat motivasi
Tn.S yaitu dengan
menayakanpersepsi Tn.S tentang
penyakitnya.
Mengukur tanda-tanda vital Tn.S
(tekanan darah, suhu tubuh,
frekuensi nadi, dan frekuensi
nafas).
S :
Tn.S mengatakan tidak dapat berjalan
karena bagian tubuh sebelah kiri, kaki
dan tangannya tidak dapat digerakkan.
Tn.S optimis bahwa penyakitnya akan
segera sembuh dan ia dapat beraktifitas
kembali seperti biasanya.
O :
Tingkat keterbatasan mobilisasi Tn.S =
3 yaitu memerlukan bantuan dan
pengawasan orang lain dan peralatan
atau alat.
Kekeuatan otot ekstremitas Tn.S
(ekstremitas kanan atas= 5, ekstremitas
kiri atas= 1, ekstremitas kanan bawah=
4, ekstremitas kiri bawah= 1)
Rentang gerak leher dalam batas
normal (fleksi 45º, ekstensi 45º dan
hiperekstensi 10º).
Rentang gerak bahu sebelah kiri tidak
dapat dilakukan karena Tn.S tidak
dapat berjalan, rentang gerak panggul
dan lutut ekstremitas kiri bawah 0º
TD : 160/110 mmHg,
T : 37,5 ºC, RR : 20 x/menit, HR : 84
x/menit
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
45
2 Mengkaji kemampuan
ambulasi Tn.S yaitu dengan
mengobservasi kemampuan
Tn.S bergerak kekamar
mandi untuk mandi.
Mengkaji membran mukosa
oral dan kebersihan tubuh
Tn.S yaitu dengan
mengobservasi kebersihan
kulit.
Memantau kebersihan kuku
sesuai kemampuan
perawatan diri Tn.S yaitu
dengan mengobservasi
kebersihan kuku tangan, dan
kuku kaki sesuai kemampuan
Tn.S.
S :
Tn.S tidak mampu melakukan kebersihan
diri secara mandiri,
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar
mandi, Tn.S mengatakan segar saat setelah
mandi sore yang di bantu oleh istrinya.
O :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar
mandi, sehingga aktivitas mandi di bantu
oleh keluarganya atau istrinya.
Kuku Tn.S juga terlihat panjang dan kotor,
ketergantungan sedang (+2) yaitu istri Tn.S
memberikan seluruh peralatan, mengatur
posisi Tn.S di kamar mandi, Tn.S mampu
mandi sendiri kecuali untuk bagian
ekstremitas kanan dan punggung
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
3 Mengkaji kemampuan
ambulasi Tn.S yaitu dengan
mengobservasi kemampuan
Tn.S bergerak kekamar
mandi, untuk melakukan
eleminasi baik BAK dan
BAB.
Menjelaskan kepada Tn.S
ataupun keluarga terutama
istri Tn.S untuk berhati-hati
mengatur posisi Tn.S saat
ingin BAK ataupun BAB.
S :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi
O :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar
mandi, sehingga aktivitas eleminasi masi di
lakukan di atas tempat tidur dengan
menggunakan pispot pengaturan posisi
Tn.S saat eleminasi di bantu oleh keluarga
atau istri
Tn.S. Ketergantungan sedang (+3) yaitu
pengaturan posisi kenyamanan Tn.S untuk
BAK dan BAB dibantu oleh istri atau
keluarga
A :Masalah belum teratasi
46
HARI KE-2 Hari/
tanggal
No.
Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Rabu /
20-05-2015
1 Mengkaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan Tn.S yaitu dengan mengobservasi kemampuan Tn.S melakukan aktivitas sehari-sehari di rumah.
Mengkaji kekuatan otot ekstremitas Tn.S yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk mengangkat tangan kearah samping lurus sejajar dengan bahu dan kemudian saya memeberikan tahanan maksimal begitu juga dengan kaki. Mengkaji rentang gerak Tn.S pada leher, pergelangan tangan, jari-jari tangan, mata kaki yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk melakukan gerakan
fleksi,ekstensi,abduksi dan abduksi. Menentukan tingkat motivasi Tn.S yaitu dengan menayakan persepsi Tn.S tentang penyakitnya
Mengukur tanda-tanda vital Tn.S (tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas).
Mengajarkan dan melatih Tn.S latihan ROM aktif yaitu dengan
mengintruksikan Tn.S melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi
(ROM aktif ) pada daerah yang tidak mengalami cedera.
Mengajarkan dan melatih ROM pasif yaitu dengan menggerakkan daerah yang lumpuh (kaki kiri, tangan kiri, pergelangan kaki kiri dan kanan. Memberitahukan keluarga untuk selalu mengubah posisi Tn.S tiap 2 jam sekali mengamati kulit yang tertekan terlalu lama, dan mengamati
dekubitus.
S :
Tn.S mengatakan tangan dan kakinya terasa kaku dan ototnya terasa tegang saat di lakukan latihan ROM aktif maupun pasif, Tn.S juga terlihat dalam mengikuti latihan ROM, dan Tn.S dapat melakukan intruksi dari perawat dengan baik
O :
Tingkat keterbatasan mobilitas= 3 yaitu memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan atau alat.
Kekeuatan otot ekstremitas Tn.S (ekstremitas kanan atas= 5, ekstremitas kiri atas= 1, ekstremitas kanan bawah= 4, ekstremitas kiri bawah= 1)
Rentang gerak leher dalam batas normal (fleksi 45º, ekstensi 45º dan
hiperekstensi 10º)
Rentang gerak pergelangan tangan bagian kanan dalam batas normal (fleksi
90º,ekstensi 90º,abduksi 30º, adduksi 30º
Rentang gerak bahu dan dan tangan sebelah kiri Tn.S tidak dapat dilakukan karena lumpuh
TD : 150/100 mmHg, T : 37ºC,
RR : 22 x/menit, HR : 84 x/menit
A :
Masalah belum teratasi
P :
47
2 Mengkaji kemampuan ambulasi Tn.S yaitu dengan mengobservasi
kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi untuk mandi.
Mengkaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kulit. Memantau kebersihan kuku sesuai kemampuan perawatan diri Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kuku tangan, dan kuku kaki sesuai kemampuan Tn.S.
Mengintruksikan keluarga Tn.S untuk berhati-hati saat memandikan Tn.S. Menganjurkan Tn.S menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur.
S :
Keluarga Tn.s mengatakan sedikit kesulitan untuk mengatur keseimbangan posisi Tn.S saat di mandikan
O :
Tn.s tidak mampu bergerak kekamar mandi, secara mandiri sehingga aktifitas mandi dan pengaturan posisi Tn.S di bantu oleh orang lain atau istri Tn.S
Kuku Tn.S terlihat bersih, gigi Tn.S juga terlihat bersih.
Tn.S dan keluarga mampu menyebutkan tujuan melakukan kebersihan diri dan mulut.
Cara melakukan kebersihan gigi dan mulut serta
bersedia melakukan kebersihan gigi dan mulut secara rutin.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan 3 Mengkaji kemampuan ambulasi Tn.S
yaitu dengan mengobservasi
kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi, untuk melakukan eleminasi baik BAK dan BAB.
Mengatur posisi Tn.S di tempat yang nyaman dan tidak beresiko jatuh untuk Tn.S melakukan BAB dan BAK. Menganjurkan Tn.S dan keluarga memerhatikan kebersihan saat dan setelah eleminasi.
S :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi.
O :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi, sehingga aktivitas eleminasi masi di lakukan di atas tempat tidur dengan menggunakan pispot pengaturan posisi Tn.S saat eleminasi di bantu oleh keluarga atau istrinya.
A :
Masalah belum teratasi
P :
48
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Kamis /
21-05-2015
1 Mengkaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan Tn.S yaitu dengan mengobservasi kemampuan Tn.S melakukan aktivitas sehari-sehari di rumah. Mengkaji kekuatan otot ekstremitas Tn.S yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk mengangkat tangan kearah samping lurus sejajar dengan bahu dan kemudian saya memeberikan tahanan maksimal begitu juga dengan kaki.
Mengkaji rentang gerak Tn.S pada leher, pergelangan tangan, jari-jari tangan, mata kaki yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk
melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan abduksi.
Menentukan tingkat motivasi Tn.S yaitu dengan menayakan persepsi Tn.S tentang penyakitnya
Mencegah Tn.S jatuh yaitu memeberitahukan keluarga untuk selalu memantau aktivitas Tn.S. Mengatur tanda- tanda vital Tn.S (tekan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas).
Mengajarkan dan melatih Tn.S latihan ROM aktif yaitu dengan mengintruksikan Tn.S melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi
(ROM aktif ) pada daerah yang tidak mengalami lumpuh.
Mengajarkan dan melatih ROM pasif yaitu dengan menggerakkan daerah yang lumpuh (kaki kiri tangan kiri, pergelangan kaki kiri dan tanagan kiri.
S :
Tn.s mengatakan otot-otot tangan dan kakinya terasa lebih rileks saat setelah di lakukan latihan ROM dan Tn.S dapat melakukan intruksi dari perawat dengan baik.
O :
Tingkat keterbatasan mobilitas= 3 yaitu memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan atau alat.
Kekeuatan otot ekstremitas Tn.S (ekstremitas kanan atas= 5, ekstremitas kiri atas= 1, ekstremitas kanan bawah= 4, ekstremitas kiri bawah= 1)
Rentang gerak leher dalam batas normal (fleksi 45º, ekstensi 45º dan hiperekstensi 10º) Rentang gerak bahu dan tangan sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah Tn.S tidak dapat dilakukan karena lumpuh.
Masalah belum teratasi
P :
49
2 Mengkaji kemampuan ambulasi Tn.S yaitu dengan mengobservasi kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi untuk mandi. Mengkaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kulit.
Memantau kebersihan kuku sesuai kemampuan perawatan diri Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kuku tangan, dan kuku kaki sesuai kemampuan Tn.S. Menganjurkan Tn.S menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur.
S :
Keluarga Tn.S
mengatakan sekarang telah mengetahui cara mengatur posisi keseimbangan Tn.S yang benar dan aman.
O :
Kuku Tn.S terlihat bersih, gigi Tn.S terlihat bersih, bau pada rambut sudah tidak ada, namun Tn.S belum dapat melakukan kebersihan secara mandiri
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan 3 Mengkaji kemampuan ambulasi
Tn.S yaitu dengan mengobservasi kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi untuk melakukan eleminasi baik BAK ataupun BAB. Menjelaskan kepada Tn.S ataupun keluarga terutama istri Tn.S untuk berhati-hati mengatur posisi Tn.S saat ingin BAK,dan sarankan memberikan posisi yang nyaman kepada Tn.S.
S :
Tn.S tidak mampu bergerak kekamar mandi sendiri
O :
Tn.S terlihat tidak lagi melakukan BAK di atas tempat tidur dengan bantuan keluarga atau istrinya melainkan Tn.S mampu melakukan sedikit pergerakan untuk kekamar mandi dengan bantuan keluargannya atau istrinya, sehingga aktivitas posisi eleminasi dilakukan atau dibantu oleh keluarga atau istri Tn.S
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
50
HARI KE-4 Hari/
tanggal
No.
Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Jumat /
21-05-2015
1 Mengkaji kemampuan mobilitas dan tingkat ketergantungan Tn.S yaitu dengan mengobservasi kemampuan Tn.S melakukan aktivitas sehari-sehari di rumah.
Mengkaji kekuatan otot ekstremitas Tn.S yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk mengangkat tangan kearah samping lurus sejajar dengan bahu dan kemudian saya memeberikan tahanan maksimal begitu juga dengan kaki. Mengkaji rentang gerak Tn.S pada leher, pergelangan tangan, jari-jari tangan, mata kaki yaitu dengan mengintruksikan Tn.S untuk
melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan abduksi.
Menentukan tingkat motivasi Tn.S yaitu dengan menayakan persepsi Tn.S tentang penyakitnya.
Mencegah Tn.S jatuh yaitu memeberitahukan keluarga untuk selalu memantau aktivitas Tn.S. Mengatur tanda- tanda vital Tn.S ( tekan darah,suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas ).
Mengajarkan dan melatih Tn.S latihan ROM aktif yaitu dengan
mengintruksikan Tn.S melakukan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi.
(ROM aktif) pada daerah yang tidak mengalami lumpuh.
Mengajarkan dan melatih ROM pasif yaitu dengan menggerakkan daerah yang lumpuh (kaki kiri tangan kiri, pergelangan kaki kiri dan tanagan kiri.
S :
Tn.S mengatakan otot-otot tangan dan kakinya terasa lebih rileks saat setelah di lakukan latihan ROM dan Tn.S dapat melakukan intruksi dari perawat dengan baik.
O :
Tingkat keterbatasan mobilitas= 3 yaitu memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan atau alat. Kekeuatan otot
ekstremitas Tn.S
(ekstremitas kanan atas= 5, ekstremitas kiri atas= 1, ekstremitas kanan bawah= 4, ekstremitas kiri bawah= 1)
Rentang gerak leher dalam batas normal (fleksi 45º, ekstensi 45º dan hiperekstensi 10º) Rentang gerak bahu dan tangan sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah Tn.S tidak dapat dilakukan karena
lumpuh.
Masalah belum teratasi
P :
51
2 Mengkaji kemampuan ambulasi Tn.S yaitu dengan mengobservasi
kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi untuk mandi.
Mengkaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kulit. Memantau kebersihan kuku sesuai kemampuan perawatan diri Tn.S yaitu dengan mengobservasi kebersihan kuku tangan,dan kuku kaki sesuai kemampuan Tn.S.
Menganjurkan Tn.S menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur.
S :
Keluarga Tn.S
mengatakan sekarang telah mengetahui cara mengatur posisi
keseimbangan Tn.S yang benar dan aman.
O :
Kuku Tn.S terlihat bersih, gigi Tn.S terlihat bersih, bau pada rambut sudah tidak ada, namun Tn.S belum dapat melakukan kebersihan secara mandiri
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan 3 Mengkaji kemampuan ambulasi Tn.S
yaitu dengan mengobservasi
kemampuan Tn.S bergerak kekamar mandi untuk melakukan eleminasi baik BAK ataupun BAB.
Menjelaskan kepada Tn.S ataupun keluarga terutama istri Tn.S untuk berhati-hati mengatur posisi Tn.S saat ingin BAK,dan sarankan memberikan posisi yang nyaman kepada Tn.S.
Melakukan BAK di atas tempat tidur dengan bantuan keluarga atau istrinya melainkan Tn.s mampu melakukan sedikit pergerakan untuk kekamar mandi dengan bantuan keluarganya atau istrinya, sehingga
aktivitas posisi eleminasi dilakukan atau dibantu oleh keluarga atau istri Tn.S
A:
Masalah teratasi sebagian
P :
52
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan prioritas masalah gangguan kebutuhan dasar mobilisasi dan melakukan pembahasan kesenjangan antara teoritis dengan kasus, maka pada kesempatan ini penulis menarik kesimpulan dan memberikan beberapa saran sesuai dengan penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada Tn.S sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pioritas masalah pada Tn.S adalah gangguan mobilisasi, defisit perawatan diri mandi, dan defisit perawatan diri eliminasi.
2. Perkembangan masalah keperawatan pada Tn.S didapatkan bahwa masalah keperawatan mobilisasi belum ada perubahan dimana kondisi Tn.S masih mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh sebelah kirinya.
53
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan lebih banyak dan dapat dijadikan masukan untuk manambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa serta pembaca pada umumnya tentang masalah gangguan kebutuhan dasar mobilisasi 2. Pelayaanan Kesehatan