• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pajak

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 41-48)

Perencanaan pajak adalah tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Karena itu, penelitian dan

pengumpulan ketentuan peraturan perpajakan dilakukan pada tahap ini. Dari penelitian tersebut akan diketahui jenis tindakan penghematan pajak.

Dalam perencanaan pajak ada beberapa rencana penghindaran pajak yang dapat ditempuh, antara lain:

1. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang diperkenankan.

2. Mengambil keuntungan dari kepemilikan, bentuk-bentuk perusahaan yang tepat.

3. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi penghasilan, kerugian dan aktiva yang dapat dihapus.

4. Menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak.

5. Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kategori yang tarifnya tinggi. Bila mungkin, pembayaran pajak dapat ditunda.

Perencanaan pajak bertujuan untuk meminimalkan beban pajak sepanjang hal itu dimungkinkan oleh peraturan perpajakan maupun secara komersial. Memang terdapat banyak kritik terhadap perencanaan pajak karena menganggap bahwa perbuatan ini adalah untuk melepaskan diri dari kewajiban bagi seorang warga negara dan merugikan penerimaan negara. Tetapi sesungguhnya perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).

Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pajak dalam perencanaan pajak, yaitu:

a. Tax saving

Tax saving adalah tindakan menghemat pembayaran pajak dengan cara menghindari terjadinya peristiwa yang dapat menimbulkan terhutangnya / harus dibayarnya pajak. Contohnya: wajib pajak dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi lebih kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Pada tax saving aparat perpajakan tidak dapat berbuat apa-apa karena hal-hal yang dilakukan dalam tax saving tidak disarankan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban pajak dalam perencanaan pajak, karena cara-cara dalam tax saving (mengurangi penghasilan) berarti mengurangi kemampuan ekonomis dari wajib pajak tersebut.

b. Tax avoidance

Tax avoidance adalah usaha untuk mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan.

Tax avoidance adalah usaha-usaha supaya seorang wajib pajak membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan asumsi bahwa wajib pajak melapokan semua penghasilannya dengan benar, maka wajarlah jika dia ingin mengklaim semua potongan dan kredit pajak yang memang menjadi haknya. Secara sepintas ada kesamaan anatara tax saving dan tax avoidance. Tetapi sesungguhnya secara teoritis kedua hal tesebut dapat dibedakan sebagai berikut:

Tax saving adalah usaha memperkecil jumlah hutang pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup perpajakan, sedangkan tax avoidance merupakan usaha memperkecil jumlah hutang pajak dengan cara menggunakan celah-celah yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga aparat perpajakan tidak dapat menjatuhkan sanksi dan tindakan apapun.

Tax avoidance ini merupakan cara yang digunakan untuk mengurangi beban pajak dalam tax planning, karena tax avoidance dapat diperbolehkan oleh pihak perpajakan dan tidak dapat menjatuhkan sanksi dan tindakan apapun.

c. Tax evasion

Tax evasion adalah penyelundupan pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Tax evasion ini tidak dapat ditolerir oleh peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga cara ini bukan merupakan cara yang akan dipergunakan untuk mengurangi beban pajak dalam tax planning. Karena itu, dalam melakukan tax planning hendaknya berhati-hati agar tidak sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pengertian tax evasion tidak saja terbatas pada kecurangan dan penggelapan pajak dalam segala bentuknya, seperti: melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan, mengintimidasi aparat perpajakan, melaporkan beban-beban fiktif, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi perpajakan yang disebabkan oleh:

1. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut.

2. Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti akan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung datanya.

3. Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Kealpaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk melakukan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Contoh-contoh cara melakukan penyelundupan pajak (tax evasion):

1. Merendahkan (mengecilkan) penghasilan yang diperoleh dengan cara hanya melaporkan sebagian penghasilan yang diperoleh atau tidak melaporkan seluruh penghasilan atau merendahkan harga jual maupun kuantitas barang yang dijual.

2. Meninggikan (memperbesar) harga pokok barang yang dijual dengan cara meninggikan harga pembelian, membuat pembelian fiktif dan membebankan pajak masukan yang telah dikreditkan ke dalam harga pokok penjualan.

3. Meninggikan (memperbesar) beban usaha dengan cara membuat hutang fiktif guna memperbesar beban bunga dan beban fiktif yang tidak didukung dokumen ekstern.

5. Merendahkan harga ekspor barang kepada perusahaan yang ada hubungan istimewa di luar negeri.

4. Meninggikan harga impor atau jasa dari perusahaan yang ada hubungan istimewa di luar negeri.

6. Penghasilan pegawai direndahkan (dikecilkan) dalam perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 untuk pegawai. Sedangkan dalam perhitungan Pajak Penghasilan perusahaan, penghasilan karyawan ini ditinggikan (dinaikkan).

Tujuannya adalah agar Pajak Penghasilan yang dibayar kecil.

7. Pembayaran dividen kepada pemegang saham secara terselubung dengan cara menciptakan seolah-olah pembayaran hutang sebagai upaya untuk menghindarkan pengenaan Pajak Penghasilan pasal 23 atau Pajak Penghasilan pasal 26.

Contoh kebijaksanaan perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain:

a. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang diperkenankan. Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan banyak terdapat pengecualian dan pengurangan yang diperkenankan. Contoh pengurangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pajak dapat dilakukan sebagai berikut:

Menjelang akhir tahun diketahui bahwa jumlah pajak yang akan terhutang cukup besar. Untuk mengurangi jumlah itu, perusahaan dapat menguranginya dengan menambah beban, misalnya beban pendidikan, beban perbaikan kantor dan beban pemasaran. Dengan demikian pajak yang dibayar akan dapat dikurangi. Jadi, daripada membayar pajak yang besar, lebih baik uang tersebut digunakan untuk Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cara yang tepat untuk meminimalisasi beban pajak dalam tax planning adalah dengan cara melakukan tax avoidance.

kepentingan perusahaan. Tetapi bisa saja kebijaksanaan ini menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu, akibat dari kebijaksanaan ini harus diperhitungkan dengan seksama.

b. Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk-bentuk perusahaan yang tepat. Bila dilihat dari segi perpajakan, bentuk usaha perseorangan, firma dan kongsi adalah bentuk yang dipilih menguntungkan dari pada perseroan terbatas (PT). Alasannya adalah karena pajak atas penghasilan PT dikenakan dua kali. Pertama, pengenaan pajak dikenakan pada saat penghasilan diperoleh atau diterima. Kedua, pajak dikenakan lagi pada saat pemilik (orang pribadi) menerima atau memperoleh dividen.

d. Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kategori pendapatan yang tarifnya tinggi. Jadi menyebarkan atau menunda penghasilan kepada periode yang akan datang.

e. Menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak.

Misalnya dengan menyebarkan penghasilan ke beberapa lini bisnis.

c. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi penghasilan, kerugian dan akitva yang bisa dihapus.

Untuk melakukan perencanaan pajak agar beban pajak seminimal mungkin, maka terlebih dahulu kita harus tahu mengenai objek pajak penghasilan dan hal-hal apa saja yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 41-48)

Dokumen terkait