• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.5.2.2 Pengertian Pembangunan

1.5.2.3. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan

/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik (materil) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Secara umum, unsur-unsur pokok yang termasuk dalam perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan

2. Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-variabel pembangunan dan implikasinya

3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan utama pembiayaan

4. Adanya kebijksanaan yang konsisiten dan serasi, seperti kebijkasanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral, dan pembangunan daerah

5. Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral, seperti pertanian, insudtri, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Dan

6. Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan(Randy dan Riant, 2006 : 420)

Dalam beberapa buku literatur perencanaan pembangunan (development planning), maka pembahasan terhadap pentingnya perencanaan ini sering dikaitkan dengan pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, pembahasan pentingnya aspek perencanaan yang dikaitkan dengan aspek pembangunan dapat diklasifikasikan menjadi dua topik utama, yaitu:

a. Perencanaan sebagai “alat” dari pembangunan, dan

b. Perencanaan sebagai tolok ukur dari berhasil- tidaknya pembangunan tersebut

Secara skematis, kaitan antara aspek perencanaan dan pembangunan dapat digambarkan seperti skema berikut:

Gambar 1.5. Skema Kaitan Antara Perencanaan Dan Pembangunan Sebagai “alat”

Sebagai “ tolok ukur”

Sumber: Soekartawi, Prinsip-prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan

Perencanaan diangggap sebagai “alat”pembangunan, karena perencanaan memang merupakan alat strategis dalam menuntun jalannya pembangunan. Suatu perencanaan yang di susun secara acak-acakan (tidak sisitematis) dan tidak memperhatikan aspirasi target grup (sasaran), maka pembangunan yang dihasilkan juga tidak seperti yang diharapkan. Dengan demikian, maka di dalam konteks perencanaan sebagai “alat” , maka ia mempunyai keunggulan komprehensif, yang antara lain dapat dituliskan sebagai berikut:

a. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan

b. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat penentuan berbagai alternatif dari berbagai kegiatan pembangunan

c. Perencanaan dapat dipakai sebagai penentuan skala prioritas

d. Perencaan dapat dipakai sebagai alat “peramalan” (forecasting) dari kegiatan pada masa akan datang

Pembangunan Perencanaan

Disisi lain, perencanaan dipandang sebagai tolok ukur dari keberhsilan dan kegagalan dari pembangunan yang mengandung arti bahwa kegiatan pembangunan yang “gagal” bisa jadi karena aspek perencanaanya yang “tidak baik”, dan begitu pula sebaliknya. Secara skematis hal ini dapatdilihat pada gambar skema 1.2.

Skema 1.6. Mekanisme Perencanaan dan Hasil Pembangunan

1. sampai seberapa besar kegagalan perencanaan?

2. Identifikasi masalah 3. Revisi perencanaan

Sumber: Soekartawi, Prinsip-prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan

Menurut sudut pandang ilmu administrasi, terdapat tiga asumsi agar perencanaan pembangunan dapat berlangsung dengan baik, yaitu:

1. Kepemimpinan pembangunan

Kepemimpinan merupakan fsistem penentu munculnya pengambilan keputusan yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan mementukan mutu perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan pencapaian tujuan perencanaan.

Perencanaan KegiatanPembangunan Hasil sesuai denganperencan aan sebelumnya Apa saja kendalanya? Selesai

2. Manajemen sumber daya pembangunan.

Sumberdaya pembangunan merupakan aspek utama untuk menetukan perencanaan pembangunan agar asumsi perencanaan dapat dipenuhi.

3. Prosedur perencanaan

Prosedur perencanaan merupakan langkah- langkah terstruktur yang dimulai dari langkah pengumpulan data, penyusunan informasi, perumusan kebutuhan, penilaian anggaran, pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, pengendalian pelaksanaan , pemantauan dan evaluasi hasil, pelaporan, analisis dampak, hingga diawali lagi dari pengumpulan data dan seterusnya sebagai suatu siklus (Randy dan Riant 2006 : 57).

I.5. 3 Perumahan

Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, member kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.

Menurut Charles Brams (dalam Kuswartojo 2005: 3), perumahan sesungguhnya berkaitan erat dengan insdustrialisasi, aktivitas ekonomi, dan pembangunan. Keberadaan pembangunan perumahan juga ditentukan oleh perubahan sosial, ketidakmatangan sarana hukum politik, dan administratif serta berkaitan pula dengan kebutuhan akan pendidikan. Charles Brams menyimpulkan bahwa masalah perumahan tidaklah sederhana, tidak ada obat mujarab yang dapat digunakan dan cocok untuk mengatasi masalah di semua Negara.

Bila dikaji melalui pengertian yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.(Sastra: 2006 : 29)

Pengertian perumahan menurut penulis adalah sebuah bangunan tempat tinggal yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana sebagai tempat berlindung maupun berinteraksi dengan keluarga.

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sistem penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut perlu keterlibatan semua pihak baik masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Adanya ketidakselarasan masing- masing sektor di atas dapat memberikan dampak, yakni meluasnya lahan tidur di kawasan perkotaan, maraknya spekulan tanah, tidak seimbangnyapembangunan desa dan kota dan maraknya permasalahan sosial kemasyarakatan terutama di perkotaan serta tumbuhnya kawasan kumuh. Sebagai kewajiban otonomi maka penyelenggaraan urusan perumahan menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan pada tahun 2008.

Secara operasional, penyelenggaraan urusan perumahan ini dituangkan dalam beberapa program pokok, antara lain :Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, Program Pengembangan Perumahan, Program Lingkungan Sehat Perumahan, Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan, Program Pendidikan Menengah, Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah, Program Lingkungan Sehat Perumahan (DAK), Program Lingkungan Sehat Perumahan (BDB), Program Lingkungan Sehat Perumahan (Dana Penyesuaian), Program Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan dan Hari-Hari Besar, Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran, Program Peningkatan Disiplin Aparatur, Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.

Ada beberapa asas yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perumahan dan permukiman, yaitu:

a. Asas demokrasi, artinya pembangunan perumahan dan permukiman harus memperhatikan pengelolaan sumber daya alam serta adanya pengakomodasian kekuasaan dan kewenangan dalam mengelola antara pusat dan darah, transparan dalam pemngambilan kepustusan, meningkatkan partisipasi semua pihak yang terkait, tidak diskriminasi dalam perbuatan dan implementasi kebijakan, bertanggung jawab kepada publik, penyelesaian konflik penguasaan dan pemanfaatan secara bijakasana, dan menghargai hak-hak asasi manusia dalam pengelolaan sumber daya alam.

b. Asas transparansi, artinya keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan membuka ruang bagi peningkatan partisipasi dan pengawasan publik dalam

mengelola sumber daya alam dan pembagunan perumahan permukiman, mulai dari perencanan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

c. Asas koordinasi dan keterpaduan antar sektor, artinya pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan secara terintegrasi dengan saling memperhatikan kepentingan antar sektor, sehingga dapat dibina hubungan yang saling mendukung dan kerjasama yang menempatkan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan fungsi perumahan dan permukiman diatas kepentingan masing-masing sektor

d. Asas efisiensi, artinya pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dan permukiman di dasarkan pada pengelolaan secara bijkasana dengan memperhatikan sifat dapat diperbahaarukan (renewable) dan tidak diperbaharukan (nonrenewable), dengan selalu memperhitungkan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya alam bagi kepentingan generasi kini dan mendatang.

e. Asas desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang tanggung jawab pengelolaan perumahan dan permukiman serta keterkaitannya dengan lingkungan hidup oleh pemerintah kepada daerah otonom, atau mentri kepada tingkat birokrasi dibawahnya, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing daerah.

f. Asas partisipasi publik, artinya pemgelolaan perumahan dan permukiman dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi lingkungan, membuka kesempatan kepada masyarakat dan semua pihak yang terkait (stekholders), untuk mengambil bagian aktif dalam pengelolaan perumahan dan permukiman serta pelestarian

lingkungan, mulai dari kegiatan identifikasi dan inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi.

g. Asas pengawasan publik, artinya mekanisme prodsedur pengawasan masyarakat dan semua pihak yang terkait (steakholders) dalam pengelolaan perumahan dan perumahan serta pelestraian fungsi lingkungan, dengan mengambil bagian aktif dalam melakukan pengawasan yang efektif.

h. Asas akuntabilitas publik, artinya upaya yang harus direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak pengelola pembangunan perumahan dan permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik dan kepentingan masyarakat, sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada masyrakat atas segala tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan secara transparan

i. Asas iformasi dan persetujuan, artinya memberikan inforasi yang benar dan meminta persetujuan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, dengan persetujuan tersebut didasarkan pada prinsip kebebasabn dari pihak yang memberi persetujuan (free dan prior informed consent)(Sahrin, Alvi, 2003: 106).

Gambar. 1.6 Kerangka Dasar Kebijkan Bidang Perumahan di Indonesia.

Sumber: Dwira N Aulia, Bahan Ajar Perumahan dan Permukiman

Dari kerangka dasar di atas, ada 6 kebijakan yang diambil pemerintah dalam pengembangan permukiman, yaitu:

Kebijakan 1: pembangunan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat berpenghasilan rendah

Kebijakan 2: pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dalam rangka pembangunan perkotaan dan pedesaan yang seimbang menuju terbentuknya sistem permukiman nasional yang mantap

Tujuan akhir semua orang (keluarga) menghuni rumah yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan berkelanjuta n

Memampukan pasar perumahan untuk melayani lebih banyak masyarakat

Memberikan bantuan perumahan kepada masyarakat miskin agar tercapai berbagai macam tujuan pengembnagan perumahan

Meningkatkan kemampuan lembaga di bidang perumahan

Meningkatkan system pendukung dalam pengembangan perumahan dan permukiman

Sasaran mendesak/ keluarkan

Sasaran mendesak/ keluarkan Sasaran mendesak/ keluarkan Sasaran mendesak/ keluarkan

VISI SASARAN STRATEGIS SASARAN

MENDESAK/ KELUARAN

Kebijakan 3:pemberdayaan masyarakat dan penigkatan peran serta petaruh dalam pembangunan perumahan dan permukiman

Kebijkan 4: pemantapan kelembagaan dan pola pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman

Kebijakan 5:pengembangan sumber-sumber dan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman

Kebijakan 6:pengembangan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan permukiman (Dwira N,dkk, 2008 :63-64).