• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Kerangka Teori

3. Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki (Porewadarmanto, 1994 : 64). Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik yang berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas.

Dalam konteks pariwisata secara kualitas berarti meningkatkan objek wisata dan peningkatan mutu pelayanan, sedangkan secara kuantitas berarti perluasan dan penganekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.

Perencanaan pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan pariwisata sebagai sumber devisa bagi negara, sehingga pengembangan pariwisata benar-benar terarah dan dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya (Marpaung, 2002).

Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh sehingga dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya perencanaan potensi dari objek pariwisata tersebut akan berkembang sehingga menimbulkan keuntungan besar bagi pengusaha yang bergerak di bidang kepariwisataan dan juga pemerintah. Oleh karena itu pengembangan pariwisata haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menarik banyak wisatawan dari berbagai daerah maupun negara yang pada akhirnya akan menjadi sebuah aset yang sangat penting dalam pembangunan.

Konsep pengembangan kepariwisataan yang berorientasi pada optimalisasi fungsi sumber daya alam, pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan pendekatkan kolaboratif dan pelestarian keseimbangan lingkungan. Pengembangan pariwisata membutuhkan peran dan partisipasi berbagai pihak (stakeholders). Partisipasi dari berbagai pihak tersebut terlibat dalam proses perencananaan yang terdiri dari keputusan politik, bahwa pariwisata akan dikembangkan, penentuan tujuan dan sasaran, survai data pendukung, analisis dan sintesis. Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan jika bagaimanapun juga, beberapa jenis objek itu adalah untuk kepentingan konservasi. Jadi tidak terus dikembangkan untuk kepentingan ekonomi.

Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.

Di bidang budaya harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan kehidupan kebudayaan dikalangan masyarakat secara rutin dan berkesinambungan diberbagai tingkatan daerah dari desa sampai ke perkotaan, tidak lagi dipusatkan hanya di Pusat ataupun di ibu kota propinsi. Gerakan massal ini memerlukan waktu minimal 5 – 10 tahun. Adanya upaya penyeragaman budaya menjadi budaya nasional, seperti pada masa lalu, haruslah dicegah agar kebhinekaan budaya dan kesenian dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan alamiah. Apresiasi budaya dan kesenian diberbagai tingkatan harus dilakukan oleh rakyat secara spontan bukan lagi didasarkan karena adanya arahan dari pusat ataupun diselenggarakan melalui panitia pusat. Yang pada akhirnya setelah surat keputusan berakhir maka berbagai event ataupun festival pun tidak muncul lagi dan menunggu SK berikutnya. Paragdima berpikir semacam ini haruslah dikikis habis oleh para pelaku pariwisata itu sendiri. Dan seandainya pun Pemerintah ada dananya dan akan membantu kegiatan-kegiatan budaya kesenian, hendaknya hanyalah bersifat “start-up” untuk menggulirkan kegiatan tersebut pada tahap-tahap awal sedangkan untuk selanjutnya harus dapat dikembangkan sendiri dari swadaya masyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan pariwisata yang potensial harus dilakukan penelitian, dan di evaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan disuatu daerah tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

Dengan demikian metode-metode dari rencana pengembangan perlu dipertimbangkan dengan mencakup tingkatan-tingkatan yang paling dominan dari sebuah sistem konstruksi, sebagaimana misalnya dalam pembuatan undang-undang dan kontrol-kontrol pengaturan yang dapat membawa efek. Bilamana rencana pengembangan telah dibuat instrumennya, harus dimonitor agar mengetahui beberapa penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.

a. Tahap-tahap Perencanaan Pariwisata

Menurut Charles Keiser Jr. Dan Larry E. Helber, tahap-tahap perencanaan pariwisata itu dimulai dari pengembangan pariwisata daerah (regional tourism develpoment) mencakup pembangunan fisik objek dan atraksi wisata yang akan dijual, fasilitas akomodasi, restoran, pelayanan umum, angkutan wisata dan perencanaan promosi yang akan dilakukan.

Adapun tahap-tahap berikutnya akan banyak tergantung pada kondisi daerah tujuan wisata tersebut, yakni mengenai kecenderungan peningkatan kunjungan wisatawan. Artinya, pengembangan dengan sistem prioritas sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pasar. Untuk pengembangan ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi pariwisata yang ada (pemerintah atau swasta) dan pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata di daerah itu.

Dalam perencanaan pengembangan pariwisata semua aspek operasional perlu dipertimbangkan secara cermat, terutama faktor-faktor yang mendukung kelancaran wisatawan semenjak ia berangkat dari negara asalnya, selama dalam perjalanan, ditempat tujuan, pada objek dan atraksi wisata yang dikunjungi, sehingga ia kembali ke negara asalnya dengan perasaan puas (dalam Yoeti, 1997 : 29-31).

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah

Perencanaan pengembangan bagi Daerah Tujuan Wisata meliputi sejumlah aspek kunci seperti :

1. Pengalaman-pengalaman masa lalu daerah tersebut yang berkaitan dengan kepariwisataan yang mungkin perlu dipertimbangkan, termasuk ciri-ciri, karakteristik dan sejarah daerah, organisasi-organisasi pariwisata di daerah itu atau perusahaan-perusahaan yang berhasil menjalankan bisnisnya di daerah tersbut. 2. Organisasi pariwisata didaerah harus siap menyesuaikan misi dengan karakteristik

pariwisata di daerah itu. Misalnya, bila suatu daerah memiliki ekowisata yang menonjol, maka misi harus disesuaikan dengan keuntungan yang akan diperoleh dari ekowisata tersebut.

3. Kondisi sumber daya potensi yang dimiliki daerah dapat mempengaruhi kemungkinan tentang dapat atau tidaknya misi yang dirumuskan dijalankan.

4. Suatu perencanaan yang dianggap berhasil biasanya selalu mencoba mewujudkan pilihan dan harapan masyarakat mayoritas di daerah itu.

5. Perencanaan pariwisata harus didasarkan pada kompetensi daerah yang bersifat lain dari yang lain. Untuk itu perlu diupayakan berkonsentrasi pada kekuatan-kekuatan yang dimiliki daerah. Misalnya, kalau potensi pariwisata itu yang

dominan adalah warisan budaya yang dimiliki daerah, maka misi harus mendapat penekanan utama pada warisan budaya itu.

Dengan demikian kesimpulannya adalah bahwa perencanaan yang dirumuskan itu hendaknya memenuhi syarat-syarat kelayakan yang berarti bahwa Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di Kota Dumai hendaknya menghindari perumusan misi yang tidak mungkin dapat dicapai, dapat memberi semangat bersifat khusus, dan berbeda dengan yang lain.

Adapun mengenai substansi pernyataan misi, didalamnya hendaknya dimasukkan aspek-aspek seperti pertimbangan dan alasan keberdaan Organisasi Pariwisata Daerah serta tanggung jawabnya dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri di daerah tersebut. Aspek lainnya yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) serta harapan (expectation) wisatawan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata serta dampak ekonomi yang diberikan industri pariwisata jika dikembangkan didaerah itu. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa petunjuk umum untuk menetapkan strategi pengembangan pariwisata di daerah itu, seperti misalnya mengikutsertakan penduduk setempat (local people) dalam proyek-proyek pariwisata yang dikembangkan (Yoeti, 2002 : 48).

Adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata adalah : 1) Wisatawan (tourist), yaitu mengenai karakteristik wisatawan yang diharapkan

datang.

2) Pengangkutan (transportation), yakni fasilitas transportasi yang tersedia atau yang dapat digunakan, baik untuk membawa wisatawan dari negara ke daerah tujuan wisata yang akan dituju maupun transportasi lokal kalau melakukan perjalanan wisata di daerah tujuan wisata yang dikunjungi.

3) Atraksi atau objek wisata yaitu bagaimana objek atau atraksi yang akan dijual dengan memperhatikan tiga syarat seperti apa yang dapat dilihat (something to buy) di daerah tujuan wisata yang dikunjungi.

4) Fasilitas pelayanan (service facilities), meliputi akomodasi perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

5) Informasi dan promosi (information and promotion), yaitu informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan, menyangkut iklan, video, brosur atau booklet sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata (Yoeti, 1997:2-3). Berikut ini adalah gambar dari aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata: Domestik Mancanegara Iklan  Darat Brosur  Laut Video  Udara Something to see Something to do Something to buy Hotel Restoran Pelayanan Umum Gambar I.2

Aspek-aspek Perencanaan Pariwisata Yang Perlu Dikaji

Wisatawan Informasi / Promosi Transportasi Objek (Atraksi) Wisata Fasilitas Pelayanan

c. Pengembangan Sasaran Pariwisata Daerah yang Lebih Luas

Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang semakin banyak secara terus-menerus sehingga akan merupakan asset penting dalam pembangunan, baik bagi negara dan bagi Kota Dumai pada khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian bangsa.

Pembangunan keperiwisataan adalah bagian integral dari pembangunan daerah yang dapat memberikan arti penting bagi masyarakat, terutama untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan dan memperkenalkan alam Indonesia untuk memupuk rasa cinta tanah air. Walaupun memberikan banyak dampak positif terhadap pembangunan pariwisata, ada baiknya agar industri pariwisata tidak lupa memprioritaskan faktor lingkungan dan sosial berdampingan dengan keinginan untuk mengembangkan perekonomian pada daerah tujuan wisata tersebut.

Selanjutnya Mill dan Morrison (1995) juga menganjurkan supaya sasaran sektor pariwisata tidak ditetapkan secara eksklusif, karena sasaran pariwisata harus disusun sesuai dengan kepentingan nasional yang lebih luas. Menurut Gunn menetapkan sasaran pengembangan pariwisata pada suatu saerah tujuan wisata sebagai berikut:

a. Mempersiapkan asesibilitas, fasilitas dan daya tarik pariwisata sedemikian rupa sehingga bila wisatawan berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut merasa puas, senang dan sesuai dengan harapannya mengapa ia melakukan perjalanan wisata. b. Supaya perusahaan-perusahaan yang termasuk industri pariwisata memperoleh hasil

dari keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan volume kunjungan wisatawan ke daerah itu, apalagi bagi pengusaha yang telah menginvestasikan modalnya dalam sektor pariwisata yang pengembaliannya relatif cukup lama.

c. Pengembangan yang dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan lingkungan, pencemaran seni dan budaya, kerusakan moral dan kepribadian bangsa, kehancuran kehidupan beragama dan terhindar dari perdagangan psikotropika (obat-obat terlarang) internasional.

Walau dua sasaran diatas lebih menekankan pada ekonomi, namun sasaran akhirnya ia menginginkan agar sasaran ketiga dianggap lebih penting diperhatikan (dalam Yoeti, 2002: 52). Dengan demikian, sasaran pengembangan pariwisata harus menyediakan kerangka untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk yang lebih baik melalui manfaat ekonomi dari sektor pariwisata. Disamping itu juga perlu membangun infrastruktur dan menyediakan fasilitas rekreasi dan hiburan, baik bagi wisatawan maupun masyarakat setempat dan menjamin dilakukannya berbagai macam pembangunan di kawasan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Kemudian yang paling perlu diperhatikan adalah merancang suatu program pembangunan yang konsisten berdasarkan filosofi perekonomian rakyat, sosial dan budaya, yang hidup di tengah-tangah masyarakat banyak yang tinggal dan hidup di sekitar proyek pariwisata itu dikembangkan.

d. Permasalahan yang Dihadapi

1. Penataan kawasan wisata masih sering terlihat kurang mengikuti kaedah teknis penataan ruang, misalnya memanfaatkan kawasan yang mempunyai kemiringan lereng tidak layak untuk dikembangkan namun tetap dibangun menjadi obyek pariwisata, seperti pembangunan sarana akomodasi, yang dapat menimbulkan dapak negatif terhadap upaya pariwisata itu sendiri. Contohnya permandian air panas di Kab. Mojokerto Jawa Timur yang beberapa waktu yang lalu terjadi bencana banjir bandang yang mengakibatkan kerugian jiwa dan material yang sangat besar. Contoh lain yaitu pengendalian yang masih belum efektif terhadap

pembangunan fasilitas pariwisata yang merambah ke kawasan lindung yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi dan banjir, seperti yang terjadi di kawasan pariwisata puncak.

2. Permasalahan lainnya yaitu pengembangan kegiatan pariwisata masih fokus hanya pada pengembangan aspek fisik saja, seperti hanya mengembangkan karena potensi alamnya seperti Danau Toba, karena potensi situs seperti Borobudur. Saat ini dalam pengembangan kegiatan pariwisata belum terlihat upaya menciptakan obyek pariwisata baru yang bersifat non-fisik, seperti dengan mengembangkan potensi kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut, apakah upacara adat yang dimiliki atau kegiatan unik yang ada contohnya tempat penangkaran buaya di daerah Medan berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata nasional. Sebenarnya masih banyak potensi-potensi pariwisata lainnya yang dapat dikembangkan yang terkait dengan aspek budaya, seperti misalnya Tanah Toraja, Taman Laut Bunaken, sebagaimana diusulkan dalam RTRWN.

3. Konflik antar sektor juga masih sering terjadi dalam mengembangkan kegiatan pariwisata, seperti misalnya konflik antar sektor pertanian dengan sektor pariwisata yang terjadi Bali, dimana pengembangan kawasan wisata di Bali mempengaruhi penyediaan air baku untuk kawasan pertanian.

4. Permasalahan-permasalahan dalam konteks lokal yang sering ditemui antara lain dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata, masih banyak terjadi masyarakat yang berada di dalam kawasan wisata tersebut masih belum ikut “memiliki”, manfaat yang dihasilkan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya hanya dirasakan oleh para investor saja.

5. Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana penunjang merupakan juga salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Dimana dukungan sarana dan prasarana merupakan faktor penting untuk keberlanjutan penyelenggaraan

kegiatan pariwisata, seperti penyediaan akses, akomodasi, angkutan wisata, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Masih banyak kawasan wisata yang sangat berpotensi tetapi masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu sarana dan prasarana yang

6. dibangun hanya untuk kepentingan lokal saja, belum dapat melayani kebutuhan penyelenggaraan pariwisata di luar lokasi. Seperti misalnya penyediaan angkutan wisata hanya tersedia di area kawasan wisata saja, tetapi sarana angkutan untuk mencapai kawasan tersebut dari akses luar belum tersedia.

e. Pedoman Pengembangan Sasaran Pariwisata Daerah

Dari analisis yang pernah dilakukan oleh bermacam-macam lembaga atau organisasi, termasuk yang dilakukan oleh Gravens dan Lamb menyatakan beberapa kriteria dan pedoman yang dapat menentukan sasaran pengembangan pariwisata daerah, antara lain adalah :

a. Setiap sasaran harus relevan dengan hasil keseluruhan. Misalnya, kesadaran berpromosi dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kunjungan wisatawan yang diinginkan.

b. Setiap sasaran hendaknya konsisten dengan sasaran-sasaran lain dari daerah tujuan wisata tersebut. Sasaran yang tidak konsisten dapat berlawanan dengan sasaran yang lain.

c. Setiap sasaran yang hendak dicapai harus cukup realistis, logis dan bukan suatu hasil rekayasa.

d. Sasaran yang ditetapkan dapat dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam pelaksanaan. Sasaran yang ditetapkan dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan, yang berarti dapat membantu organisasi untuk menyeleksi alternatif pelaksanaan yang dilakukan (dalam Yoeti, 2002: 53).

Maka dapat disimpulkan bahwa supaya sasaran dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka sasaran itu harus dapat menggambarkan suatu pertimbangan tentang keseimbangan antara kinerja yang diinginkan dengan kemungkinan pencapaiannya. Juga penting diperhatikan, sasaran harus ditetapkan dengan jalan membandingkan dengan sasaran-sasaran lain di daerah tersebut. Bila ini tidak dilakukan mungkin akan dapat mengakibatkan terjadinya benturan antara sasaran-sasaran yang satu dengan yang lain atau bahkan dalam sasaran itu sendiri.

f. Pentingnya Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Merencanakan sesuatu bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat pula memperkecil efek samping yang tidak menguntungkan. Karena itu pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Hal ini mengingatkan bahwa dalam pengembangan sektor pariwisata memerlukan biaya yang relatif besar seperti pembangunan lapangan terbang, pelabuhan, jalan-jalan menuju objek wisata, pembangunan hotel dan akomodasi lainnya, pengadaan tenaga listrik, sarana telekomunikasi dan sebagainya sehingga perlu perencanaan yang matang.

Pertumbuhan kepariwisataan yang tidak terkendali sebagai akibat dari perencanaan yang kurang baik, pasti akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi semua pihak. Dengan perkataan lain, akan dapat menimbulkan masalah-masalah sosial dan budaya, terutama di daerah atau tempat dimana terdapat tingkat perbedaan sosialnya antara wisatawan dengan penduduk setempat. Misalnya, tingkah laku penduduk yang suka meniru seperti apa yang dilakukan wisatawan asing sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah sosial seperti hilangnya kepribadian,

mundurnya kualitas barang-barang kerajinan, pencemaran pada objek-objek wisata serta menurunnya moral kaum muda. Dengan demikian perencanaan pengembangan pariwisata hendaknya sejalan dengan pembangunan nasional mengingat bahwa pengembangan pariwisata tidak berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan erat dengan sektor-sektor ekonomi, sosial, dan budaya yang hidup dalam masyarakat.

Dengan perencanaan yang baik maka akan dapat menghasilkan program yang sesuai dengan kebutuhan, tuntutan dan karakteristik daerah dengan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan, sehingga dalam rangka pengembangan pariwisata disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan terbatas jumlahnya sehingga dapat disusun program menurut prioritas kepentingan.

Perencanaan pengembangan pariwisata juga bermanfaat bagi para pengusaha, secara khusus yang terlibat dalam bidang pariwisata dimana mereka dapat melihat iklim yang sesuai dengan perkembangan usahanya sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perencanaan usahanya sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perencanaan pengembangan pariwisata juga bermanfaat bagi masyarakat umum terutama masyarakat di sekitar objek wisata, dimana mereka dapat memahami pentingnya pengembangan pariwisata sehingga masyarakat tidak menjadi penghambat.

g. Usaha-Usaha Dalam Pengembangan Pariwisata

Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengembangan kepariwisataan dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut (Happy Marpaung, 2002 : 9) :

1. Memelihara atau membina keindahan alam dan kekayaan serta kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan.

2. Menyediakan atau membina fasilitas-fasilitas transport akomodasi entertainment dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai. 3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam

maupun di luar negeri.

4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur yang menghambatnya

5. Mengerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan khususnya perhubungan udara, sebagai sasaran utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.

Agar pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara terarah dan integral diperlukan suatu perencanaan pengembangan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya.

h. Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan pariwisata

Dalam rangka usaha pengembangan kepariwisatawan aspek-aspek yang perlu diperhatikan (Happy Marpaung, 2002 : 30) adalah :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi (jalan, jembatan), peningkatan daya tarik objek wisata, pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata, peningkatan fasilitas dan pelayanan hotel, restoran, biro perjalanan sebagai penunjang keberhasilan pariwisata

2. Menetapkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan iklim dan kondisi yang sehat guna memperlancar kegiatan pariwisata.

3. Tidak merugikan kebudayaan masyarakat Indonesia serta perkembangannya. 4. Dilakukan pengamanan benda-benda peninggalan sejarah serta

binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang dilindungi di dalam margasatwa terhadap bahaya rusak atau hilang antara lain memperkeras pelaksanaan peraturan yang sudah ada.

5. Dilakukan pengawasan terhadap usaha yang khas Indonesia (nasional maupun daerah) yang mungkin terdesak oleh perkembangan pariwisata.

6. Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas maka perencanaan pengembangan pariwisata bukan hanya sekedar program atau kegiatan jangka pendek, tetapi dapat berlangsung secara terus menerus secara berkesinambungan.

F. Defenisi Konsep Dan Operasional Variabel

Dokumen terkait