• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.2 Pergerakan R. margaritifer

Dari hasil pola pergerakan terlihat bahwa baik katak jantan maupun betina bergerak lebih jauh pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Amfibi merupakan satwa yang biasa aktif pada malam hari (Duellman dan Trueb 1986). Pada malam hari aktivitas amfibi meningkat dan biasanya katak bergerak ke posisi yang terbuka di daerah perairan dan hutan (Hodgkison & Hero 2001). Jarak yang ditempuh pada siang dan malam hari antara katak jantan dan betina tidak berbeda nyata. Menurut analisis pergerakan yang dilakukan Lemckert & Brassil (2002) pada katak raksasa Myophyxses iterates dari Australia, sedikitnya perbedaan pergerakan antara katak jantan dan katak betina diduga karena katak jantan jenis ini bersuara sporadik (jarang) dan tidak memiliki lokasi memanggil sehingga katak jantan bergerak bebas. Pada pengamatan pergerakan R. margaritifer tidak terlihat adanya katak jantan yang bersuara, tetapi untuk katak R. margaritifer jantan yang tidak diamati pergerakannya terdengar ada yang bersuara. Tidak bersuaranya katak yang diamati pergerakannya diduga karena adanya pemakaian spool. Satu katak betina yang menggunakan spool terlihat akan melakukan amplexus tetapi pada akhirnya katak tersebut tidak kawin diduga karena alat yang mengganggu ketika akan amplexus.

Nilai minimum pergerakan setiap tiga jam untuk katak jantan dan katak betina pada siang hari sama, tetapi katak jantan yang bergerak melebihi nilai minimum pergerakan setiap tiga jam lebih banyak jika dibandingkan dengan katak betina. Hal ini diduga karena adanya gangguan dari pengunjung maupun gangguan dari peneliti ketika melakukan pengamatan yang menyebabkan katak bergerak baik pada katak jantan maupun pada katak betina. Gangguan pengunjung tersebut biasa terjadi di akhir pekan, karena pada waktu tersebut jumlah pengunjung meningkat dan ini terjadi pada katak jantan yang lokasi penelitiannya terletak dekat air terjun yang banyak dikunjungi. Secara umum pergerakan katak

32

lebih kecil jaraknya jika dibandingkan dengan tetrapoda lainnya (Sinch 1990 dalam Blaustein et al. 1994)

Pengamatan yang dilakukan selama 72 jam terhadap masing-masing katak tidak menunjukkan katak kembali pada posisi awal pengamatan. Meskipun katak bergerak tidak kembali pada posisi awal pengamatan, hasil hitung chi kuadrat berdasarkan nilai alur kelurusan menunjukkan bahwa katak jantan dan betina bergerak tidak menjauhi posisi awal pengamatan. Terlihat pula bahwa nilai alur kelurusan katak betina lebih besar dari katak jantan, yang berarti pergerakan katak betina lebih menjauhi titik awal pengamatan. Schwarzkopt dan Alford (2002) menyebutkan bahwa kemungkinan tingginya pergerakan dan besarnya alur kelurusan katak ditentukan oleh habitatnya atau lokasi katak bergerak.

Pergerakan yang tidak menjauhi posisi titik awal pengamatan diduga karena penemuan katak sebagai obyek pengamatan tidak jauh dari sumber air (Gambar 17). Selain itu juga diduga karena terdapat jenis betina yang akan kawin sehingga pergerakan yang dilakukan tidak jauh dari sumber air. Matthews dan Pope (1999) dalam Lemkert dan Brassil (2000) menyebutkan bahwa pergerakan amfibi berkisar antara 10 sampai 100 meter dari tempat berkembangbiaknya. Belthoff (1990) dan Small et al. (1993), juga menyebutkan strategi pergerakan yang ditunjukkan vertebrata berubah-ubah dari sekali perubahan (pergerakan dispersal) atau sebelum satwa mengalami kematangan seksual dan selanjutnya satwa akan bergerak di antara daerah teritori atau wilayah jelajah.

Selama pengamatan, katak biasanya mulai aktif yaitu sekitar pukul 18.00 WIB. Pada waktu tersebut katak tidak langsung bergerak, katak mulai membuka mata dan dalam posisi yang sama ketika katak istirahat. Katak mulai bergerak sekitar pukul 19.00 WIB dan ketika pengamatan pukul 20.00 WIB posisi katak mulai berubah, sedangkan waktu katak mulai berhenti bergerak sekitar pukul 06.00 WIB.

33                            

Gambar 17 Denah lokasi dan pergerakan katak yang diamati di Cibereum 

34

5.2.3 Penggunaan Habitat Mikro R. margaritifer

Aktivitas harian amfibi dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperoleh pakan, kawin, tempat berlindung, menghindari pemangsa dan mempertahankan kondisi fisiologis (Dole 1965). Selama pengamatan terlihat bahwa katak R. margaritifer banyak menghabiskan kegiatannya di tumbuh-tumbuhan dan berada tidak jauh dari sumber air. Setiap katak jantan dan betina memiliki kegiatan yang sama yaitu istirahat tidur pada siang hari dan mulai aktif pada malam hari. Siang hari biasanya katak istirahat pada lokasi-lokasi yang terlindung. Lokasi yang terlindung tersebut seperti di sela daun, batang yang terlindung, dan terdapat satu katak jantan yang beristirahat masuk kedalam lubang diatas serasah (serasah terlindung). Kebiasaan ini sama seperti yang dilakukan oleh amfibi terestrial. Menurut Duellman dan Trueb (1986) amfibi terestrial mempunyai daya adaptasi untuk mengatasi kehilangan cairan dalam tubuh dengan menjadi nokturnal dan berlindung pada siang hari. Tempat istirahat katak yang diamati pada waktu tertentu juga dapat menunjukkan R. margaritifer yang sedang beristirahat. Hal ini terjadi pada katak betina 2, ketika melakukan pengamatan siang hari, ditemukan R. margaritifer jantan yang sedang beristirahat. Jarak ditemukan katak jantan tersebut yaitu ± 1.5 meter.

Pengamatan juga dilakukan terhadap suhu tubuh katak. Selama pengamatan, suhu tubuh katak berubah-ubah bergantung pada suhu lingkungan. Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa suhu tubuh katak akan menurun jika suhu udara menurun dan juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena katak termasuk satwa ektoterm dan memiliki suhu tubuh dekat dengan lingkungannya terutama pada substrat (Duellman & Trueb 1986). Terdapat perbedaan fluktuasi pada katak jantan 1 dan katak jantan 3. Katak jantan 1 menunjukkan suhu tubuh naik tetapi suhu lingkungan tetap yang terjadi pada siang hari sekitar pukul 11.00-17.00 WIB, sedangkan pada katak jantan 3 menunjukkan fluktuasi yaitu suhu tubuh yang lebih rendah daripada suhu lingkungan dan terjadi pada pukul 13.00 WIB. Menurut Hall dan Root (1930) dalam Mellanby (1940) rendahnya suhu tubuh dibandingkan dengan suhu lingkungan disebabkan oleh adanya proses metabolisme yang menyebabkan evaporasi tinggi.

35

Perbedaan nilai antara suhu tubuh katak dan suhu udara bervariasi. Kisaran perbedaan tersebut adalah 0.1 – 4 0C. Biasanya suhu tubuh katak rendah pada pagi hari sekitar pukul 03.00 – 05.00 WIB. Pada suhu rendah tersebut R. margaritifer cenderung tidak mengalami perpindahan posisi, tetapi terlihat aktif. Begitu juga ketika suhu udara tinggi katak tidak bergerak dan biasa terjadi pada siang hari. Angka pH air di sekitar lokasi pengamatan, menunjukkan katak berada pada daerah dengan derajat keasaman air yang normal.

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di lokasi pengamatan diantaranya adalah kecubung (Brugmansia suaveolens), markisa (Passiflora edulis), pacar tere (Impatiens balsamina), babakoan (Eupatorium sordidum), kirinyuh (Austroeupatorium pallescens), harendong buluh (Clidemia hirta), dan Nephrolepis biserrata. Dari berbagai macam jenis tumbuhan tersebut menunjukkan bahwa kecubung merupakan jenis tumbuhan yang sering didiami R. margaritifer dan tempat untuk meletakkan telur R. margaritifer. Hal tersebut diduga karena kecubung banyak tumbuh di daerah sumber air dan katak yang bertelur akan meletakkan telurnya di daerah yang dekat dengan sumber air. Selain itu struktur daun kecubung yang lebar juga memudahkan katak untuk meletakkan telurnya di atas daun. Daun yang lebar tersebut menunjukkan telur yang diletakkan di atas daun kecubung akan dilipat untuk melindungi telur.

Setiap melakukan pergerakan atau perpindahan posisi, katak melakukan kontak dengan lingkungannya. Kontak yang dilakukan diantaranya adalah kontak dengan jenis katak yang sama jenisnya. Kontak ini terjadi sekali pada katak jantan** yang pengamatannya hanya 27 jam. Pengamatan menunjukkan adanya kontak dengan tiga individu katak lain pada pukul 09.00 WIB. Pada waktu tersebut belum terjadi kontak kulit pada katak yang diamati, tetapi kontak kulit terjadi pada tiga individu lain. Kemudian pengamatan pada pukul 15.00 WIB menunjukkan kontak kulit terjadi pada katak yang diamati dengan tiga individu katak lain. Jika tidak diamati secara teliti, posisi katak tersebut tidak diketahui karena posisinya berada di sela daun dan menutupi katak. Pada pengamatan ini, suhu tubuh katak tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Suhu tubuh yang diukur berkisar 20-20,20C. Kontak ini terjadi pada siang hari yaitu ketika katak istirahat.

36

Kontak dengan individu sejenis juga terjadi pada katak betina 4. Ketika ditemukan, katak tersebut jauh dari katak jantan dengan jarak antara katak jantan dan katak betina 4 yaitu sekitar lima meter. Kontak ini terjadi pada pengamatan habituasi katak terhadap alat. Kontak terjadi dengan menempelnya katak jantan pada katak betina pada pukul 23.00 - 06.00 WIB dan tidak terjadi amplexus. Sepanjang malam katak bergerak di daerah rerumputan yang berada di air, sehingga jarak dengan badan air nol meter. Pergerakan katak betina dan jantan di daerah sumber air diduga karena katak betina akan amplexus. Menurut Grzimek (1974) pada saat akan melakukan perkawinan, individu betina Rachophoridae bertugas mencari tempat yang paling cocok untuk meletakkan telur, biasanya berada di permukaan daun di atas permukaan aliran sungai sehingga pada saat telur menetas berudu akan langsung jatuh ke air. Tetapi hal tersebut tidak terjadi diduga karena ada pemasangan spool yang mengganggu katak betina.

Jika dilihat dari kontak R. margaritifer dengan lingkungannya, maka kontak yang paling banyak adalah kontak dengan tumbuhan, sedangkan kontak dengan sesama katak sedikit sehingga adanya kemungkinan penularan penyakit parasit melalui kontak sesama katak sedikit. Menurut Ezenwa (2004) meningkatnya pembentukan formasi populasi host (inang) disebabkan oleh meningkatnya kontak antara individu, dan banyaknya sistem host-patogen berkorelasi positif antara keduanya dan peningkatan kontak parasit.

Setiap satwa memiliki wilayah jelajah, tetapi pada pengamatan pergerakan R. margaritifer selama 72 jam tidak mengukur wilayah jelalah, sehingga wilayah jelajah tidak dapat ditunjukkan. Pada pengamatan tersebut tidak semua aktivitas dapat ditemukan. Hanya beberapa aktivitas yang dapat dilihat secara jelas diantaranya adalah tempat berlindung, tempat tidur, dan daerah sumber air.

37

BAB VI

Dokumen terkait