• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selongsong benang berbahan plastik dan tempat penyimpan selongsong terbuat dari plastik mika yang digunakan untuk katak betina

METODE PENELITIAN

3. Selongsong benang berbahan plastik dan tempat penyimpan selongsong terbuat dari plastik mika yang digunakan untuk katak betina

Sebelum alat digunakan pada R. margaritifer dilakukan uji coba alat terlebih dahulu terhadap seekor katak pohon bergaris (P. leucomystax) jantan di Kampus IPB Darmaga dan dilanjutkan dengan uji coba pada seekor R. margaritifer jantan di Cibereum, TNGP. Uji coba dilakukan untuk bahan nomor satu dan dua selama 12 jam dari pukul 19.00-07.00 WIB dan dicek setiap tiga jam sekali dengan tujuan melihat kelancaran alat. Alat yang menunjukkan benang tidak kusut dan berjalan lancar selama pengamatan digunakan dalam penelitian pola pergerakan R. margaritifer.

Gambar 3 Spool; (a) Spool bahan 1; (b) Spool bahan 2; (c) Spool bahan 3.

13

3.3.2 Pola Pergerakan Harian dan Penggunaaan Habitat Mikro R. margaritifer

Penelitian dimulai dengan menangkap katak betina dan jantan pada lokasi yang menjadi tempat pengamatan. Rencana jumlah katak yang akan diamati dua belas individu yaitu enam katak jantan dan enam katak betina, tetapi karena ada kesulitan menemukan katak betina maka diputuskan hanya delapan individu katak yang diamati pergerakannya. Katak yang diamati sebanyak delapan individu yaitu empat individu jantan dengan rata-rata SVL (45,4 ± 4,6 mm) dan rata-rata bobot tubuh (5,3 ± 1,4 gram) dan empat individu betina dengan rata-rata SVL (64,3 ± 1,4 mm) dan rata-rata bobot tubuh (19 ± 4,1 gram). Katak yang tertangkap dipasangi spool berisi tali. Pengamatan pola pergerakan individu katak tidak dilakukan secara serentak pada seluruh individu, tetapi bervariasi antara individu (Tabel 2). Nama individu katak berupa angka menunjukkan katak menggunakan spool dengan bobot lebih kecil dari 10%, sedangkan tanda bintang menunjukkan katak menggunakan spool dengan bobot lebih besar dari 10%.

Tabel 2 Tanggal pengamatan pergerakan R. margaritifer

Lokasi Individu Mulai

Pengamatan

Akhir Pengamatan

Lama Pengamatan

Ciwalen Jantan 1 19-Apr-09 22-Apr-09 72 jam

Cibereum Jantan 2 02-Jun-09 05-Jun-09 72 jam

Jantan 3 30-Jul-09 02-Agust-09 72 jam

Jantan 4 30-Jul-09 02-Agust-09 72 jam

Betina 1 02-Jun-09 05-Jun-09 72 jam

Betina 2 28-Okt-09 31-Okt-09 72 jam

Betina 3 28-Okt-09 31-Okt-09 72 jam

Betina 4 29-Okt-09 01- Nov-09 72 jam

Jantan* 26-Des-08 29-Des-08 72 jam

Jantan** 28-Des-08 30-Des-08 27 jam

Jantan*** 25-Des-08 26-Des-08 24 jam

Keterangan : Lama pemakaian alat pada masing-masing katak ditambah dengan 12 jam aklimatisasi alat.

Jarak pergerakan katak diukur dengan cara mengukur tali dan di amati setiap tiga jam selama 72 jam. Pengamatan selama 72 jam dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih baik dibandingkan penelitian Sholihat (2007) yang relatif lebih pendek (24 jam). Pada awal pengamatan pengukuran pergerakan katak dihitung setelah 12 jam pemasangan spool untuk mengetahui habituasi

14

katak terhadap alat. Pengukuran pergerakan dilakukan setelah pelepasan katak pada posisi setelah 12 jam habituasi sampai posisi katak terakhir setelah 72 jam. Pola pergerakan dilihat dari benang yang ditinggalkan oleh katak dan data posisi katak dicatat setiap tiga jam. Meteran digunakan untuk mengukur posisi katak, yaitu posisi tinggi katak dari badan air (y) dan jarak horizontal katak dari badan air (x). Data tersebut diukur untuk menentukan koordinat titik pergerakan terakhir. Data lain yang diambil adalah suhu tubuh katak setiap pergerakan tiga jam, habitat mikro serta akivitas yang dilakukan di setiap lokasi ditemukannya jenis katak tersebut. Data habitat mikro diambil mengacu kepada Heyer et al. (1994), yaitu tipe substrat, posisi horizontal katak terhadap badan air, posisi vertikal katak terhadap permukaan air, suhu tubuh katak, suhu udara, pH air, dan data khusus lainnya. Data khusus lain yang diambil adalah jarak katak yang diamati dengan katak lain dan jarak dengan satwa lain yang berada di sekitarnya. Kategori posisi katak pada substrat pada penelitian ini dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu: 1) di sela daun, 2) batang terbuka, 3) batang terlindung, 4) batu terbuka, 5) batu terlindung, 6) di atas daun, 7) tanah terbuka, dan 8) serasah terlindung. Posisi di sela daun, batang terlindung, batu terlindung dan serasah terlindung berarti pada bagian atas katak terdapat naungan seperti dedaunan, sedangkan posisi di atas daun, tanah terbuka, batu terbuka dan tanah terbuka berarti katak berada pada posisi yang tidak mendapat naungan.

3.4 Analisis Data

Data yang didapat dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Data yang dijelaskan secara deskriptif yaitu habitat mikro R. margaritifer, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data jarak pergerakan individu R. margaritifer. Jarak pergerakan individu R. margaritifer diperoleh melalui pengukuran posisi katak setiap tiga jam pengamatan. Data jarak dan posisi katak digunakan untuk memetakan pergerakan katak selama tiga hari atau 72 jam. Jika jarak pergerakan katak < 0,05 m maka pergerakan dianggap nol karena dengan jarak pergerakan tersebut dapat diartikan pergerakan yang dilakukan di tempat atau hanya bergeser dari posisi awal.

15

Pergerakan katak dianalisis secara kuantitatif untuk melihat net displacement dan nilai alur kelurusan dari pergerakan (straightness of the movement trail). Net displacement yaitu jarak yang ditempuh selama katak dipasangi alat dan biasanya diukur selama 24 jam (Schwarzkopf & Alford 2002). Menurut Sokal dan Rohlf (1981) dalam Schwarzkopf dan Alford (2002) pergerakan katak sangat berubah-ubah, beragam, dan tidak normal sehingga untuk membuat pergerakan menjadi normal maka dibakukan dalam nilai alur kelurusan. Nilai alur kelurusan diperoleh dengan menghitung rasio dari jarak kumulatif total katak bergerak dengan jarak antara titik awal ke titik akhir pengamatan (Sinch 1988 dalam Schwarzkopf & Alford 2002). Total jarak antara titik awal ke titik akhir yaitu berupa jarak lurus, sedangkan jarak kumulatif total pergerakan yaitu berupa jarak tempuh. Nilai alur kelurusan disebut juga “linearity index” (Bell & Kramer 1979 dalam Schwarzkopf & Alford 2002). Nilai alur kelurusan menunjukkan pergerakan katak menjauhi atau hanya bergerak di sekitar titik awal. Pergerakan tersebut diplotkan selama 72 jam. Nilai alur kelurusan adalah 0-1, dimana satu mengindikasikan katak bergerak keluar dalam pola alur lurus dan nol mengindikasikan katak tidak bergeser.

 

Selain itu dilakukan juga uji hipotesis nilai alur kelurusan dengan menggunakan metode penghitungan chi kuadrat. Hipotesis berdasarkan nilai alur kelurusan dengan Ho adalah pola pergerakan jantan dan betina tidak menjauhi titik awal pengamatan sedangkan Ha adalah pola pergerakan jantan dan betina menjauhi titik awal pengamatan. Apabila 2 hitung lebih besar 2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Rumus chi kuadrat yang digunakan adalah: 

  2 hitung =

Keterangan 2 : Chi kuadrat

E : Frekuensi harapan nilai alur kelurusan O : Frekuensi pengamatan

16

Data pergerakan katak dianalisis dengan menggunakan SPSS 15.0 (Pratisto 2002). Data yang dianalisis adalah data jarak antara dua titik posisi katak setiap tiga jam pengamatan selama 72 jam. Data pada posisi awal katak tidak dimasukkan dalam analisis ini karena dianggap katak tidak bergerak.

17

BAB IV

Dokumen terkait