• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pertumbuhan dan Pergeseran Sektor-Sektor Perekonomian

5.2.2. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB

Tabel 5.4. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2000-2001 (Sebelum Bom Bali 1)

No Sektor perekonomian PB ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -10.750,84 -0,74

2 Pertambangan dan Penggalian -1.238,54 -2,24

3 Industri Pengolahan 7.032,42 1,11

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.167,70 7,43

5 Bangunan -1.075,37 -0,33

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -27.224,26 -1,14

7 Pengangkutan dan Komunikasi 18.911,43 1,97

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -1.175,86 -0,24

9 Jasa-jasa -682,09 -0,06

Total -8.035,58 -0,11

Sumber: Bali in Figures, 2002 (diolah).

Berdasarkan penelitian selama periode 2000-2001 atau sebelum bom Bali 1 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang progressive yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan sektor-sektor lain pertumbuhannya tidak progressive.

Analisis selanjutnya yaitu analisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Provinsi Bali. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan PDRB sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut. Analisis profil pertumbuhan PDRB dengan mengekspresikan nilai persentase pertumbuhan proporsional setiap sektor diplotkan dalam sumbu horizontal sedangkan nilai persentase perubahan pertumbuhan pangsa wilayah ke dalam sumbu vertikal.

Gambar 5.5. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Periode 2000-2001 (Sebelum Bom Bali 1)

Berdasarkan Gambar 5.5, bisa dilihat, profil sektor perekonomian Provinsi Bali dalam kurun waktu 2000-2001 menurut analisis Shift Share. Kuadran 1 merupakan kuadran di mana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat (PP > 0) dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya (PPW > 0). Sektor yang ada di kuadran I adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.

Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP > 0), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (PPW < 0). Sektor yang ada di kuadran II adalah sektor bangunan, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Kuadran III merupakan kuadran di mana PP dan PPW bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (PP < 0) dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain (PPW < 0). Yang termasuk ke dalam kuadran III adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan lambat (PP < 0), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (PPW > 0). Sektor yang termasuk dalam kuadran IV adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-jasa.

5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 2003-2004

Berdasarkan penelitian ini, semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Bali selama periode 2003-2004 memberikan kontribusi yang positif. Dilihat dari nilai komponen pertumbuhan regional (PR) di Provinsi Bali ternyata sektor yang memiliki nilai komponen PR yang paling tinggi dari seluruh sektor adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar Rp 292.161,20 juta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran ini memiliki kontribusi peningkatan terbesar.

Tabel 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PR ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 212.534,40 5,03

2 Pertambangan dan Penggalian 6.181,35 5,03

3 Industri Pengolahan 92.204,60 5,03

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 14.053,90 5,03

5 Bangunan 37.003,80 5,03

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 292.161,20 5,03 7 Pengangkutan dan Komunikasi 97.538,10 5,03 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 67.719,10 5,03

9 Jasa-jasa 134.648,30 5,03

Total 954.044,75 5,03

Sumber: Bali in Figures, 2005 (diolah).

Selanjutnya adalah pertumbuhan proporsional (PP). Berdasarkan Tabel 5.5, sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan cepat adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Tabel 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PP ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -92.711,33 -2,18

2 Pertambangan dan penggalian -11.715,90 -9,48

3 Industri Pengolahan 25.504,90 1,38

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 840,31 0,30

5 Bangunan 18.427,30 2,49

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 40.997,23 0,70 7 Pengangkutan dan Komunikasi 163.564,37 8,38 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 35.990,13 2,66

9 Jasa-jasa 10.132,28 0,38

Total 5.890,27 0,03

Sumber: Bali in Figures, 2005 (diolah).

Kemudian komponen pertumbuhan wilayah yang terakhir adalah pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat

beberapa sektor yang memiliki nilai PPW>0 yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Artinya, sektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi atau baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Tabel 5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PPW ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 35.664,97 0,84

2 Pertambangan dan Penggalian 10.949,54 8,86

3 Industri Pengolahan -49.336,47 -2,68

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -2.276,20 -0,81

5 Bangunan -17.761,08 -2,40

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -61.679,32 -1,06 7 Pengangkutan dan Komunikasi -160.285,53 -8,22 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.181,79 0,31

9 Jasa-jasa -22.183,58 -0,82

Total -77.586,74 -0,41

Sumber: Bali in Figures, 2005 (diolah).

5.2.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1)

Tabel 5.8. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PB ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -57.046,36 -1,34

2 Pertambangan dan Penggalian -766,35 -0,62

3 Industri Pengolahan -23.831,57 -1,29

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.435,89 -0,51

5 Bangunan 666,22 0,09

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -20.682,09 -0,35

7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.278,84 0,17

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 40.171,92 2,97

9 Jasa-jasa -12.051,29 -0,45

Total -71.696,46 -0,38

Berdasarkan Tabel 5.8, dapat dilihat bahwa selama periode 2003-2004 atau sesudah bom Bali 1 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang

progressive yaitu sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor lain pertumbuhannya tidak progressive.

Gambar 5.6. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Periode 2003-2004 (Sesudah Bom Bali 1 atau Sebelum Bom Bali 2)

Berdasarkan Gambar 5.6, dalam kurun waktu 2003-2004 atau periode sesudah tragedi bom Bali 1 dan sebelum bom Bali 2, kondisi perekonomian Provinsi Bali mengalami fluktuatif. Sektor pariwisata, yang notabene sebagai

leading sector di Provinsi Bali, mengalami dampak signifikan akibat adanya tragedi bom. Sektor yang mendukung pariwisata, misalnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada periode 2003-2004 berada pada kuadran 2 yang pada periode 2000-2001 juga berada pada kuadran 2. Hal ini disebabkan fluktuasi banyaknya wisatawan, baik asing maupun domestik, yang datang ke Provinsi Bali akibat isu keamanan dan kesehatan, khususnya sesudah tragedi bom (Tabel 5.9).

Tabel 5.9. Banyaknya Wisatawan yang Datang Langsung ke Bali Periode 2000-2004 2000 2001 2002 2003 2004 Jumlah (jiwa) 1.408.249 2.509.882 1.570.859 1.684.300 2.041.960 Pertumbuhan (%) - 78,23 -37,41 7,22 21,23

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2005 (diolah).

5.2.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 2006-2007

Berdasarkan Tabel 5.10, semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Bali selama periode 2006-2007 memberikan kontribusi yang positif. Dilihat dari nilai komponen pertumbuhan regional (PR) di Provinsi Bali ternyata sektor yang memiliki nilai komponen PR yang paling tinggi dari seluruh sektor adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar Rp 430.302,70 juta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran ini memiliki kontribusi peningkatan terbesar. Tabel 5.10. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Provinsi Bali Tahun

2006-2007 (Sesudah Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PR ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 301.103,40 6,345

2 Pertambangan dan Penggalian 8.667,00 6,345

3 Industri Pengolahan 132.163,00 6,345

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 20.791,20 6,345

5 Bangunan 54.004,50 6,345

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 430.302,70 6,345 7 Pengangkutan dan Komunikasi 146.367,10 6,345 8 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 105.448,30 6,345

9 Jasa-jasa 198.787,70 6,345

Total 1.397.634,80 6,345

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 (diolah).

Selanjutnya adalah pertumbuhan proporsional (PP). Berdasarkan Tabel 5.11, sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan cepat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Tabel 5.11. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Provinsi Bali Tahun 2006-2007 (Sesudah Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PP ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -135.237,01 -2,83

2 Pertambangan dan Penggalian -6.008,84 -4,37

3 Industri Pengolahan -34.293,15 -1,64

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 13.312,47 4,03

5 Bangunan 19.129,42 2,23

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 179.863,12 2,63

7 Pengangkutan dan Komunikasi 179.722,51 7,74

8 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 28.248,25 1,69

9 Jasa-jasa 4.550,03 0,14

Total 9.987,54 0,05

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 (diolah).

Dilihat dari komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor yang memiliki nilai PPW>0 yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Artinya, sektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi atau baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Tabel 5.12. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Provinsi Bali Tahun 2006-2007 (Sesudah Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PPW ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -46.831,62 -0,98

2 Pertambangan dan Penggalian 1.428,87 1,04

3 Industri Pengolahan 94.093,12 4,49

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -8.078,67 -2,45

5 Bangunan -20.911,91 -2,44

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -92.241,88 -1,35 7 Pengangkutan dan Komunikasi -73.812,69 -3,18 8 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -73.205,53 -4,37

9 Jasa-jasa -114.993,62 -3,64

Total -95.254,36 -0,43

5.2.6. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2006-2007 (Sesudah Bom Bali 2)

Tabel 5.13. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2006-2007 (Sesudah Bom Bali 2)

No Sektor perekonomian PB ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -182068,62 -3,81

2 Pertambangan dan Penggalian -4579,97 -3,33

3 Industri Pengolahan 59799,97 2,85

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5233,80 1,59

5 Bangunan -1782,49 -0,21

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 87621,25 1,28

7 Pengangkutan dan Komunikasi 105909,83 4,56

8 Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan -44957,28 -2,69

9 Jasa-jasa -110443,60 -3,50

Total -85266,81 -0,38

Sumber: Bali in Figures, 2008 (diolah).

Berdasarkan Tabel 5.13, dapat dilihat bahwa selama periode 2006-2007 atau sesudah bom Bali 2 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang

progressive yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan sektor-sektor lain pertumbuhannya tidak progressive. Gambar 5.7. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali

Periode berikutnya (Gambar 5.7), yakni sesudah bom Bali 2 (1 Oktober 2005), bisa dilihat bahwa dari adanya tragedi tersebut berdampak signifikan terhadap beberapa sektor, misalnya keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Pada periode sebelum bom Bali 2 (2003-2004) berada di kuadran I (PP > 0 dan PPW > 0), namun pada periode sesudah bom Bali 2 (2006-2007) berada di kuadran II (PP > 0 dan PPW < 0).

Bom Bali 2 yang memorak-morandakan Provinsi Bali sangat memengaruhi kondisi sektor perekonomian, khususnya sektor pariwisata. Sektor yang mendukung sektor pariwisata terkena dampak akibat tragedi bom yang terjadi di Kuta dan Jimbaran tersebut, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Terlihat pada periode 2000-2001 (sebelum bom Bali 1), periode 2003- 2004 (sesudah bom Bali 1 dan sebelum bom Bali 2), dan periode 2006-2007 (sesudah bom Bali 2) tetap di kuadran 2, dengan peregeseran-pergeseran fluktuatif yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi banyaknya wisatawan yang datang ke Bali, khususnya sesudah bom Bali 2 (Tabel 5.14).

Tabel 5.14. Banyaknya Wisatawan yang Datang Langsung ke Bali Periode 2005-2007

2005 2006 2007

Jumlah (jiwa) 1.388.984 1.262.537 1.668.531

Pertumbuhan (%) - -9,10 32,16

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 (diolah)

5.2.7. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 2008-2009

Dari sisi sektoral, perekonomian Provinsi Bali dua tahun terakhir pun semakin membaik dan meningkat secara perlahan. Sektor pariwisata yang merupakan leading sector di Provinsi Bali menjadi perhatian serius bagi

pemerintah Provinsi Bali. Strategi keamanan menjadi strategi yang diperkuat pemerintah Provinsi Bali, khususnya setelah dua kali terjadi bom di provinsi tersebut.

Berdasarkan Tabel 5.15, semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Bali selama periode 2006-2007 atau sesudah bom Bali 2 memberikan kontribusi yang positif. Dilihat dari nilai komponen pertumbuhan regional (PR) di Provinsi Bali ternyata sektor yang memiliki nilai komponen PR yang paling tinggi dari seluruh sektor adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar Rp 358.301,34 juta.

Tabel 5.15. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Provinsi Bali Tahun 2008-2009

No Sektor Perekonomian PR ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 222.652,17 4,546

2 Pertambangan dan Penggalian 6.599,03 4,546

3 Industri Pengolahan 111.460,55 4,546

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17.461,53 4,546

5 Bangunan 43.670,79 4,546

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 358.301,34 4,546 7 Pengangkutan dan Komunikasi 126.236,03 4,546 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 81.381,96 4,546

9 Jasa-jasa 152.762,31 4,546

Total 1.120.525,70 4,546

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010 (diolah).

Berdasarkan komponen pertumbuhan proporsional, sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan cepat dengan nilai PP > 0 adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Tabel 5.16. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Provinsi Bali Tahun 2008-2009

No Sektor Perekonomian PP ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -18.415,81 -0,37

2 Pertambangan dan Penggalian -193,72 -0,13

3 Industri Pengolahan -59.118,67 -2,39

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 36.011,50 9,28

5 Bangunan 24.750,66 2,55

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -267.579,44 -3,36 7 Pengangkutan dan Komunikasi 309.474,63 11,03 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.885,20 0,55

9 Jasa-jasa 64.387,62 1,90

Total 11.429,36 0,05

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010 (diolah).

Dilihat dari komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW), hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor yang memiliki nilai PPW>0 yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Artinya, sektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi atau baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Tabel 5.17. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Provinsi Bali Tahun 2008-2009

No Sektor Perekonomian PPW ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 55.956,45 1,13

2 Pertambangan dan Penggalian 1.320,70 0,90

3 Industri Pengolahan 81.238,14 3,28

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -35.198,02 -9,07

5 Bangunan -59.594,42 -6,14

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 426.572,87 5,36 7 Pengangkutan dan Komunikasi -292.820,73 -10,44 8 Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan -43.770,11 -2,42

9 Jasa-jasa -25.728,91 -0,76

Total 195.748,37 0,79

5.2.8. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali Tahun 2008-2009

Tabel 5.18. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2008-2009

No Sektor Perekonomian PB ij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 37.540,64 0,76

2 Pertambangan dan Penggalian 1.126,98 0,77

3 Industri Pengolahan 22.119,47 0,89

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 813,47 0,21

5 Bangunan -34.843,76 -3,59

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 158.993,43 2,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi 16.653,90 0,59 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -33.884,92 -1,87

9 Jasa-jasa 38.658,71 1,14

Total 207.177,73 0,83

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010 (diolah).

Berdasarkan Tabel 5.18, dapat dilihat bahwa selama periode 2008-2009 atau sesudah bom Bali 2 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang

progressive yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan dua sektor lainnya pertumbuhannya tidak progressive yaitu sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Gambar 5.8. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Periode 2008-2009

Selama kurun waktu 2008-2009, kondisi perekonomian Provinsi Bali mengalami fluktuatif. Berdasarkan Gambar 5.8, tidak ada satupun sektor yang berada di kuadran 1 dan 3. Pada kuadran 2, terdapat sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.

Sektor yang mendukung pariwisata, misalnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada periode 2008-2009 berada pada kuadran 4 yang pada periode 2006-2007 berada pada kuadran 2. Hal ini disebabkan fluktuasi banyaknya wisatawan, baik asing maupun domestik, yang datang ke Provinsi Bali akibat isu keamanan dan kesehatan, khususnya sesudah tragedi bom Bali 1 dan 2.

Dokumen terkait