• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAS IL PENELITIAN DAN PEMBAHAS AN

C. Perhitungan Analisis SWOT

Dengan memperhatikan matrik ALI dan ALE dengan skala sangat tinggi, tinggi, sedang , dan rendah maka kedudukan SM P Negeri 37 Purworejo apabila diperhatikan melalui diagram cartesius akan tampak sebagai berikut:

Tabel 4.5. Diagram Cartesius Analisis S WOT

ALI 2,85 ALE 2,62

Total Skor Kekuatan (S) 1,80 Total Skor Peluang (O) 1,70 Total Skor Kelemahan (W) 1,05 Total Skor Ancaman (T) 0,92 S – W (1,80 – 1,05) 0,75 O –T (1,70 – 0,92) 0,78 Sumber: Data Diolah (2016)

D.Pembahasan

1. Penyebab menurunnya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SM P Negeri 37 Purworejo

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

55   

Berpijak pada Tabel.1 Keadaan peserta didik kelas 7 selama 3 tahun berjalan peserta didik SM P Negeri 37 Purworejo mengalami penurunan. Kenyataan ini setelah dilakukan pengkajian secara mendalam melalui obesrvasi, wawancara, dan kuesioner, maka terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SM P Negeri 37 Purworejo yaitu :

a. Faktor internal

1) Keuangan/Pembiayaan

Berdasarkan analisa SWOT ternyata dukungan masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan dengan nilai skor (0,60) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara maksimal.

Disamping itu dukungan pemerintah melalui program BOS yang besarannya Rp. 1.000.000,-/peserta didik/tahun maupun Kartu Indonesia Pintar yang besarannya Rp. 750.000,-/peserta didik/tahun menunjukkan bahwa faktor pembiayaan pendidikan di SM P Negeri 37 Purworejo bukanlah hal yang utama adanya penurunan minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Sementara itu bentuk dukungan sekolah terhadap peserta didik yang secara ekonomi tidak mampu yaitu dengan mengalokasikan dana BOS sebesar Rp. 2.250.000,- atau sekitar 1% dari total BOS dikurangi besaran honor GTT/PTT (Rp. 34.650.000,-). Dana tersbut diberikan pada 6 (enam) peserta didik setahun.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

Selain itu sebagai bentuk kerjasama saling menguntungkan yaitu dengan Bank Pemerintah Daerah Jawa Tengah (BPD), Bank Purworejo (BPR) dan donatur pribadi terkumpul dana Rp. 1.750.000,-/tahun yang digunakan untuk memberikan penghargaan pada peserta didik berprestasi pada Ujian Sekolah/Ujian Nasional serta bidang lain pada tingkat kabupaten.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa adanya kebijakan desentralisasi yaitu dengan pelimpahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah berimplikasi pada pelimpahan kewenangan dalam mengelola pendidikan pada sekolah bersama dengan masyarakat yang menghidupinya.

Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa pendanaan pendidikan di SM P Negeri 37 Purworejo tidaklah mahal karena SM P/M Ts sekitar jauh lebih mahal. Beberapa hasil petikan wawancara adalah sebagai berikut:

Wakil Kepala Sekolah menyatakan bahwa:

“Pembiayaan di SMP Negeri 37 Purworejo sebenarnya rendah/lebih murah disbanding sekolah lain yang setingkat di wilayah kecamatan Bener.”

Komite Sekolah :

“Secara umum pendanaan pendidikan yang disumbangkan masyarakat tidaklah mahal, karena dibanding biaya konsumtif dari anak dan orangtua dalam pembelian pulsa atau rokok jauh lebih mahal.”

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

57   

Guru :

“Untuk pendanaan pendidikan sebenarnya masih dikatakan rendah jika dibandingkan sekolah lain.”

Orangtua/wali peserta didik:

“Mahal karena menurut pemerintah bahwa pendidikan itu gratis, mengapa masih harus memberi sumbangan?.”

2) Sumber daya manusia

Keadaan tenaga pendidik SM P Negeri 37 Purowrejo (EDS, 2016) menunjukkan 100% telah memenuhi kulaifikasi pendidikan (S1 + S2) Namun demikian skor untuk standar pendidik dan tenaga kependidikan mencapai 2,00 artinya hanya masuk katagori “cukup baik”. Demikian pula mendasarkan pada analisa SWOT ternyata motivasi (0,80), kompetensi profesional (0,40), dan kompetensi sosial (0,24) merupakan kekuatan yang harus dimaksimalkan.

Kenyataan tersebut memberikan indikasi bahwa motivasi, kompetensi professional, kompetensi sosial guru masih harus terus ditingkatkan demi mengantisipasi penurunan minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SM P Negeri 37 Purworejo. Beberapa pernyataan responden tentang tenaga pendidik adalah sebagai berikut: Wakil Kepala Sekolah :

“Pendidik dan tenaga kependidikan cukup memadai, sesuai dengan kompetensinya meskipun ada beberapa mata pelajaran yang belum ada gurunya.”

Komite Sekolah :

“Masih ada sebagaian guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.”

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Guru :

“Dari segi kualifikasi dan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan bukanlah menjadi penyebab kurangnya siswa masuk di SMP Negeri 37 Purworejo.”

Orangtua/wali peserta didik:

“Saya kira guru dan tata usaha tidak masalah, hanya ada guru mata pelajaran maupun tata usaha kurang sesuai dengan disiplin ilmunya.”

Beberapa upaya yang dilakukan sekolah dan instansi terkait untuk menjamin kualitas tenaga pendidik dan kependidikan antara lain:

a) Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS)

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2016 dengan hasil nilai kinerja kompetensi 83,89 “Baik” berdasarkan SK Bupati Purworejo Nomor: 180.18/258/2016 tentang Penetapan Hasil Penilaian Terhadap Kepala Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah M enengah Pertama Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo Tahun 2016.

Gambar 4.5. Tim Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

59   

b) Pinilaian Kinerja Guru (PKG)

Penilaian kinerja guru dilakukan untuk menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian, serta pelaporan. Selain itu juga memberikan penilaian untuk guru yang mendapatkan tugas tambahan yang diberikan kepadanya berupa kepala perpustakaan, kepala laboratorium, dan wakil kepala sekolah. Hasil PKG digunakan untuk membantu guru dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan pada kompetensi tertentu melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). c) Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja pegawai terdiri atas unsur sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja yang manfaatnya untuk memberi petunjuk bagi pejabat yang berkepentingan dalam rangka mengevaluasi kinerja unit atau organisasi. Hasil penilaian prestasi kerja ini sebagai dasar pertimbangan karier yang berkaitan dengan bidang pekerjaan, bidang pengangkatan dan penempatan, bidang pengembangan, bidang penghargaan, dan bidang disiplin (Perka Badan Kepagawaian Negara Nomor: 1 Tahun 2013)

d) Uji Kompetensi Guru (UKG)

Hasil Uji Kompetensi Guru Tahun 2015 SM P Negeri 37 Purworejo dari 19 guru yang mengikuti dinyatakan lulus 16 orang (84,12%) dengan rata-rata nilai 68,46 melampaui rata-rata uji kompetensi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

guru nasional yang mencapai 65,87 sekaligus melampaui target minimal rata-rata nilai UKG nasional sebesar 55 (data sekolah dan Ditjen GTK 2015). Sedangkan dari 16 orang yang lulus tersebut 5 orang (31,25%) kompetensi paedagogiknya tidak memenuhi standar minimal (data SM P Negeri 37 Purworejo).

3) Fasilitas sarana prasarana

Kondisi sarana dan prasarana (standar sarana dan prasarana) berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah tahun 2016 menujukkan skor 2,75 artinya “baik” dalam pemenuhan standar minimal, sementara itu hasil analisis SWOT fasilitas sarana dan prasarana memiliki skor (0,24) dan gedung sekolah memiliki skor (0,15). Fakta ini sepertinya bertolak belakang tetapi hal ini dapat dipahami bahwa untuk skor standar sarana dan prasarana hasil evaluasi diri sekolah bersifat general sedangkan analisis SWOT berlaku secara spesifik.

Beberapa pendapat responden tentang sarana dan prasarana SM P Negeri 37 adalah sebagai berikut:

Wakil Kepala Sekolah:

“Sarpras kurang memadai khususnya sarpras yang diperlukan untuk mengembangkan potensi siswa sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kebutuhan masyarakat.”

Komite Sekolah :

“Dilihat dari kebutuhan sarana dan prasarana yang dimiliki sudah lebih dari cukup dan memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.”

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

61   

Guru :

“Fasilitas sekolah yang kurang memadai adalah perpustakaan, laboratorium, dan akses internet.”

Orangtua/wali peserta didik :

“Tidak masalah, cuma ada mata pelajaran tertentu yang belum ada sarana dan prasarananya yaitu mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.”

b. Faktor eksternal

1) Pesaing (Sekolah lain)

Lembaga pendidikan lain yang berada disekitar SM P Negeri 37 antara lain SM P Negeri 29 Purworejo, M Ts Negeri Loano, SM P Negeri 19 Purworejo, M Ts Negeri Bener. M enurut data jumlah peserta ujian tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut: SM P Negeri 29 Purworejo 127 peserta, M Ts Negeri Loano 232 peserta, SM P Negeri 19 Purworejo 180 peserta, M Ts Negeri Bener 259 peserta dan SM P Negeri 37 Purworejo 73 peserta (Berita Acara serah terima naskah soal ujian nasional 2015/2016). Hal ini menujukkan bahwa jumlah pendaftar 3 (tiga) tahun yang lalu masih jauh tertinggal dari pesaingnya.

Berdasarkan analisa SWOT ternyata persaingan dengan SM P sekitar merupakan ancaman yang serius dengan nilai skor (0,24) angka yang rendah sehingga diperlukan strategi/upaya terobosan untuk dapat memperkecil ancaman tersebut. Realita ini didukung pula oleh beberapa pernyataan dari Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru, dan Orangtua/wali peserta didik sebagai berikut:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Wakil Kepala Sekolah :

“Lokasi pesaing lebih strategis dan terjangkau, tetapi pengaruhnya terhadap SD sekitar/pemasok untuk masuk ke SMP Negeri 37 Purworejo tidak terlalu signifikan.”

Komite Sekolah :

“Ada pesaing salah satu SMP Negeri yang bergerilya ke pelosok desa untuk mencari murid dengan pendekatan dari pihak sekolah dan masyarakat.”

Guru :

“Kondisi geografis sekolah pesaing strategis, fasilitasnya memadai, dan kegiatan ekstrakurikulernya lebih manarik/kompleks bagi siswa.”

Orangtua/wali peserta didik :

“Ada SMP lain yang negeri ya SMPN 29, SMPN 19 dan ada pula yang berbasis agama MTs Loano dan MTs Bener.”

2) Perilaku Konsumen

Banyaknya pilihan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yaitu SM P, maka orangtua/wali peserta didik akan berusaha mendapatkan informasi tentang keunggulan sekolah-sekolah tersebut dan informasi yang didapat akan mempengaruhi selera, keinginan maupun faktor psikologis lain dalam memutuskan menyekolahkan anaknya. Posisi tawar masyarakat meningkat sedemikian rupa utamanya kualitas lulusan, biaya pendidikan dan fasilitas yang tersedia sebagai tolok ukur penilaian terhadap mutu sekolah, seperti yang dijelaskan oleh Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru, dan Orangtua/wali peserta didik dalam wawancara berikut:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

63   

Wakil Kepala Sekolah :

“Sebenarnya kualitas lulusan bukan hal utama tetapi ada kecenderungan bahwa biaya murah serta motivasi tinggi terhadap kegiatan seni dan olahraga menjadi tolok ukurnya.” Komite Sekolah :

“SMP yang bagus banyak, Sekolah religius (MTs) juga banyak sehingga orangtua memiliki peluang memilih lebih banyak sesuai dengan selera.”

Guru :

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar menyebabkan adanya perilaku yang manut atau nderek dawuh pangandiko/ucapan para tokoh masyarakat termasuk tokoh agama tentang sekolah mana yang baik.”

Orangtua/wali peserta didik :

“Saya hanya ingin yang terbaik untuk anak saya sesuai kemampuan dan keinginan anak.”

3) Demografi (Kependudukan)

M emperhatikan kondisi demografi bahwa daerah sekitar SM P Negeri 37 Purworejo khususnya wilayah Pekacangan, Cacaban Lor, Cacaban Kidul dan M edono bersifat fluktuatif dan ada kecenderungan menurun dengan asumsi anak usia SD kelas enam (2015/2016) menurun yaitu SDN Pekacangan 21 peserta didik, SDN Cacaban Lor 24 peserta didik, SDN Cacaban Kidul 13 peserta didik, dan SDN M edono 8 peserta didik (data hasil survei panitia PPDB tahun 2015/2016).

Analisis SWOT menunjukkan bahwa jumlah anak usia sekolah mempunyai nilai skor (0,20) sehingga dapat diaktegorikan sebagai

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

ancaman yang serius untuk SM P Negeri 37 Purworejo. Kenyataan ini di dukung oleh pernyataan dari pihak sekolah (Wakil Kepala Sekolah dan Guru) serta pihak pemangku kepentingan (Komite Sekolah dan Orangtua/wali peserta didik) melalui wawancara sebagai berikut: Wakil Kepala Sekolah :

“Keberhasilan program Keluarga Berencana menjadi penyebab menurunnya jumlah anak usia sekolah.”

Komite Sekolah :

“Dinamika penduduk sekitar SMP Negeri 37 Purworejo memang tinggi terutama para generasi muda lebih memilih merantau baik Jakarta atau luar jawa ditambah suksesnya keluarga berencana sehingga jumlah anak usia sekolah menurun.”

Guru :

“Jumlah anak usia sekolah yang masuk ke SMP Negeri menurun karena memang lulusan dari SD juga mengalami penurunan.” Orangtua/wali peserta didik :

“ya karena jumlah anak sedikit kalau sekarang.” 4) Ekonomi

M emperhatikan data SM P Negeri 37 Purworejo melalui evaluasi diri sekolah tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa 75,94% adalah petani buruh, 15,09% rumah tangga, pegawai swasta dan buruh 3,77%. Sementara itu berdasarkan data yang masuk dalam DAPODIK ternyata 44,07% merupakan keluarga pemegang KKS, PKH, dan KIP artinya bahwa sebagian peserta didik merupakan golongan keluarga tidak mampu secara ekonomi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

65   

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru, dan Orangtua/wali peserta didik didapatkan pernyataan sebagai berikut:

Wakil Kepala Sekolah :

“Secara ekonomi masyarakat sudah mendapatkan berbagai bantuan dalam menyekolahkan anaknya antara lain: BOS, KPS, PKH, BSM/KIP sehingga tidak banyak pengaruh terhadap minat masuk ke SMP Negeri 37 Purworejo.”

Komite Sekolah :

“ekonomi kurang baik karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani buruh, sehingga penghasilannya kurang layak sesuai UMR Purworejo yang mencapai Rp. 1.350.000,-/bulan.”

Guru :

“ekonomi masyarakat sekitar SMP Negeri 37 Purworejo tergolong mampu hanya kadang-kadang masih dijumpai orangtua yang kesadaran untuk menyekolahkan anaknya rendah.”

Orangtua/wali peserta didik :

“disini ekonominya kurang karena kami hanya petani tradisional dan buruh tani.”

5) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya wilayah sekitar SM P Negeri 37 Purworejo mayoritas muslim dengan kekhasannya “nderek dawuh” ulama maupun “pinisepuh”, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh pesaing khususnya M Ts dengan slogan “sekolah sambil mengaji”.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru, dan Orangtua/wali peserta didik didapatkan pernyataan sebagai berikut:

Wakil Kepala Sekolah :

“sebagian besar masyarakat sangat mematuhi fatwa ulama bahwa ngaji penting untuk kehidupan yang akan datang dan sebagian lagi lebih materialistik dan konsumtif dari pada harus menyekolahkan anaknya .”

Komite Sekolah :

“secara umum sekolah yang berbasis agama lebih diminati masyarakat karena pengaruh besar dari para ulama secara tidak langsung ketika adanya pengajian.”

Guru :

“kesadaran untuk menyekolahkan anak secara formal dikarenakan factor nikah dini atau memilih ke pondok pesantren.”

Orangtua/wali peserta didik :

“ya kalau di sekolah negeri kan agamanya sedikit sementara di MTs agamanya banyak.”

2. Strategi M eningkatkan M inat Orang Tua Untuk M enyekolahkan Anaknya di SM P Negeri 37 Purworejo

Dengan memperhatikan matrik ALE dan matrik ALI, maka terbentuklah diagram matrik SWOT (Tabel 4.4). Dari tabel ini diperoleh beberapa strategi meningkatkan minat orang tua untu menyekolahkan anaknya di SM P Negeri 37 Purworejo sebagai berikut:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

67   

a. Strategi S-O (menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) 1) Terus memotivasi serta memacu profesinalitas guru untuk memenuhi

tuntutan masyarakat terhadap kelulusan yang berkualitas.

2) Selalu menjalin hubungan sosial guru (pendekatan home visit) terhadap siswa dan orangtua dengan memanfaatkan kemudahan dan fasilitas transportasi yang memadai.

3) M emanfaatkan secara maksimal dukungan masyarakat, sponsor dan alumni melalu kerjasama saling menguntungkan untuk menggalang dana pendidikan

4) M emanfaatkan dukungan pemerintah untuk semakin melengkapi prasarana gedung sekolah yang sudah ada.

b. Strategi W-O (mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang) 1) Dukungan masyarakat tidak hanya difokuskan pada pendanaan tetapi

juga harus dimanfaatkan untuk memotivasi peserta didik dan orang tua

2) Dukungan pemerintah terhadap kelengkapan gedung harus bisa dimanfaatkan pula untuk kelengkapan sarana prasarana KBM serta pengadaan tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai bidangnya 3) Dukungan sponsor dan alumni bukan hanya untuk pemberian

sumbangan pendidikan, tetapi lebih jauh lagi untuk sarana publikasi terhadap peserta didik maupun orang tua

c. Startegi S-T (menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman)

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

1) Selalu berusaha menjadi yang terbaik di segala bidang dengan kekhasan sendiri/karakter lokal supaya dapat memperkecil tingkat persaingan dengan sekolah lain

2) Terus berkreasi serta berinovasi dalam membekali peserta didik utamanya kecakapan hidup berupa seni (tari, kriya, dan karawitan) d. Strategi W-T (meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman)

1) M emanfaatkan tenaga pendidik dan kependidikan yang ada dan memberikan pelatihan sesuai tupoksi

2) M enciptakan kegiatan peserta didik berbasis masal sehingga mampu mencerahkan dan memotivasi masyarakat sekaligus calon peserta didik.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

69   

BAB V

Dokumen terkait