• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset

CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada equilibrium (Lukas SetiaAtmaja, 2001: 47).

Model Penentuan Harga Modal (Capital Asset Pricing Model-CAPM) bertujuan menyediakan pengembalian yang lebih besar untuk risiko yang lebih besar. Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk menahan efek dalam portofolio yang efisien yang memberikan pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. CAPM menyatakan bahwa pengembalian yang diharapkan tiap efekberkaitan dengan risikonya. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. Implikasi pentingnya adalah pasar memberikan kompensasi atas risiko sistematis (β), sementara menahan risiko tidak sistematis (yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi) tidak menghasilkan pengembalian tambahan.

Menurut Weston dan Copeland (1992), Husnan (1996), model equilibrium meliputi Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model yang dapat digunakan untuk menentukan harga sekuritas dengan menganalisis hubungan risiko (risk) dan tingkat return, Van Horn (1992), Weston dan Brigham (1993), dan Fischer dan Jordan (1995).

CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan expected return dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (1996) mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the proposition that any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return plus a risk premium, when risk reflect diversification”. (p. 193) CAPM merupakan model yang memberikan tolak ukur risiko surat berharga tertentu yang konsisten dengan teori portfolio. Model ini menghitung risiko yang tidak terdiversifikasi dari suatu portfolio tunggal dan membandingkannya dengan risiko yang terdiversifikasi dari suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik.

CAPM didasari oleh teori portfolio yang dikemukakan oleh Markowitz.Disamping asumsi tersebut, ada 9 asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada yaitu (Fabozzi, 2003, p. 239) yaitu :

a. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien.

b. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu tahun.

c. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending) uang pada tingkat risk free rate of return.

d. Tidak ada biaya transaksi. e. Tidak ada pajak pendapatan. f. Tidak ada inflasi.

g. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil.

h. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker. i. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium).

Asumsi-asumsi model CAPM memang terlihat tidak realistis, misalnya tidak adanya biaya transaksi, inflasi, pajak pendapatan dan hanya satu periode waktu. Asumsi tersebut sulit ditemui di dalam dunia nyata, akan tetapi model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, CAPM sebagai sebuah model yang seimbang, bisa membantu menyederhanakan gambaran hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. Jika semua asumsi-asumsi terpenuhi, maka akan terbentuk suatu pasar yang equilibrium. Dalam kondisi pasar yang equilibrium investor tidak akan bisa memperoleh abnormal return dari tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi investor yang mendorong semua investor untuk memilih portfolio pasar, yang terdiri dari semua asset berisiko yang ada. Portfolio pasar tersebut akan berada pada garis efficient frontier dan sekaligus merupakan portfolio yang optimal.

Hal yang paling utama dari Capital Assets Pricing Model ini adalah pernyataan mengenai hubungan antara expected risk premium dari individual assets dan systematic risk-nya. Jack Treynor, William Sharpe dan John Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM sebagai:

Ri – Rf = bi*(Rm – Rf)

Yang juga sering dituliskan sebagai:

Ri = Rf + bi*(Rm – Rf)

Formulasi di atas mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham (Ri) sama dengan tingkat resiko (Rf) ditambah dengan premi resiko [bi*(Rm-Rf)]. Semakin besar resiko saham (b), semakin tinggi resiko yang diharapkan dari saham tersebut dan dengan demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan.

2. Uji Empiris Terhadap CAPM

Lebih dari tiga puluh tahun, teori manajemen keuangan di dominasi pandangan dari Sharpe (1964) bahwa expected return dari sebuah saham ditentukan oleh tingkat risikonya. Para ahli keuangan telah mengembangkan duapendekatan untuk mengukur dan menentukan besarnya risiko, yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh William Sharpe (1964) dan Litner (1965) merupakan harga suatu asset pada kondisiequilibrium.

Dalam keadaan equilibrium, tingkat return disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut (Lilin, 2001) dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diwakili oleh beta, dan risiko yang tidak sistematis bias diminimumkan dengan cara diversifikasi. Model ini berlandaskan pada dalil yang sederhana yaitu hubungan antara risiko dan expected return.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa expected return suatu sekuritas adalah jumlah dari risk free rate ditambah dengan risk

premium dikalikan dengan beta. Risiko hanya diukur oleh sensitivitas return sekuritas individual terhadap return indeks pasar (beta). Salah satu asumsi dalam CAPM adalah bahwa seluruh investor memiliki mindset atau cara pandang yang sama terhadap investasi khususnya dalam memperkirakan expected return dari sebuah saham.

Dalam dunia nyata asumsi ini jelas memiliki kelemahan, karena tidak ada satu proxi yang cukup untuk menangkap semua kemungkinan investasi karena seringkali perubahan returnsuatu saham tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor (market indexs) Peran CAPM dalam pengambilan keputusan manajerial tentu akan dipengaruhi oleh keandalan teori tersebut dalam penerapan empiris. Pengujian empiris pertama kali terhadap model CAPM diawali oleh Litner (2001), hasilnyaternyata tidak mendukung CAPM .

Model CAPM ini juga mendapat tantangan dari sebagian manajer investasi yang menemukan kesulitan untuk mempercayai bahwa risiko saham sepenuhnya tercermin pada beta. Kelemahan-kelemahan empiris yang terjadi pada model CAPM mendorong para ahli manajemen keuangan untuk mencari model alternative yang menerangkan hubungan antara return dengan risiko saham. Menurut Bower, Bower dan Logue, (1998) hal ini dikarena CAPM memberikan deskripsi yangsederhana tentang risiko dan expected return, serta model tersebut dianggap sangat membatasi dan gagal menerangkan secara sistematis adanya perbedaan expected return yang berkaitan dengan size yield dan bahkan periode tahunpengujian.

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai validitas CAPM. Salah satunya telah diuji secara empiris oleh Fama and

MacBeth(1973). Dari pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa ditemukannya hubungan yang positif antara beta (risk) dengan return, meskipun bersifat lemah. Penelitian lainnya juga dilakukan dengan sampel yang berbeda namun metodologi yang sama.

Untuk mengetahui ketidak konsistenan hasil uji empiris CAPM tersebut maka Pettengill et al (1995) melakukan penelitian serupa dan berhasil menemukan hal-hal yang dapat menjelaskan mengapa terjadi hubungan yang tidak signifikan atau hubungan yang lemah antara beta dan return pada penelitian sebelumnya. Menurut Pettengill et al (1995) diperlukan sebuah penyesuaian statistik dari metodologi yang dilakukan sebelumnya, karena return yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah realized return (return yang sudah terjadi) bukan menggunakan expected retrun (return yang diharapkan). Oleh karena itu dikembangkanlah sebuah model conditional relationship antara beta dan return yang dapat membedakan dua kondisi yang mungkin terjadi yaitu saat market risk premium positif dan saat market risk premium negative.

Pada periode market risk premium positif (up market) seharusnya hubungan antara beta dan return adalah positif atau searah. Sedangkan pada saat market risk negative (down market) seharusnya hubungan antara beta dan return adalah negative atau berlawanan arah. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang sangat signifikan antara beta dan return, sehingga ,menjadi dasar bagi penelitian dalam pembuktian CAPM selanjutnya.

Dokumen terkait