• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR TEOR

2.5 Perhitungan Jari-jari Sel

Jari-jari sel diperhitungkan untuk mengetahui coverage suatu BTS dan juga untuk mendapatkan nilai jumlah eNode B yang diperlukan untuk mencakup seluruh area Kota Denpasar, adapun persamaannya adalah (Irawan, dkk, 2009) :

6 , 2

L

r (2.19)

2.6 MAPL (Maximum Allowable Path Loss)

Maximum Allowable Path Loss merupakan nilai maksimum dari nilai propagasi antara perhitungan nilai dari perangkat eNode B dan mobile station, yang mana nilai perhitungan MAPL ini dibagi menjadi dua untuk arah MAPL uplink dan

32 redaman propagasi dari mobile station ke eNode B, dan nilai downlink merupakan nilai maksimum redaman propagasi dari eNode B ke mobile station agar tetap dapat melayani keperluan dari komunikasi untuk seluruh user dalam suatu cakupan daerah. Nilai MAPL untuk arah uplink dan downlink sistem LTE dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4 dibawah ini (Usman,U.K, dkk, 2011).

Tabel 2.3 Perhitungan MAPL Arah Downlink (3GPP, t.t)

Parameter Nilai

Transmitter –eNode B

a. Tx Power dBm

b. Tx Antenna Gain dBi

c. Transmit Array gain dB

d. Data Channel Power Loss Due to Pilot dB

e. Cable Loss dB

f. EIRP (a)+(b)+(c)-(d)-(e) dBm

Receiver – UE

g. Antenna Gain dBi

h. Body Loss dB

i. Receiver Noise Figure dB

j. Thermal Noise Density dBm/Hz

k. Receiver Interference Density for Data Channel

dB/Hz

l. Total Noise Plus Interference Density for Data Channel

10log (10^(((i)+(j)/10) + 10^((k)/10)) dBm/Hz m. Occupied Channel Bandwidth for Data

Channel

Hz

n. Effective Noise Power for Data Channel (l) + 10 log(m) dBm o. Required SNR for the Data Channel dB

33

q. H-ARQ Gain for Data Channel dB

r. Receiver Sensitivity for Data Channel (n) + (o) + (p) – (q) dBm s. Hardware link budget for Data Channel (f) + (g) – (r) dB

t. Log Normal Shadow Fading Deviation dB u. Shadow Fading Margin for Data Channel dB

v. Diversity Gain dB

w. Penetration Margin dB

x. Other Gain dB

MAPL (s) – (u) + (v) – (w) + (x) – (h) dB

Tabel 2.5 Perhitungan MAPL Arah Uplink (3GPP, t.t)

Parameter Nilai

Transmitter – UE

a. Tx Power dBm

b. Tx Antenna Gain dBi

c. Transmit Array gain dB

d. Data Channel Power Loss Due to Pilot dB

e. Cable Loss dB

f. EIRP (a)+(b)+(c)-(d)-(e) dBm

Receiver –eNode B

g. Antenna Gain dBi

h. Body Loss dB

i. Receiver Noise Figure dB

j. Thermal Noise Density dBm/Hz

k. Receiver Interference Density for Data

Channel dB/Hz

l. Total Noise Plus Interference Density for Data Channel

10log (10^(((i)+(j)/10) + 10^((k)/10)) dBm/Hz

34 m. Occupied Channel Bandwidth for Data

Channel Hz

n. Effective Noise Power for Data Channel (l) + 10 log(m) dBm o. Required SNR for the Data Channel dB

p. Receiver Implementation Margin dB

q. H-ARQ Gain for Data Channel dB

r. Receiver Sensitivity for Data Channel (n) + (o) + (p) – (q) dBm s. Hardware link budget for Data Channel (f) + (g) – (r) dB

t. Log Normal Shadow Fading Deviation dB u. Shadow Fading Margin for Data Channel dB

v. Diversity Gain dB

w. Penetration Margin dB

x. Other Gain dB

MAPL (s) – (u) + (v) – (w) + (x) – (h) dB

Dari tabel diatas bisa dilihat parameter untuk perhitungan MAPL, berikut penjelasan dari masing-masing parameter diatas, yang bisa dilihat pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Deskripsi Parameter Arah Downwlink dan Uplink

Parameter Deskripsi

a. Tx Power daya pancar maximum yang

ditransmisikan oleh base station atau

mobile station

b. Tx Antenna Gain nilai penguat yang dimiliki oleh masing- masing antena, dimana nilai tersebut tergantung pada tipe perangkat dan frekuensinya

c. Transmit Array Gain Penguatan karena penggunaan multiple- antena (array) di pemancar

35 d. Data Channel Power Loss Due

to Pilot

Loss daya karena adanya sinyal pilot

e. Cable Loss redaman yang terjadi antara base station

dan antena konektor, yang mana nilai redaman akan tergantung terhadap spesifikasi perangkat (jenis kabel)

f. EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)

nilai daya pancar dari antena

g. Receiver Antenna Gain besar penguat antena yang diterima

h. Body Loss rugi-rugi yang disebabkan karena

interaksi dengan user

i. Receiver Noise Figure nilai gangguan, dimana nilai tersebut akan tergantung terhadap implementasi desain (rangkaian elektronik pada

receiver base station)

j. Thermal Noise Density besar noise alami, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : N = 10 log kTB

k. Receiver Interference Density for Data Channel

Densitas interferensi penerima untuk kanal data

l. Total Noise Plus Interference Density for Data Channel

Total densitas noise ditambah interferensi untuk kanal data

m. Occupied Channel Bandwidth for Data Channel

Bandwidth kanal yang digunakan untuk data

n. Effective Noise Power for Data Channel

Daya noise efektif untuk kanal data

o. Required SNR for the Data Channel

Signal Noise Ratio, yang nilai tersebut akan bergantung terhadap modulasi dan

36 p. Receiver Implementation

Margin

margin yang sampai pada penerima pada saat implementasi

q. H-ARQ Gain for the Data Channel

Hybrid Automatic Request merupakan gabungan dari Automatic Requst (AR) dengan Error Corection (EC) yang berfungsi untuk melakukan pengiriman kembali pada saat ada kerusakan paket saat pengiriman

r. Receiver Sensitivity for Data Channel

nilai sensitivitas minimum yang dapat diterima

s. Hardware Link Budget for Data channel

perangkat yang digunakan dalam perhitungan link budget

t. Log Normal Shadow Fading Deviation

nilai standar deviasi untuk log normal shadow margin

u. Shadow Fading Margin for Data channel

rugi-rugi yang diakibatkan dari fading

v. Diversity Gain gain yang dapat dihasilkan karena

menggunakan sistem antena space diversity

w. Penetration Margin rugi-rugi dari margin

x. Other Gain nilai penguat yang diakibatkan dari perangkat lain

2.7 EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)

EIRP adalah Power efektif yang dipancarkan pada sisi antena. EIRP dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Wardhana,2011):

37 a. Perhitungan EIRP

EIRP = Ptx + Gtx – Loss system (2.20)

Dimana :

EIRP : Effective Isotropic Radiated Power (dBm). Ptx : Daya transmitter (dBm).

Gtx : Gain pada antena Transmitter (dB). Loss : Loss pada konektor Transmitter (dB). b. Perhitungan Parameter Sensitivity Receiver (SR)

T f N N SNR SR   (2.21) Dimana :

SNR : Signal to Noise Ratio (dB). Nf : Noise Figure receiver (dB).

NT : Thermal Noise (dB).

c. Perhitungan MAPL

MAPL = EIRP - SR + GRx - LossRx - Fade Margin (2.22) Dimana :

EIRP : Effective Isotropic Radiated Power (dBm). SR : Sensitivity Receiver (dBm).

GRx : Gain antena pada receiver (dB). LossRx : Loss pada receiver (dB).

38 2.8 Model Propagasi Walfisch-Ikegami

Model Walfisch-Ikegami adalah model propagasi empiris untuk area urban yang dapat digunakan baik untuk makrosel maupun mikrosel. Parameter-parameter yang berhubungan dengan model walfisch-ikegami dapat diilustrasikan pada gambar 1. Model walfisch-Ikegami dapat dibagi menjadi 2 kasus, yaitu LOS (Line Of Sight) dan NLOS (Non Line Of Sight). Formula redaman lintasan untuk kondisi LOS dapat dirumuskan pada persamaan berikut:

LLOS [dB] = 42.6 + 26 log10 d + 20 log10 f (2.23) Dengan d adalah jarak (km) dan f adalah frekuensi (MHz).

Formula redaman lintasan untuk kondisi NLOS dapat dirumuskan pada persamaan berikut:

L = Lfsl + Lrts + Lmsd (2.24)

Model Walfisch-Ikegami valid untuk kondisi: f = Frekuensi 800 - 2000 MHz

Hbts = Tinggi antenna BTS 4 – 50 m Hms = Tinggi antenna MS 1 – 3 m

39 Gambar 2.7 Model Welfisch Ikegami (Mufti, )

w = lebar jalan (m), hm= tinggi ms (m),

ϕ= sudut orientasi jalan (derajat), hb= tinggi BTS (m),

hroof = tinggi rata-rata bangunan (m), d= jarak MS-BTS (km),

b= jarak antar bangunan (m), f= frekuensi (MHz),

Redaman lintasan dalam kondisi NLOS, Free space loss dinyatakan pada persamaan berikut :

Lfsl = 32,45 + 20 log10 (d) + 20 log10 (f) (2.25) d = Jarak MS-BTS (km),

f = Frekuensi (MHz)

Lrts = −16.9 + 10 log10 (w)+20 log10(w) + 20 log10(hroof – hm) + Lori (2.26)

40 2.5 + 0.075(ϕ− 35) : untuk 35⁰≤ ϕ< 55⁰ (2.28)

4.0 − 0.114(ϕ− 55) : untuk 35⁰≤ ϕ< 90⁰ (2.29)

Lmsd = LBSH + ka + kd log10 d+ kf log10 fc− 9log10 b (2.30)

kf = − + , ��

9 5− : Untuk kota sedang (2.31)

− + , 9 5�� − :Untuk daerah metropolitan (2.32) LBSH = 18xlog10 (1 (hr - hm)) : hb > hr (2.33)

Ka = 54 : hb > hr (2.34)

Kd = 18 : hb > hr (2.35)

18 –15(Δhb/Δhr) : hb ≤ hr (2.36)

Dokumen terkait