• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

BAB 4 KONDISI UMUM

4.3 Perikanan Kabupaten Subang

4.3.1 Ekosistem pesisir Kabupaten Subang

Kabupaten Subang berjarak 58 kilometer dari Bandung, ibukota Jawa Barat dan 161 kilometer dari Jakarta, ibukota negara serta terletak di jalur pantai utara Jawa yang merupakan jalur transportasi angkutan darat. Kabupaten ini memiliki pantai sepanjang 68 km dengan wilayah laut yang dapat dimanfaatkan sekitar empat mil dari garis pantai ke arah laut (Dislutkan dan IPB 2003). Kecamatan Blanakan yang merupakan daerah penelitian terletak di pesisir Kabupaten Subang. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah 96,60 km2 yang terdiri atas sembilan desa, diantaranya dua desa pesisir yang menjadi lokasi penelitian yaitu Desa Blanakan dan Desa Muara (BPS dan Bapeda 2005) (Lampiran 1).

Ekosistem di wilayah pesisir Kabupaten Subang terdiri dari ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun. Hutan mangrove ini merupakan hutan mangrove binaan yang berada dibawah otoritas pengelola Perum Perhutani Unit III Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem–Pamanukan. Pada periode 1988-1992 terjadi pengurangan luasan dari 2.087,7 ha pada tahun 1988 turun menjadi 1.729,9 ha pada tahun 1990 dan akhirnya menjadi 958,2 ha pada tahun 1992. Pengurangan ini diakibatkan oleh kegiatan konversi lahan. Pada tahun 1992-1995 terjadi penambahan luas hutan mangrove menjadi 3.074,3 ha melalui program perhutanan sosial yang dilakukan melalui tambak tumpangsari yang melibatkan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir (BPLHD Jabar dan ITB 2001; Dislutkan dan IPB 2003).

Daerah perairan pesisir Kabupaten Subang memiliki kondisi oseanografis yang memungkinkan tumbuhnya ekosistem terumbu karang. Kondisi ekosistem terumbu karang sudah kurang bagus akibat banyaknya muara sungai yang membawa muatan sedimen dan diperburuk lagi oleh aktivitas intensif penduduk dalam hal pemanfaatan lahan pertanian dan tambak. Terumbu karang tersebar dari perairan Kecamatan Blanakan sampai perairan Kecamatan Legonkulon (Dislutkan dan IPB 2003). Upaya pengadaan terumbu karang buatan telah dilakukan oleh Dislutkan dengan Terumbu Karang Buatan (TKB) ban mobil (BPLHD Jabar dan ITB 2001).

Kondisi jumlah dan luasan ekosistem terumbu karang yang tinggal sedikit mengakibatkan jumlah dan luasan ekosistem padang lamun juga tinggal sedikit, karena ekosistem terumbu karang merupakan pelindung dari ekosistem padang lamun dari hempasan arus dan gelombang. Tingginya laju sedimentasi dan masuknya zat pencemar yang berasal dari rumahtangga dan industri juga menghambat perkembangan ekosistem padang lamun di Kabupaten Subang (Dislutkan dan IPB 2003).

4.3.2 Kegiatan dan hasil perikanan laut

Jumlah seluruh produksi kelautan dan perikanan Kabupaten Subang pada tahun 2005 mencapai 36.001,3 ton. Total produksi ini meningkat sebesar 0,19 persen (68,2 ton) dibandingkan dengan produksi tahun 2004 (BPS Subang 2006). Pada tahun 2004, total produksi sektor kelautan dan perikanan sebesar 35.933,1 ton dan hasil penangkapan ikan di laut sebesar 17.967,5 ton. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dari total produksi perikanan Kabupaten Subang pada tahun 2004, 50 persen produksi berasal dari tangkapan ikan laut (Dislutkan 2006). Pada tahun 2005, produksi perikanan laut masih merupakan produksi terbesar dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 48,74 persen dengan jumlah produksi sebesar 17.552,1 ton, yang berarti turun sebesar 415,4 ton (BPS Subang 2006). Produksi sub sektor perikanan laut menurut tempat pendaratan ikan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Produksi sub sektor perikanan laut menurut tempat pendaratan ikan Kabupaten Subang tahun 2005

Kecamatan/tempat pendaratan ikan Produksi (ton) Nilai produksi (Rp) A. Kecamatan Blanakan 1. Cilamaya Girang 662,1 5.776.882.500 2. Rawameneng 311,2 2.715.220.000 3. Blanakan 9.947,2 86.789.320.000 4. Muara 3.559,8 31.059.255.000 5. Tanjungtiga 259,8 2.266.755.000 B. Kecamatan Legonkulon 1. Pangarengan 390,3 3.405.367.500 2. Tegalurung 194,2 1.694.395.000 3. Mayangan 361,9 3.157.577.500 4. Patimban 1.865,6 16.277.360.000 Kabupaten Subang 17.552,1 153.142.132.500 Sumber: BPS Subang 2006

Penyerapan tenaga kerja pada sektor penangkapan di laut atau nelayan pada tahun 2005 meningkat sebesar 0,5 persen yaitu 4.483 orang dibandingkan pada

tahun 2004 sebanyak 4.461 orang (Dislutkan 2006). Hal ini menunjukkan bahwa sektor penangkapan di laut masih dapat diandalkan sebagai mata pencaharian penduduk.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor pengolahan hasil perikanan pada tahun 2005 meningkat sebesar lima persen yaitu 1.003 orang dibanding pada tahun 2004 sebanyak 955 orang (Dislutkan 2006). Jenis hasil pengolahan ikan laut di Kabupaten Subang adalah ikan asin, pindang dan terasi.

4.3.3 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang disingkat dengan Dislutkan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Subang No. 23 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Dislutkan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah di bidang kelautan dan perikanan serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Dislutkan mempunyai fungsi untuk:

(1)perumusan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan; (2)pelaksanaan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah di bidang

kelautan dan perikanan sesuai dengan kebijakan Bupati;

(3)pemberian perijinan dan rekomendasi dalam rangka pelaksanaan pelayanan umum di bidang kelautan dan perikanan;

(4)penyelenggaraan pembinaan di bidang kelautan dan perikanan yang meliputi program perikanan tangkap dan budidaya, pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, usaha serta unit pelaksana teknis dinas; dan

(5)pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan, urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.

Visi dari Dislutkan adalah terwujudnya agribisnis, industri kelautan dan perikanan yang berwawasan lingkungan serta berdaya-saing melalui pemberdayaan masyarakat yang berbasis gotong royong. Untuk mendukung visi tersebut, maka misi yang diembannya, adalah:

(1)meningkatkan SDM kelautan dan perikanan yang maju, mandiri dan tangguh;

(2)memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang berorientasi pasar serta berwawasan lingkungan;

(3)menjaga dan melindungi sumberdaya kelautan dan perikanan; dan (4)penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna bidang

Rencana Kegiatan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Tahun 2005-2009 tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Dislutkan (Lampiran 2). Program strategisnya yaitu:

(1)program peningkatan SDM perikanan,

(2)program pengembangan sumberdaya kelautan, (3)program pengembangan sumberdaya perikanan,

(4)program konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan, (5)program rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan, (6)program pengendalian hama dan penyakit ikan, dan (7)program riset dan pengembangan teknologi tepat guna.

Dislutkan Kabupaten Subang memiliki pegawai berjumlah 95 orang mulai dari Kepala Dinas hingga staf. Dari jumlah tersebut, 77 pegawai adalah lelaki dan 18 pegawai adalah perempuan. Dari 18 pegawai perempuan tersebut yang menjabat tingkat Kepala Seksi (Kasie) atau Kepala Cabang Dinas di tingkat kecamatan (KCD) ada tiga orang (7,9%) dari 38 posisi jabatan. Tenaga fungsional yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan dinas secara profesional sesuai kebutuhan yang ada di Dislutkan baru satu orang yaitu arsiparis. Tenaga fungsional yang dibutuhkan oleh Dislutkan adalah penyuluh perikanan dan kelautan, penyidik PNS dan petugas pengendalian penyakit ikan (Dislutkan 2006).

Selama tahun anggaran 2005, jumlah nelayan dan pembudidaya yang telah mengikuti pelatihan, kursus dan magang terdiri atas 615 nelayan dan 4.080 pembudidaya ikan. Salah satu dari Program Pengembangan Sumberdaya Kelautan dilaksanakan melalui pembinaan kepada anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) yaitu nelayan, pembudidaya ikan dan pengurus KUD Mina. Materi utama pembinaan tersebut adalah peningkatan pendapatan nelayan dan pembudidaya yang disertai peningkatan ketaatan terhadap peraturan, terutama yang berkaitan dangan kewajiban pajak dan retribusi. Metode pembinaan adalah dengan diskusi, temu wicara dan ceramah yang dilaksanakan langsung oleh pengurus HNSI Kabupaten Subang didampingi tim teknis dari Dislutkan (Dislutkan 2006).

Kegiatan lain dari Program Pengembangan Sumberdaya Kelautan adalah bantuan alat tangkap jaring rampus untuk kelompok nelayan. Kegiatan ini baru tersalurkan kepada Kelompok Nelayan Cinta Bahari Desa Muara Kecamatan Blanakan. Hasil dari kegiatan ini adalah berkurangnya jumlah nelayan yang

menggunakan jaring yang dilarang yaitu jaring arad sehingga jenis ikan hasil tangkapan dapat dikendalikan yaitu hanya ikan yang berukuran layak tangkap saja. Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terjaganya kelestarian sumberdaya ikan dan produksi pun tetap stabil (Dislutkan 2006).

Dislutkan juga melaksanakan kegiatan pembinaan kepada pengolah ikan laut. Pembinaan tersebut berbentuk penyuluhan dan pelatihan. Pembinaan dilakukan dalam rangka peningkatan mutu hasil olahan dan peningkatan nilai komoditi, seperti penyuluhan tentang bahan pengawet yang berbahaya untuk kesehatan, pemasaran produk, pelatihan tentang jenis baru olahan ikan. Peserta pembinaan adalah pengolah ikan baik lelaki dan perempuan. Lokasi penyelenggaraan pembinaan (penyuluhan atau pelatihan) tergantung pihak penyelenggara. Jika penyelenggara adalah Dislutkan maka pelaksanaannya berlokasi di lingkungan kerja (kecamatan); jika penyelenggara adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Barat maka pelaksanaannya berlokasi di Bandung; dan jika Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang menyelenggarakan maka berlokasi di Tegal, Jawa Tengah (Dislutkan 2006).

4.4 Pengarusutamaan Gender Di Kabupaten Subang