• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Agonsitik

Dalam dokumen AKTIVITAS HARIAN DAN INTERAKSI SOSIAL SU (Halaman 43-49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Interaksi Sosial

5.5.1 Perilaku Agonsitik

Retih merupakan jantan yang dominan di dalam kandang, pada saat makan, Juleha dan Asmara tidak akan berani mengambil makanan selagi masih ada Retih di depan makanan. Jika Juleha atau Asmara ikut mengambil makanan, maka Retih akan menunjukkan perilaku agonisitik dengan mengejar, dan berusaha merebut makanannya. Sebagian besar waktu makan mereka habiskan di atas bambu dengan ketinggian antara 1-5 m. Mereka akan mengambil beberapa potong makanan kemudian membawanya ke tempat yang lebih tinggi untuk di makan. Sama halnya seperti Juleha dan Asmara, namun mereka melakukannya pada saat Retih meninggalkan makanan, dengan segera Juleha dan Asmara akan mengambil makanan sebanyak yang mereka bisa kemudian memilih tempat yang aman dan terhindar dari Retih agar bisa makan. Maka dari itu, Juleha dan Asmara selalu terlihat mewaspadai Retih ketika sendang makan, jika Retih mendekat segera Juleha dan Asmara pergi meninggalkan tempat makanan.

Selama pengamatan, ketiga surili ini tidak memperlihatkan adanya aktivitas bermain, hal ini dikarenakan Asmara yang satu-satunya betina yang masih muda tidak mempunyai individu lain yang dapat diajak bermain. Sedangkan Retih adalah jantan yang

sering memperlihatkan perilaku agonistik. Retih seringkali mengejar Asmara ketika melihat Asmara menyentuh makanan di hadapannya. Kemudian terjadi aksi kejar-kejaran di mana Retih terus menerus mengejar Asmara. Pada saat seperti itu Asmara akan memperlihatkan perilaku terancam dengan terus melomat menghindari Retih sambil mengeluarkan suara. Terkadang juga pada saat seperti itu, urin Asmara keluar. Juleha biasanya menengahi Retih dan Asmara. Juleha kemudian terlihat berusaha mengejar dan mencakar Retih dan terjadi kejar-kejaran antara Retih dan Juleha. Untuk memperlihatkan kekuatannya, Juleha akan mengeluarkan suara yang keras sambil berusaha mencakar saat Retih mendekat, tapi biasanya Retih yang akan menghindari Juleha. Aktivitas ini berlangsung sangat lama, selama pengamatan tercatat hingga satu jam. Namun terkadang juga Juleha hanya diam tidak menengahi Retih dan Asmara.

Retih seringkali menunjukkan perilaku agonistiknya pada saat makan. Juleha dan Asmara tidak berani menyentuh makanan selama masih ada Retih. Retih akan merebut makanan Juleha dan Asmara jika terlihat mendapatkan makanan yang lebih disukai Retih hingga terjadi kejar-kejaran. Oleh karena itu, Juleha dan Asmara akan membawa makanan dan makan di tempat aman yang biasanya jauh dari jangkauan Retih.

Juleha terlihat lebih berani ketika menghadapi perilaku agonistik Retih, terllihat dari perilaku Juleha yang menunjukkan perlawanan. Sedangkan Asmara sama sekali tidak menunjukkan perlawanan, hanya terus menghindari Retih, terkadang pula meminta bantuan Juleha dengan mendekati Juleha sambil terus menerus bersuara.

Metode konservasi dengan sistem penangkaran (ex situ) adalah upaya untuk mempertahankan populasi satwa liar yang mulai terancam kepunahannya. Prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah memenuhi kebutuhan satwa untuk hidup layak dengan mengkondisikan lingkungannya seperti pada habitat alaminya, sehingga satwa tersebut dapat berproduksi dengan baik. Selain itu keberhasilan usaha budidaya dari suatu spesies, sangat didukung oleh pengetahuan dari prilaku satwa tersebut. Perilaku makan dan kawin adalah perilaku yang berpengaruh langsung terhadap perkembangbiakan satwa di penangkaran atau habitat asli (Alikodra, 1990 dalam Wirdateti dkk., 2009).

Surili merupakan hewan poligami dengan komposisi kelompok satu jantan dewasa (one male multi female troop). Terdapat pula yang soliter, biasanya betina yang sudah tua. Selama pengamatan, sama sekali tidak terlihat adanya kopulasi, baik di antara Retih dan Juleha, maupun Retih dan Asmara.Satu kesempatan Retih sudah dalam posisi kopulasi dengan Asmara, namun tidak sampai. Menurut para keeper

PRPJ, surili memang membutuhkan waktu setindaknya tiga bulan untuk dapat sampai kopulasi. Namun karena surili bukan pemilih betina, biasanya penyatuan antara jantan dan betina tidak akan gagal.

5.5.3 Komunikasi

Campbell dkk. (2004) menjelaskan bahwa interaksi sosial kompetitif dan perilaku kawin melibatkan beberapa contoh pada hewan-hewan yang secara sengaja, meskipun tidak harus secara sadar, mengirimkan informasi melalui perilaku khusus yang disebut pertunjukan (display). Pengiriman informasi secara sengaja antarindividu merupakan definisi umum komunikasi dalam ekologi perilaku.

Komunikasi yang dilakukan surili antara lain dengan menggunakan suara dan gestur tubuh atau display. Gambar 5.13 menunjukkan gelombang suara yang dikeluarkan surili jantan. Namun, terkadang surili betina, dalam penelitian yaitu Juleha dan Asmara, juga mengeluarkan suara yang mirip seperti jantan ketika dalam keadaan terancam atau bahaya.

Gambar 5.13 Spektrogram suara Presbytis comata. (Sumber: Meyer dkk. 2012)

Dalam penelitiannya, Meyer dkk. (2012) menjelaskan, seperti banyak spesies primata lainnya, surili mengeluarkan suara keras, vokalisasi mencolok yang disebut dengan loud-call atau panggilan jarak jauh.Suara yang keras diproduksi oleh spesies

nonhuman primate sebagai transmisi jarak jauh. Panggilan keras dapat bervariasi dan fungsi yang berbeda-beda, bisa digunakan sebagai pertahanan diri, bersaing dalam perkawinan, menengahi jarang antarkelompok dan untuk mempromosikan kohesi dalam kelompok.

Retih mengeluarkan suara yang tinggi seperti pada gambar 13 yang menggambarkan bunyi dengan frekuensi mencapai 10 KHz, diawali dengan nada yang lebih rendah (build phase) dan semakin lama semakin tinggi (ending phase). Setiap hari Retih mengeluarkan suara seperti ini, sebagai pejantan yang ingin memperlihatkan dirinya. Sementara Juleha dan Asmara hanya mengeluarkan bunyi ini ketika dalam keadaan terdesak dan takut.

Perilaku sosial yang diperlihatkan oleh gerak tubuh juga menjadi bentuk komunikasi. Tidak seperti great apes (orangutan, simpanse, dan gorila) yang mampu berkomunikasi dengan isyarat (Grzimek, 1972; Maple, 1980), surili hanya memperlihatkan gerakan-gerakan sederhana sebagai bentuk komunikasi. Salah satunya adalah dengan sentuhan. Juleha dan Asmara seringkali terlihat berdekatan satu sama lain, biasanya Asmara bersandar kepada Juleha, kegiatan ini dilakukan ketika beristirahat. Pada saat istirahat Asmara terlihat memegang lutut atau memeluk Juleha. Sedangkan Juleha seringkali tidak merespon, namun terkadang Juleha terlihat mengelus-elus kepala Asmara dan menelisiknya. Sedangkan Retih sama sekali tidak menunjukkan perilaku seperti ini.

07.00 -07.3 0 08.00 -08.3 0 09.00 -09.3 0 10.00 -10.3 0 11.00 -11.30 12.00 -12.3 0 13.00 -13.3 0 14.00 -14.3 0 15.00 -15.3 0 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 RETIH JULEHA ASMARA waktu fr e k u e n s i (k a li )

Gambar 5.14 Frekuensi kontak fisik per 30 menit.

Retih melakukan kontak fisik dengan Juleha dan Asmara dengan cara memegangi dan mengusap-usap bagian dorsal (punggung). Retih mendekati Juleha, namun Juleha memberikan respon negatif dengan menjauhi Retih, kemudian terjadi kejar-kejaran di mana Retih mengejar Juleha. Retih selalu mendekati Juleha kemudian memegang ekor, panggul, punggung, atau bahkan membaui vagina Juleha ketika Juleha sedang duduk, namun Juleha terlihat memberikan respon yang negatif dengan menjauhi Retih. Terkadang Juleha justru memperlihatkan perilaku agonistiknya dengan mengeluarkan suara yang tinggi sambil mencoba mencakar Retih. Terkadang berhenti begitu saja, namun juga terkadang Retih berhasil memegangi rambut bagian punggung Juleha, duduk dibelakangnya kemudian mengelus-elus dan membaui sekitar vagina. Setelah itu Juleha selalu berusaha meloloskan diri dari Retih. Berbeda dengan Asmara yang selalu mengikuti Retih. Retih melakukan hal yang sama seperti pada Juleha dan Asmara memberikan respon positif, namun setelah itu Retih terlihat tidak lagi tertarik untuk melakukan kopulasi dengan Asmara. Perilaku ini merupakan komunikasi yang menunjukkan keinginan untuk kawin.

(a) (b)

Gambar 5.15 Interaksi sosial Juleha dan Asmara: (a) Juleha dan Asmara sedang makan bersama, (b) Asmara menyentuh dan merangkul Juleha.

Sumber: File PRPJ.

Aktivitas sosial lain yang dilakukansedang istirahat adalah grooming. Chivers, (1974 dalam Irwanto, 2006) berpendapat bahwa grooming merupakan tingkah laku sosial antara individu kera atau monyet dalam kelompoknya. Aktivitas ini diperlihatkan oleh Juleha dan Asmara.

BAB VI

Dalam dokumen AKTIVITAS HARIAN DAN INTERAKSI SOSIAL SU (Halaman 43-49)

Dokumen terkait