• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK JALANAN DENGAN SEKS AKTIF DI KOTA SEMARANG

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA STATUS PENDIDIKAN DAN KO (Halaman 35-41)

Apit Sekar Setyadani

Abstract

Lingkungan pergaulan yang keras dan bebas menyebabkan anak jalanan rentan

terhadapgangguan kesehatan dan psikologi. Gangguan tersebut sering diakibatkan oleh perilakuseks bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kesehatan reproduksipada anak jalanan dengan seks aktif di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakanmetode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan informan secara purposivesampling dilanjutkan snowball sampling. Informan berjumlah 5 anak jalanan denganseks aktif, 5 teman dekat mereka, dan 3 pengurus rumah perlindungan sosial anak diKota Semarang. Teknik pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalamdan observasi. Analisis data secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa anak jalanan dengan seks aktif mulai mengenaldan melakukan seks bebas pada usia 14-16 tahun. Mereka sering bergonta-gantipasangan dan melakukan seks bebas di sembarang tempat. Sebagian besar informantidak menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan seks, sehingga berdampakpada penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kehamilan. Faktor pendoronginforman melakukan hubungan seks bebas adalah karakteristik (usia, jenis kelamin,pendidikan, tempat tinggal, dan alasan turun ke jalan), kurangnya pengetahuan, sikap,serta lingkungan mereka.

http://siga.bp3akb.jabarprov.go.id/index.php?class=dt_anakjalanan

No Kab/KotaKode KabupatenNama Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1. 3201 Kab. Bogor 2012 0 0 3.440 2. 3202 Kab. Sukabumi 2012 0 0 709 3. 3203 Kab. Cianjur 2012 0 0 91 4. 3204 Kab. Bandung 2012 0 0 482 5. 3205 Kab. Garut 2012 0 0 692 6. 3206 Kab. Tasikmalaya 2012 0 0 0 7. 3207 Kab. Ciamis 2012 0 0 10 8. 3208 Kab. Kuningan 2012 0 0 13 9. 3209 Kab. Cirebon 2012 0 0 214 10. 3210 Kab. Majalengka 2012 0 0 95 11. 3211 Kab. Sumedang 2012 0 0 25

12. 3212 Kab. Indramayu 2012 0 0 222 13. 3213 Kab. Subang 2012 0 0 144 14. 3214 Kab. Purwakarta 2012 0 0 60 15. 3215 Kab. Karawang 2012 0 0 257 16. 3216 Kab. Bekasi 2012 0 0 0 17. 3217 Kab. Bandung Barat 2012 0 0 212 18. 3218 Kab. Pangandaran 2012 0 0 0 19. 3271 Kota Bogor 2012 0 0 362 20. 3272 Kota Sukabumi 2012 0 0 214 21. 3273 Kota Bandung 2012 0 0 0 22. 3274 Kota Cirebon 2012 0 0 380 23. 3275 Kota Bekasi 2012 0 0 200 24. 3276 Kota Depok 2012 0 0 160 25. 3277 Kota Cimahi 2012 0 0 27 26. 3278 Kota Tasikmalaya 2012 0 0 151 27. 3279 Kota Banjar 2012 0 0 3 Total: 27 of 27 Sumber Data : No Sumber Data

1 Buku Jawa Barat Dalam Angka 2013

http://keuskupanbandung.org/main/post/2514

POTRET (KECIL) DATA RIIL JAWA BARAT

11 November 2012 (Budhi Y)

Warta Utama I I I, Majalah Komunikasi No. 385, November 2012 Sebuah Peluang Bagi Solidaritas Sosial Gereja

Menyambut fokus pastoral 2013 tahun Solidaritas Sosial, Keuskupan Bandung melalui rapat kerja akhir tahun mengarahkan perhatian pada kehidupan sosial dengan lingkup Jawa Barat. Paroki, komisi-komisi baik tingkat keuskupan maupun paroki, kelompok kategorial dan berbagai organisasi dalam lingkup Gereja Keuskupan Bandung merencanakan gerakan bersama aksi solidaritas sosial. Agar tepat sasaran serta sesuai dengan kebutuhan masayarakat Jawa Barat,berbagai data- data,aspek sosial maupun permasalahannya dipaparkan Bapak

Dwi Heru Sukoco, yang hadir sebagai pembicara dalam Rapat Kerja Keuskupan Bandung pada Jumat-Sabtu (19-20/10) di Pondok Lembang, Bandung.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2011 jumlah penduduk Jawa Barat 46.497.175 jiwa, tersebar di 17 kabupaten dan 9 kota. Jumlah tersebut mencapai 18,11% jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237.556.363, artinya Jawa Barat

menempati urutan ketiga terbesar dari jumlah penduduk provinsi . Dari 46,5 jutaan penduduk tersebut sebanyak 4.825.520 jiwa atau total 11% total penduduk Jabar merupakan penduduk miskin. Secara nasional Jabar adalah urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dalam jumlah penduduk dan jumlah angka kemiskinan.

Untuk tingkat pengangguran, tahun 2010, di Provinsi Jawa Barat terdapat 1.951.391

pengangguran dari 18.893.835 total angkatan kerja penduduk di atas 15 tahun, dengan rincian 1.224.444 laki-laki dan 726.947 wanita. Latar belakang pendidikan kelompok pengangguran tersebut adalah lulusan SD ke bawah 559.283, lulusan SMP 480.974 dan lulusan SLTA ke atas 911.234 orang.

Sementara Badan Statistik juga mencatat bahwa di tahun 2010 dari ibu bersalin

berjumlah1.032.422, yang menggunakan layanan kesehatan seperti dokter,bidan, dan tenaga medis hanya 845.100 orang. Data ini dipertegas oleh UNICEF yang dikutip UCANS

Indonesia bahwa sekitar 10.000 perempuan Indonesia meninggal akibat komplikasi penyakit pasca persalinan. Kemudian dari sejumlah 917.930 bayi lahir, 11.623 lahir dengan berat badan rendah; dari 3.367.937 balita di Jawa Barat ditemukan 30.504 mengalami gizi buruk. Sedangkan UNICEF melaporkan sekitar 150.000 per tahun balita di Indonesia meninggal dunia akibat penyakit.

Data-data tersebut merupakan sebagian kecil dari seluruh fakta sosial Provinsi Jawa Barat yang sempat dirangkum. Dari sejumlah data dan fakta yang dipaparkan, Heru juga

menyampaikan 16 jenis permasalahan sosial yang ada di Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat dalam Jawa Barat in figure tahun 2011.

Jumlah Permasalahan Sosial menurut Jenis di Provinsi Jawa Barat No Permasalahan Sosial Jumlah

1 Anak terlantar 132.036 2 Lansia/jompo 186.547 3 Anak nakal 6.788 4 Korban narkotika 7.960 5 Penyandang cacat 130.378

6 Gelandangan dan pengemis 1.470.603 7 Tuna susila 5.535

8 Fakir miskin/keluarga miskin 2.125.097

9 Anak, wanita, lansia korban tindak kekerasan 9.062 10 Orang dengan HIV/AIDS 2.391

11 Bekas Narapidana 6.791

12 Wanita rawan sosial ekonomi 209.013

13 Keluarga dengan rumah tidak layak huni 329.460 14 Keluarga bermasalah sosial psikologis 13.260 15 Anak balita terlantar 50.951

16 Anak jalanan 11.452 Total 4.697.324

Selanjutnya menurut Heru sedikitnya ada delapan aspek permasalahan sosial yang terjadi di Jawa Barat dan masyarakat Indonesia pada umumnya, yakni :

1. Kemiskinan dan keterlantaran. Disebabkan sempitnya lapangan kerja, upah rendah, kebijakan yang kurang prorakyat, pola hidup konsumtif, budaya KKN, tinggal di daerah

terpencil/gersang, dll. Permasalahan ini mengakibatkan daya beli rendah sehingga pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dsb) juga menjadi rendah. Akibat berikut, muncul masalah sosial lainnya seperti pekerja migran illegal, trafficking, urbanisasi, gelandangan-pengemis.

2. Tindak kekerasan dan konflik sosial.Terjadi tindak kekerasan dari pihak yang kuat kepada yang lemah; orang tua terhadap anak, suami terhadap istri, majikan terhadap pembantu, perusahaan terhadap buruh/pegawai dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi antara kelompok yang sama-sama kuat, seperti tawuran dan konflik antar organisasi (warga, pelajar, organisasi masa, partai politik, dll).

3. Narkoba. Jawa barat dan Indonesia saat ini sudah tidak hanya sebagai tempat konsumen dan peredaran tetapi juga produsen narkoba.

4. Korban Bencana (alam dan sosial). Korban-korban bencana umumnya berupa korban jiwa, harta benda, fisik dan sosial – psikologis (trauma, putus asa, depresi, stress, dll) .

5. Tuna sosial. Gelandangan, pengemis, pekerja seks komersial, pelanggar hukum, penghuni daerah illegal (DAS, PKL, dsb).

6. Perlindungan sosial terhadap kelompok rentan dan tidak beruntung. Yaitu kurangnya pelindungan terhadap anak, wanita, lansia, cacat/difabel, orang atau keluarga miskin, kelompok minoritas, kelompok adat, daerah terpencil.

7. Penegakan hukum dan pelanggaran HAM. Rendahnya jaminan terhadap hak-hak hidup seperti hak atas keadilan, rasa aman, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Selain itu juga terjadinya pembiaran-pembiaran terhadap masalah hukum, misalnya kelompok miskin, tindak kekerasan dan konflik sosial, pembunuhan atau penyiksaan terhadap rakyat/kelompok penentang dan demonstran.

8. Pelestarian nilai-nilai Kepahlawanan dan kearifan lokal. Terjadi penurunan sikap dan penghayatan akan nilai-nilai seperti Pancasila, hormat terhadap orang yang lebih tua/ atasan, nilai kesetiakawanan sosial, sikap mengedepankan dialog dari pada kekerasan.

Berbagai peluang dan tantangan Jawa Barat juga disampaikan oleh Heru menyangkut partisipasi masyarakat dalam pembangunan, termasuk Umat Katolik Keuskupan Bandung. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan adalah memberi masukan dan saran, ikut serta melaksanakan kegiatan, mengontrol dan mengoreksi. ''Setiap warga ,baik individu maupun organisasi diharapkan untuk berani memberikan saran dan kritik pada setiap program atau kebijakan melalui mekanisme penyampaian yang baik. Kemudian keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan dapat ditempuh bersama-sama program pemerintah, melengkapi program pemerintah atau membuat program alternatif yang mendukung program pemerintah.

Akhirnya masyarakat juga berhak untuk mendapatkan informasi di mana informasi tersebut dijadikan alat kontrol, untuk membandingkan dan menganalisa jika terjadi ketimpangan antara program dan kenyataan,'' papar umat Paroki St. Ignatius Cimahi ini.

Demikian data riil singkat kondisi Jawa Barat yang disampaikan Dwi Heru Sukoco. Data singkat ini paling tidak memberi pilihan atau peluang bagi Gereja Katolik Keuskupan Bandung melalui komisi, kelompok-kelompok kategorial ataupun umat untuk melihat dan terlibat dalam gerak aksi solidaritas sosial.

laki Kota Depok. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA STATUS PENDIDIKAN DAN KO (Halaman 35-41)

Dokumen terkait