• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam

menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1. 000.000. 000, 00 (satu miliar rupiah).

5. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150. 000. 000, 00 (seratus lima puluh juta rupiah). 6. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal

55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 7. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh jutarupiah).

8. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

9. Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1. 500.000. 000, 00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Dalam Pasal 66 Undang-undang hak Cipta Tahun 2002 dinyatakan bahwa : hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan terhadap pelanggaran hak cipta.Ini berarti berdasarkan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang HakCipta Tahun 2002. Pelaku pelanggaran hak cipta, selain dapat dituntut secara perdata, juga dapat dituntut secara pidana.43

C. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam

43

Prasetyo Subiatmadja, Undang-undang VCD Bajakan, dalam

http://peraturanvcdbajakan.com/undang-undang.html di akses tanggal 06 Januari 2015 pukul: 10.00 WIB.

Islam mengatur seluruh perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya demikian pula dalam masalah konsumsi. Islam mengatur bagaimana manusia melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup manusia melalui Al-Qur’an dan Hadits supaya manusia dijauhkan dari sifat yang hina karena perilaku konsumsinya.

Perilaku konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dan dengan Allah S.W.T. Setiap pergerakan dirinya yang berbentuk belanja sehari-hari tidak lain adalah manifestasi zikir dirinya atas nama Allah. Dengan demikian dia lebih memilih jalan yang dibatasi Allah dengan tidak memilih barang haram, tidak kikir dan tidak tamak supaya hidupnya selamat baik dunia maupun akhirat.44

Dalam Islam juga dibahas adanya saluran harta yang didapat oleh seseorang konsumen muslim. Al-Qur'an berulang kali mengajarkan umat Islam agar menyalurkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, infaq dan sadaqah.

Konsumsi yang Islami selalu berpedoman pada ajaran Islam, di antara ajaran yang penting berkaitan dengan konsumsi yaitu perlunya memperhatikan orang lain. Hal lain adalah tujuan konsumsi itu sendiri di mana seorang muslim akan lebih mempertimbangkan mashlahah daripada utilitas. Pencapaian mashlahah merupakan tujuan dari syariat Islam, yang tentu saja harus menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi.

Konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa yang

44 Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam. (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 4

memberikan mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas Islami bahwa setiap pelaku ekonomi selalu meningkatkan mashlahah yang diperolehnya. Kandungan mashlahah terdiri dari manfaat dan berkah. Demikian pula dalam hal perilaku konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen merasakan adanya manfaat suatu kegiatan konsumsi ketika dia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis atau material. Di sisi lain berkah akan diperolehnya ketika ia mengkonsumsi barang/jasa yang dihalalkan oleh syariat Islam. Mengkonsumsi yang halal saja merupakan kepatuhan kepada Allah, karenanya memperoleh pahala. Pahala inilah yang kemudian dirasakan sebagai berkah dari barang/jasa yang telah dikonsumsi.45

Sehingga seorang konsumen muslim dalam berkonsumsi memiliki pertimbangan dan batasan sebagai berikut:

1. Adanya Larangan Israf (berlebih-lebihan).

Perilaku israf diharamkan sekalipun komoditi yang dibelanjakan adalah halal. Namun demikian Islam tetap membolehkan seorang muslim untuk menikmati karunia kehidupan selama dalam batas kewajaran.

Dalam al-Qur'an surat al-A’raf ayat 31:

                

Artinya: “Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada

setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

45 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam/P3EI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.129

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak boleh mengkonsumsi secara berlebih-lebihan yakni tidak melampaui batas, hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ayat tersebut mengajarkan sikap proporsional dalam makan dan minum.

Selanjutnya difirmankan dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 87:                    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan

apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan hidup itu harus terpenuhi secara wajar agar kelangsungan hidup berjalan dengan baik. Namun bila kebutuhan hidup itu dipenuhi dengan cara yang berlebih-lebihan tentu akan menimbulkan efek buruk pada diri manusia. Dalam menghapus perilaku israf Islam memerintahkan:

a. Memperiorotaskan konsumsi yang lebih diperlukan dan lebih bermanfaat.

b. Menjauhkan konsumsi yang berlebih-lebihan untuk semua jenis komoditi.46

Di sinilah kesejahteraan yang Islami itu dibangun, kesejahteraan itu tidak tepat apabila diukur dengan ukuran kemewahan seseorang. Kesejahteraan diukur menurut ukuran terpenuhinya kemashlahatan.

46 Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam… Hal. 15

Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika ia mengkonsumsi barang yang bermanfaat atau halal dan mentiadakan mengkonsumsi barang-barang yang buruk atau haram. Islam melarang untuk menghalalkan apa yang sudah ditetapkan haram dan mengharamkan apa-apa yang sudah menjadi halal.47

Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 87-88:                                 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengharamkan

apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas, dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Batasan konsumsi dalam syariah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja, tetapi juga mencakup jenis komoditi-komoditi lainnya. Komoditi yang haram itu ada dua macam yaitu haram karena zatnya dan haram karena sesuatu yang bukan zatnya.

Selain itu yang menjadi batasan konsumsi dalam syariah Islam termasuk aspek baik yang cocok yang baik yang tidak menjijikan, karena itu tidak semua yang diperkenankan boleh dikonsumsi untuk semua keadaan, syariah sendiri menganjurkan untuk memilih komoditi yang bersih dan bermanfaat dari semua komoditi yang diperbolehkan.

47 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 68

2. Dalam Islam konsumsi atau pembelanjaan uang tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk jenis konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan sadaqah.

Pengeluaran zakat dan sadaqah mendapatkan kedudukan amat penting dalam Islam sebab pengeluaran konsumsi tersebut akan memperkuat sendi-sendi sosial masyarakat. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 110:

     . 

Artinya: “Laksanakanlah shalat secara berkesimanbungan dan

tunaikanlah zakat”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang konsumen muslim tidak hanya mengkonsumsi barang dan jasa, melainkan zakat merupakan konsumsi seorang muslim.

3. Konsumen muslim akan mempertimbangkan perencanaan masa depannya dengan salah satu caranya yaitu menabung.

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslim untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik yaitu terdapat dalam surat al-Hasyr ayat 18:

                   

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap hari memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang konsumen disuruh untuk berlaku hemat dan mempersiapkan untuk hari esok, seperti halnya menabung.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sikap hemat tidak berarti harus kikir dan bakhil, hemat berarti membeli untuk keperluan tertentu secukupnya dan tidak berlebih-lebihan. Ia tidak akan membeli atau mengeluarkan uang kepada hal-hal yang tidak perlu.48

4. Konsumen muslim harus mempertimbangkan syariat Islam dalam mengkonsumsi VCD Bajakan.

Ajaran Islam melarang penganutnya untuk mengkonsumsi sesuatu yang bertentangan dalam syariat Islam. Seperti VCD bajakan, dimana VCD bajakan tersebut merupakan salah satu pelanggaran hak cipta seseorang. Karena hasil dari ciptaannya tidak sesuai dengan hasil yang diterimanya. VCD bajakan jauh lebih murah dibanding dengan VCD original. Ini jelas sangat merugikan atau mendzalimi salah satu pihak.

Dokumen terkait