• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumtif

a. Faktor Internal

Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi.

1) Faktor psikologis, faktor ini juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif (Kotler,2000), di antaranya:

a). Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang/jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya. Kotler (1995) motif atau dorongan adalah suatu kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak.Motivasi seseorang dalam membeli adalah memuaskan dorongan kebutuhan dan keinginan yang diarahkan untuk mengurangi rasa ketegangan.

b). Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini akan menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.

c). Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.

2) Faktor pribadi, menurut Kotler (2000) keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu :

a). Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.Usia seseorang mempengaruhi selera seseorang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi (Kotler dan Amstrong, 2001). Usia remaja kecenderungan seseorang untuk berperilaku konsumtif lebih besar daripada orang dewasa.

Tambunan (2001) menambahkan bahwa remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.

b). Pekerjaan, mempengaruhi pola konsumsinya. Seseorang dengan pekerjaan yang berbeda tentunya akan mmpunyai kebutuhan yang berbeda pula. Hal ini dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

c). Keadaan ekonomi, orang yang mempunyai uang yang cukup akan cenderung lebih senang membelanjakan uangnya membeli barang-barang, sedangkan orang dengan ekonomi rendah akan cenderung lebih hemat.

d). Kepribadian, dapat menentukan pola hidup seseorang, demikian juga perilaku konsumtif pada seseorang dapat dilihat dari tipe kepribadian tersebut.

e). Jenis kelamin, dapat mempengaruhi kebutuhan membeli, karena remaja putri cenderung lebih konsumtif dibandingkan dengan pria (Tambunan, 2001).

b. Faktor Eksternal/Lingkungan

Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga.

1) Kebudayaan

Budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kretivitas manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Mangkunegara, 2002).Kebudayaan merupakan determinan yang paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang (Kotler, 1995). Pengaruh kebudayaan pada perilaku konsumen dapat tercermin pada cara hidup, kebiasaan, dan tradisi dalam permintaan akan macam-macam barang dan jasa di pasar.

2) Kelas sosial.

Pada dasarnya manusia Indonesia dikelompokkan dalam tiga golongan (Mangkunegara, 2002) yaitu : golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Perilaku konsumtif antara kelompok sosial satu dengan kelompok sosial yang lain akan

berbeda. Dalam hubunganya dengan perilaku konsumtif (Mangkunegara, 2002) mengkarakteristikan antara lain:

a) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap (toko serbaada, supermarket), konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya.

b) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk menampakan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli barang yang mahal dengan sistem kredit. Misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan perabot rumah tangga.

c) Kelas sosial bawah cenderung membeli barang dengan mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya mereka membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.

Pengelompokan masyarakat di atas dibuat berdasarkan kriteria kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.

Unsur pokok dalam pembagian kelas dari masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan.

3) Keluarga

Keluarga sangat penting dalam perilaku membeli karena keluarga adalah pengaruh konsumsi untuk banyak produk. Peranan setiap anggota keluarga dalam membeli berbeda-beda menurut barang yang akan dibelinya. Selain itu keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor internal dan faktor eksternal.

B. Gaya Hidup Metroseksual 1. Pengertian Gaya Hidup Metroseksual

Metroseksual secara etimologi berasal dari kata Yunani yaitu metropolis artinya Ibu kota, plus seksual. Sedangkan secara harfiah metroseksual berasal dari dua kata, yaitu “metro” yang menandakan bahwa tipe pria ini mempunyai gaya hidup urban yang modern, dan “seksual”, yang berasal dari istilah “homoseksual” yang menandakan bahwa tipe pria ini, meskipun biasanya normal, akan tetapi memiliki cita rasa atau selera yang cenderung diasumsikan dengan tipe lelaki gay (Kartajaya, 2004).

Kartajaya dkk (2004) metroseksual yaitu mereka yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota metropolis atau sekitarnya.

Gaya hidup yang dimiliki oleh pria metroseksual adalah serba teratur, penuh disiplin, penuh standar, dan cenderum perfeksionis.

Sejalan dengan pendapat diatas Iskandar (2005), mendefinisikan pria metroseksual sebagai pria yang suka merawat diri (dandy) dan mengikuti trend terbaru. Pria metroseksual biasanya pergi ke klinik atau salon, butik, fitness centre, kafe atau mall.Pria metroseksual cenderung royal dan menikmati hidup, memiliki penampilan yang cenderung rapi, menawan, stylist dan fashionable. Akan tetapi pria metroseksual tetaplah pria sejati dengan orientasi seks yang normal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan gaya hidup metroseksual adalah gaya hidup laki-laki yang mempunyai banyak uang dan tinggal di kota besar, sangat memperhatikan penampilan yaitu suka dandan dan memanjakan diri, senang membicarakan sesuatu yang baru di lingkungannya dan terdepan dalam mengikuti mode.

2. Indikator Gaya Hidup Metroseksual

Aspek gaya hidup metroseksual dikemukakan oleh Kartajaya dkk (2004) : a.) Suka bersosialisai dalam komunitas-komunitas tertentu (social

butterfly), karena dengan mereka ikut dalam komunitas-komunitas tertentu akan membuat mereka mempunyai banyak teman dan bertambah pula wawasan mereka.

b.) Memiliki kesadaran tinggi mengenai kesetaraan gender, karena perbedaan jenis kelamin tidak menghalangi seseorang untuk berprofesi dan manusiapun tidak boleh dibedakan berdasarkan gender.

c.) Memiliki gaya hidup urban dan hedonis, menyukai kehidupan yang serba mudah dan sifatnya untuk bersenang-senang.

d.) Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah mode pria, internet, dan lingkungannya agar dapat mengetahui perkembangan fashion terakhir yang mudah diikuti.

e.) Sangat memperhatikan penampilan, umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy, dan melakukan perawatan tubuh.

Aspek lain gaya hidup metroseksual yang diungkapkan Kartajaya (1994), antara lain:

a. hidup dan tinggal di kota besar dimana hal ini berkaitan dengan kesempatan akses informasi, gaya hidup dan pergaulan yang dijalani dan secara jelas akan mempengaruhi hidup mereka;

b. senang bersosialisasi;

c. berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup yang dijalani;

d. memiliki gaya hidup urban dan hedonis;

e. secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah mode pria agar dapat mengetahui perkembangan fashion yang terkini;

f. pada umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy dan sangat memperhatikan penampilan serta perawatan tubuh;

g. menganggap dirinya sebagai orang yang modern; dan h. menyatakan dirinya sebagai warga dunia yang kosmopolit.

Menurut Hermawan Kartajaya (1994) pria metroseksual adalah pria yang pada umumnya hidup di kota besar, mempunyai pekerjaan yang

mapan, penghasilan yang cukup besar, gaya hidup yang mewah dan juga pesolek tulen yang suka merawat dirinya sendiri, serta mengikuti tren busana yang ada, dengan alasan untuk memperbaiki penampilan luarnya.

Gaya hidup yang dimiliki oleh pria metroseksual adalah serba teratur, penuh disiplin, penuh standard dan cenderung perfeksionis.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang gaya hidup metroseksual maka aspek yang digunakan yaitu suka bersosialisasi dalam komunitas-komunitas tertentu (social butterfly), memiliki kesadaran tinggi mengenai kesetaraan gender, memilih gaya hidup urban dan hedonis, secara intens mengikuti perkembangan fashion, dan sangat memperhatikan penampilan.

3. Faktor Penyebab Pria Metroseksual

Menurut Kartajaya (2004) kemunculan pria metroseksual disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.

a. Makin banyak wanita yang bekerja.

Kehadiran wanita karier di tempat kerja yang sebelumnya lebih banyak didominasi kaum pria tentu menuntut rekan prianya untuk juga menjaga penampilan, misalnya dengan berbusana rapi, bertubuh bugar, dan berbau harum.

b. Proporsi pekerja kantor yang terus bertambah sehingga membuat pria dituntut tampil menarik. Kita akan lebih tertarik berbisnis dengan seseorang yang berpakaian rapi daripada sebaliknya.

c. Peranan wanita sebagai pasangan pria metroseksual. Para wanita memperhatikan penampilan pasangannya agar terlihat menarik seperti para wanita tersebut.

d. Kehadiran majalah-majalah pria seperti FHM, Maxim, GQ, Esquire serta Popular dan Male Emporium di Indonesia, yang terus menambah jumlah halaman fashion mereka. Menampilkan gambar-gambar pria dengan tubuh yang ideal dan mengenakan busana dari perancang ternama yang sedang digemari pada saat ini.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pria bergaya hidup metroseksual yaitu makin banyak wanita bekerja, proporsi pekerja kantor yang terus bertambah, peranan wanita sebagai pasangan pria metroseksual, kehadiran majalah pria-pria.

C. Dinamika Psikologis Gaya Hidup Metroseksual

Dokumen terkait