• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Kajian tentang stres akademik dan perilaku merokok bukan pertama kali diteliti oleh peneliti, baik penelitian jurnal maupun skripsi. Sejauh penelitian yang dilakukan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara stres akademik dengan perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki, berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai acuan.

1. Penelitian yang berkaitan dengan stres akademik, merujuk pada skripsi yang ditulis oleh Susi Purwati mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Progam Studi Sarjana Strata-1 Universitas Indonesia tahun 2012 yang berjudul “Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwati, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stres akademik, semakin tinggi tingkat usia mahasiswa maka semakin rendah tingkat stres akademiknya. Namun jika ditinjau dari karakteristik jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, tidak terdapat berbedaan yang signifikan. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan

19

bahwasanya stres akademik tidak bergantung pada nilai atau prestasi akademik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Indrasari, mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas tahun 2011 dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa Laki-laki Perokok SMK N 2 Batusangkar”. Berdasarkan penelitian ini peneliti mendapatkan hasil bahwa lebih dari separuh responden mengalami stres tingkat sedang dan separuh dari responden merupakan perokok sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat stres pada siswa maka semakin tinggi pula keinginan siswa tersebut untuk merokok.

3. Fikriyah & Febrijanto (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Pertama, faktor psikologis berpengaruh pada perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri sebanyak 11 responden (33,3%). Berdasarkan uji statistik

regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,007 maka hipotesa menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor psikologis terhadap perilaku merokok. Kedua, faktor biologis tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis

20

Kediri. Berdaskan uji statistik regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,453 maka hipotesa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh faktor biologis terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Ketiga, faktor lingkungan tidak berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Berdasarkan uji statistik regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,760 maka hipotesa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri.

B. Landasan Teori

1. Stres Akademik

a. Pengertian Stres

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis dan psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino & Timothy, 2011: 56). Stres merupakan suatu perasaan ragu akan kemampuan untuk mengatasi sesuatu (Carlson, 2004: 11).

Stres adalah respons tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagimana respons tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan

21

yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres, namun sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada salah satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik maka ia disebut mengalami distres Selye (dalam Hawari, 2011: 17).

Malach-Pines and Keinan (dalam Busari, 2011: 229) mendefinisikan stres sebagai persepsi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan (stressor) dan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres terjadi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mereka anggap sangat berlebihan dan mereka merasa tidak bisa mengatasinya Campbell (dalam Busari, 2011: 230).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis dan psikologis seseorang dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya.

b. Pengertian Stres Akademik

Menurut Govaerst dan Gregoire (2004: 261) stres akademik adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan akademik, hal ini disebabkan oleh tuntutan yang timbul saat seseorang dalam masa pendidikan. Stres akademik diartikan sebagai suatu kondisi atau

22

keadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Fairbrother and Warn telah mengidentifikasikan bahwa stres akademik terjadi karena terlalu banyak tugas, persaingan dengan siswa lain, kegagalan, kekurangan uang saku, hubungan yang buruk dengan teman atau dosen, kelembagaan (Universitas), ruang kuliah yang penuh sesak, sistem semester, dan sumber daya yang tidak memadai untuk melakukan pekerjaan akademik (Busari, 2011: 230). c. Mekanisme terjadinya stres

Stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu, artinya kita baru mengalami stres manakala kita mempersepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut (yang kita persepsikan lebih ringan dari daya tahan kita) maka cekaman stres belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (baik dari stressor yang sama atau stressor yang lain dalam waktu yang sama) maka cekaman menjadi nyata, membuat kita kewalahan dan merasakan stres (Musradinur, 2016: 193).

d. Faktor yang mempengaruhi stres

Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor, seseorang dapat mengalami stres karena

23

menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres berasal dari berbagai sumber (Musradinur, 2016: 193-195), yaitu:

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar individu, yang termasuk dalam stressor lingkungan adalah:

a) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai positif dan negatif terhadap perilaku masing-masing individu sesuai pemahaman suatu kelompok dalam masyarakat. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat dilingkungan tersebut. b) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat ingin kuliah, pekerjaan, perjodohan, dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.

c) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian individu berlomb-lomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan

24

tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.

2) Diri sendiri, terdiri dari:

a) Kebutuhan psikologis, yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin dicapai

b) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan

3) Pikiran, terdiri dari:

a) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

b) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Penyebab-penyebab stres diatas sudah tentu tidak akan membuat seseorang stres secara langsung. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam menyikapi setiapmasalah yang dihadapi. Menurut Kozier & Erb (Musradinur, 2016: 195), dampak stressor tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1) Sifat stressor

Pengetahuan individu tentang bagaiman cara mengatasi dan darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh

25

stressor pada individu tersebut, membuat dampak stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.

2) Jumlah stressor

Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah-marah pada hal-hal yang kecil.

3) Lama stressor

Seberapa sering individu menerima stressor yang sama, semakin sering individu mengalami hal sama, maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

e. Jenis-jenis stres

Menurut Kusmiati & Desminiarti (dalam Musradinur, 2016: 196), stres dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

2) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun hormon, atau gas.

3) Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

26 f. Tahapan Stres

Gejala stres dalam diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal stres timbul secara lambat. Stres akan mulai dirasakan apabila telah mengganggu fungsi dari kehidupannya sehari-hari. Dr. Robert J. Van Amberg (dalam Hawari, 2011: 27-33) membagi tahapan stres sebagai berikut:

1) Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan, biasanya disertai dengan perasaan seperti:

a) Semangat bekerja besar bahkan berlebihan

b) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan, disertai dengan rasa gugup yang berlebihan

c) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis

2) Stres tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan kemudian timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk istirahat. Keluhan-keluhan pada tahap ini antara lain:

27

a) Bangun pagi yang seharusnya terasa segar, namun terasa letih

b) Merasa mudah lelah setelah makan siang

c) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman d) Berdebar-debar

e) Otot tungkuk dan punggung terasa tegang 3) Stres tahap III

Apabila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada tahap II, maka seseorang tersebut akan menunjukka keluhan-keluhan yang semakin nyata seperti:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur

b) Ketegangan otot semakin terasa

c) Perasaan tidak tenang semakin meningkat d) Gangguan pola tidur (insomnia).

e) koordinasi tubuh terganggu 4) Stres tahap IV

Pada tahap ini tidak ditemuka kelainan-kelainan fisik pada orgn tubunya, namun apabila hal ini dibiarkan dan yang bersangkutan mamaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul, seperti:

28

b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit c) Kehilangan kemampuan untuk merespons situasi secara

memadai

d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi yang menegangkan

e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

f) Tibul perasaan takut dan cemas yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya

5) Stres tahap V

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam b) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

c) Meningkatnya perasaan takut dan cemas sehingga mudah bingung dan panik

6) Stres tahap VI

a) Debaran jantung teramat keras b) Susah bernapas

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan keringat bercucuran

d) Pingsan g. Aspek-aspek stres

Aspek- aspek stres yang dikemukakan oleh Sarafino & Timothy (2011: 60-64) adalah sebagai berikut:

29 1) Aspek biologis

Stres yang muncul karena dihadapkan pada kondisi atau situasi yang mengancam atau berbahaya, maka akan ada reaksi fisiologis dari tubuh terhadap stres yang ditimbulkan, seperti detak jantung yang meningkat atau kaki yang gemetar.

2) Aspek psikososial

Menjelaskan bahwa stres yang muncul karena pengaruh keadaan lingkungan. Stressor akan menghasilkan perubahan-perubahan psikologisdan juga sosial individu. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:

a) Kognitif

Level stres yang tinggi dapat mempengaruhi ingatan dan juga perhatian. Stres dapat merusak fungsi kognitif, seringkali mengalihkan perhatian individu. Kebisingan dapat menjadi stressor yang mana dapat menjadi kronis bagi individu yang tinggaldi lingkungan yang bising, seperti di dekat rel kereta api atau tepi jalan raya.

b) Emosi

Emosi cenderung menyertai stres dan seseorang sering menggunakan emosi mereka untuk menilai kondisi stres yang dialami. Stres juga dapat menimbulkan perasaan sedih atau depresi. Saat gangguan psikologis

30

sudah parah dan berkepanjangan, biasanya berlangsung minimal 2 minggu. Orang dengan kelainan ini cenderung:

(1) Miliki suasana hati yang menyedihkan hampir setiap hari.

(2) Tampak lesu, kehilangan energi, kesenangan, dan konsentrasi.

(3) Menunjukkan kebiasaan tidur yang buruk dan nafsu makan yang buruk atau nafsu makannya meningkat drastis.

(4) Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau merasa putus asa tentang masa depan.

(5) Memiliki harga diri rendah, sering menyalahkan diri mereka sendiri atas keinginan mereka.

c) Perilaku sosial

Stres dapat mengubah perilaku seseorang terhadap orang lain. Dalam situasi yang penuh stres, seperti kecelakaan kereta api, gempabumi, dan bencana lainnya, banyak orang bekerja sama untuk saling membantu. Namun pada situasi stres yang lain, bisa menyebabkan individu kurang sosial atau kurang peduli bahkan cenderung bermusuhan dengan orang lain dan tidak sensitif. Saat stres dan kemarahan bergabung, perilaku sosial negatif sering meningkat.

31 h. Telaah Teks Islam Tentang Stres

Sebagai hamba Allah yang secara fitrah memiliki kelebihan da kekurangan, manusia membutuhkan sejumlah hal baru, kegembiraan dan rangsangan tertentu dalam hidup. Seseorang dapat mengalami berbagai ketidakpastian, kecemasan dan tekanan yang memotivasinya untuk melakukan sesuatu, menjadi berhasil dalam mncapai sejumlah keinginan dan cita-cita. Islam dengan segala kesempurnaannya datang membawa risalah untuk kehidupan manusia. Stres dalam Islam bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, namun Islam mengajarkan kepada manusia bahwa tuntutan atau ujian ini merupakan sesuatu yang harus dijalani sebagai bagian dari proses kehidupan itu sendiri. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3:

( َنوُنَ تْفُ ي لا ْمُهَو اَّنَمآ اوُلوُقَ ي ْنَأ اوُكَرْ تُ ي ْنَأ ُساَّنلا َبِسَحَأ

٢

ْمِهِلْبَ ق ْنِم َنيِذَّلا اَّنَ تَ ف ْدَقَلَو)

( َينِبِذاَكْلا َّنَمَلْعَ يَلَو اوُقَدَص َنيِذَّلا ُهَّللا َّنَمَلْعَ يَلَ ف

٣

)

Artinya:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja dengan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesunggunya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orangorang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS. Al-Ankabut: 2-3)

32

Melihat penjelasan di atas sudah seharusnya sebagai seorang Muslim yang beriman, harus memadang stres bukanlah masalah yang besar dan menjadi problema kehidupan yang berkepanjangan. Namun stres yang dihadapi, seperti stres dalam dunia pendidikan harus dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah agar dapat terhindar dari beban dan pikiran yang berat serta dapat dijadikan sebagai sebuah proses kehidupan agar kita menjadi lebih matang menghadapi kehidupan di dunia dan juga di akhirat.

Stres sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-21 yang berbunyi (dalam tafsir.web.id):

( اًعوُلَه َقِلُخ َناَسْنلإا َّنِإ

٩١

( اًعوُزَج ُّرَّشلا ُهَّسَم اَذِإ )

٢٢

ُرْ يَْلْا ُهَّسَم اَذِإَو )

( اًعوُنَم

٢٩

)

Artinya:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabilaia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21)

Ayat diatas menjelaskan bahwa ketika manusia dihadapkan pada suatu permasalahan, manusia akan berkeluh kesah dan apabila ia mendapatkan kebaikan maka ia akan menjadi amat kikir. Kondisi yang dianggap sebagai masalah tersebut bisa saja menimbulkan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi problematika hidup yang dirasakan menekan dan menegangkan.

33

Firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 286 menjelaskan tentang ujian yang diberikan kepada manusia yang berbunyi:

لا اَنَّ بَر ْتَبَسَتْكا اَم اَهْ يَلَعَو ْتَبَسَك اَم اََلَ اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُهَّللا ُفِّلَكُي لا

َ ق ْنِم َنيِذَّلا ىَلَع ُهَتْلََحم اَمَك اًرْصِإ اَنْ يَلَع ْلِمَْتَ لاَو اَنَّ بَر اَنْأَطْخَأ ْوَأ اَنيِسَن ْنِإ اَنْذِخاَؤُ ت

اَنِلْب

اَنَّ بَر

َنْرُصْناَف اَنلاْوَم َتْنَأ اَنَْحمْراَو اَنَل ْرِفْغاَو اَّنَع ُفْعاَو ِهِب اَنَل َةَقاَط لا اَم اَنْلِّمَُتَ لاَو

ىَلَع ا

َنيِرِفاَكْلا ِمْوَقْلا

(

٢٨٢

)

Artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang fakir.” (QS. Al-Baqarah: 286).

Ayat diatas menjelaskan bahwa segala tekanan dan cobaan dalam kehidupan yang diterima oleh manusia sesuai dengan porsinya masing-masing. Permasalahan yang melanda merupakan karunia Allah Swt kepada manusia berdasarkan kemampuan manusia itu sendiri, itu berarti bahwa kita dapat menghadapi semua ujian yang diberikan kepada kita. Stres juga dikategorikan sebagai ujian hidup, namun bisa jadi kesempitan hidup yang menjadikan seseorang stres

34

atau berada pada tekanan. Hanya diri kita yang dapat menjadikan tekanan tersebut menjadi hal yang positif atau sebaliknya. Apabil kita selalu memandang tekanan sebagai sesuaatu yang menyenangkan, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik. Oleh karena itu diri kita sendiri yang dapat menjadikan tekanan sesbagai sesuatu yang baik atau sebaliknya.

Qs. Al Isra’ ayat 83 menjelaskan tentang sikap manusia saat menghadapi masalah yaiitu sebagi berikut:

( اًسوُئَ ي َناَك ُّرَّشلا ُهَّسَم اَذِإَو ِهِبِناَِبِ ىَأَنَو َضَرْعَأ ِناَسْنلإا ىَلَع اَنْمَعْ نَأ اَذِإَو

٨٣

)

Artinya:

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa (Qs. Al Isra’ ayat 83).

Contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang merasa frustasi, banyaknya tuntutan, lingkungan serta teman yang tidak saling support, orang akan mencari ketenangan dengan melakukan hal-hal yang menyimpang. Hal ini dijelaskan dalam Najati (2001), bahwa ketika seseorang berlebihan dalam memenuhi berbagai dorongan, dan tidak mampu untuk mengendalikan dan menguasainya, maka akan mengakibatkan penyimpangan dorongan-dorongan itu dari tujuan yang sebenarnya.

35

Padahal Allah sudah memperingatkan dalam Qs Yusuf ayat 87:

ُسَئْيَ ي لا ُهَّنِإ ِهَّللا ِحْوَر ْنِم اوُسَأْيَ ت لاَو ِهيِخَأَو َفُسوُي ْنِم اوُسَّسَحَتَ ف اوُبَهْذا َِّنَِب اَي

ِفاَكْلا ُمْوَقْلا لاِإ ِهَّللا ِحْوَر ْنِم

( َنوُر

٨٨

)

Artinya:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Tentu hal ini bukan menjadi sesuatu yang kita inginkan. Sebagai orang yang beriman, kita tentu mengetahui bagaimana Allah memberikan kemudahan di setiap kesulitan yang kita hadapi. Seorang Muslim yang beriman, harus mempunyai sifat religiusitas yang menjadikannya berbeda dengan umat di dunia ini. Religiusitas diartikan Mujib (2012: 145) sebagai manifestasi sejauh mana individu meyakini, mengetahui, memahami, menghayati, menyadari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap positif bahwa ujian hidup atau beban kerja akan dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini tertuang dalam QS Al Insyirah ayat 5-6, sebagai berikut:

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

٥

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ )

٢

)

Artinya:

“Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan(5) Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan(6)”

36

Contoh yang bisa kita jumpai dalam lingkungan sekitar kita adalah ketika seseorang mengerjakan tugas pada waktu yang sudah ditentukan (deadline), maka tugas tersebut akan dapat diselesaikan dengan baik. Atau seseorang yang menjalani serangkaian aktivitas dalam hidupnya dengan berbagai pencapaian-pencapaian untuk menjadikan hidupnya berkulitas. Jadi kita harus yakin bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi, pasti ada kemudahan setelahnya.

2. Perilaku Merokok

a. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku adalah suatu bentuk respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut (Notoarmodjo, 2007: 135.adapun bentuk respon dari perilaku tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

1) Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Perilaku ini masih terselubung (inner behaviour). 2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku tersebut dapat diobservasi

secara langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata (overt behaviour).

Perilaku merupakan bentuk respon terhadap stimulus. Meskipun stimulus yang sama, namun respon tiap individu berbeda. Stimulus

37

dibagi menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah reaksi individu yang diwujudkan dengan tindakan atau aktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu.

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan seperti nikotin, gas karbondioksida, nitrogenoksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, dan lain-lain. Secara umum bahan-bahan ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau pertikel. Komponen padat atau partikel dibagi menjadi dua yaitu nikotin dan tar. Rokok biasanya berbentuk silinder yang memiliki panjang sekitar 70-120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang digunakan dengan cara membakar pada ujung rokok agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung yang lain. (Aditama, 1992: 18).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas seseorang membakar tembakau agar asapnya dapat dihirup lewat mulut dan dihembuskan ke udara baik menggunakan mulut secara langsung ataupun menggunakan pipa.

b. Dampak Perilaku Merokok

Menurut Wijaya (dalam Prasasti, 2011: 31) dampak buruk rokok terhadap kesehatan disebut sebagai “silent killer” karena timbul secara perlahan dan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan tidak

38

tampak secara nyata. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya.

Sedangkan Odgen membagi dampak perilaku merokok menjadi dua yaitu (dalam Prasasti, 2011: 32):

1) Dampak positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Para perokok tersebut menyatakan bahwa merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit, mengurangi ketegangan, meningkatkan konsentrasi, dan rasanya menyenangkan.

2) Dampak negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Merokok memang

Dokumen terkait