• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Iain Salatiga Jurusan Pai Angkatan Tahun 2015) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Iain Salatiga Jurusan Pai Angkatan Tahun 2015) - Test Repository"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DENGAN

PERILAKU MEROKOK MAHASISWA

(Studi Kasus Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI

Angkatan Tahun 2015)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

SHINTA AMALIA

NIM: 111-13-275

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ

“Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan” (5)

“Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan” (6)

(QS Al Insyirah ayat 5-6)

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Stw. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku tersayang, Fahroni dan Walimah yang senantiasa membimbing, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang sedari kecil sampai sekarang, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, umur panjang dan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk beliau.

2. Dua saudara kandungku, Mas Roni Rahmat Andika dan dek Fahma Alifia, kakak iparku mbak Erni Cahyani, dan dua ponakanku yang lucu tiada duanya, Zada dan Bahy, atas semua motivasi yang tiada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai. 3. Seluruh keluargaku, Bani Khaeruddin dan Bani Zaenuddin yang selalu

mendo’akan dan memotivasi, agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku yang selalu membantu, memotivasi, menyemangati, mendukung dan menemani, Choirunnisa Nurul Fitri, Fika Dwi Handayani, Auliya Putri Isdaryanti, Setiati Prihatini, Arina Nurul Izza, Windi Lestiyanti, Siti Mahmudah dan masih banyak lagi yang tidak bisa ditulis semuanya.

5. Muhammad Qosim Maghfur, yang selalu membantu, menyemangati, memotivasi dan mendo’akan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajaran agama Islam.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA (STUDI KASUS MAHASISWA

IAIN SALATIGA JURUSAN PAI ANGKATAN TAHUN 2015)”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Amalia, Shinta. 2017. Hubungan Antara Stres Akademik dengan Perilaku Merokok Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI Tahun 2015). Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Kata Kunci: Stres Akademik dan Perilaku Merokok

Stres akademik merupakan hal yang terjadi dalam dunia pendidikan, dampak dari stres akademik dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif berupa peningkatan kualitas dan juga pengembangan diri, sedangkan dampak negatif dapat berupa perilaku yang menyimpang seperti merokok, mencontek, berkelahi, tawuran, penggunaan narkoba dan juga seks bebas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana variasi stres mahasiswa, bagaimana perilaku merokok mahasiswa, dan adakah hubungan yang positif dan signifikan antara stres akademik dan perilaku merokok mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam angkatan tahun 2015 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa laki-laki Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan tahun 2015 yang merokok secara aktif yang terdiri dari 100 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner penelitian yang diisi oleh responden. Alat ukur yang digunakan adalah skala stres akademik dan juga skala perilaku merokok. Data dianalisis menggunakan uji hipotesis oleh Pearson. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara stres akademik dengan perilaku merokok pada mahasiswa IAIN Salatiga jurusan PAI angkatan tahun 2015.

Berdasarkan uji hipotesis menunjukkan bahwa diperoleh hasil nilai koefisien r = 0,405 dengan p = 0,000 (p < 0,05), r tabel dalam penelitian ini adalah 0,195. Dapat disimpulkan bahwa r hitung ˃ r tabel yang mana nilai r terletak pada peringkat antara 0,400 – 0,700 yang berarti korelasi sedang atau cukup. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres akademik dengan perilaku merokok mahasiswa. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ada keterkaitan antara kedua variabel, yaitu variabel stres akademik yang dialami mahasiswa dan perilaku merokok mahasiswa.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 10

(13)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

h. Stres dalam Pandangan Islam... 2. Perilaku Merokok ... 31

a. Pengertian Perilaku Merokok ... 31

b. Dampak Perilaku Merokok ... 32

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ... 34

(14)

xiv

H. Teknis Analisis Data ... 55

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek penelitian ... 57

1. Sejarah Singkat Berdirinya IAIN Salatiga ... 57

2. Letak Geografis IAIN Salatiga ... 58

11. Visi dan Misi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ... 68

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

1. Tabel 3.1 Sebaran aitem skala stres akademik ... 48

2. Tabel 3.2 Sebaran aitem skala perilaku merokok ... 51

3. Tabel 3.3 Rencana analisis data dan tarif signifikansinya ... 56

4. Tabel 4.1 Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan ... 65

5. Tabel 4.2 Interval stres akademik ... 71

6. Tabel 4.3 Interval perilaku merokok ... 74

7. Tabel 4.4 Kategorisasi data penelitian ... 76

8. Tabel 4.5 Distribusi aitem skala stres akademik setelah uji coba ... 78

9. Tabel 4.6 Distribusi aitem skala stres akademik untuk penelitian kedua ... 77

10. Tabel 4.7 Hasil uji validitas stres akademik ... 78

11. Tabel 4.8 Uji reabilitas stres akademik... 78

12. Tabel 4.9 Distribusi aitem skala akademik setelah uji coba ... 79

13. Tabel 4.10 Distribusi aitem skala akademik untuk penelitian kedua ... 80

14. Tabel 4.11 Hasil uji validitas perilaku merokok ... 15. Tabel 4.12 Hasil uji reabilitas perilaku merokok... 16. Tabel 4.13 Hasil uji normalitas ... 82

17. Tabel 4.14 Hasil uji linieritas... 83

18. Tabel 4.15 Koefisien Korelasi ... 84

19. Tabel 4.16 Hasil uji hipotesis ... 85

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian 1

Lampiran 2. Angket Penelitian 2

Lampiran 3. Uji Validitas Angket 1

Lampiran 4. Hasil Stres Akademik Penelitian Kedua

Lampiran 5. Hasil Perilaku Merokok Penelitian Kedua

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reabilitas Stres Akademik Penelitian Kedua

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reabilitas Perilaku Merokok Penelitian Kedua

Lampiran 8. Uji Normalitas

Lampiran 9. Uji Linieritas

Lampiran 10. Uji Hipotesis

Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 12. Surat Penunjukan Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi

Lampiran 13. Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 14. Lembar Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 15. Surat Keterangan Sudah Penelitian

Lampiran 16. Contoh Angket yang Sudah diisi

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat ditemui hampir di setiap kalangan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari usia muda hingga tua. Rokok bukan lagi menjadi hal yang baru atau asing lagi di masyarakat. Sangat mudah untuk menemukan orang yang merokok, seperti di rumah, kantor, cafe, tempat-tempat umum, di dalam kendaraan, bahkan hingga di sekolah-sekolah.

Merokok sudah menjadi lifestyle pada kebanyakan penduduk di negara bekembang, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di Dunia. Dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 65 juta penduduk. Sementara China mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok (Fikriyah & Febrijanto, 2012: 100).

(19)

2

Rohman (dalam Sanjiwani dan Budisetyani, 2014: 345) menyatakan bahwa berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia, terbukti jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok, di mana 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan atau kecanduan. Data terbaru berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Modernisator dan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti menunjukkan jika 31,3% pelajar menjadi perokok, dimana 20,6% diantaranya merupakan perokok aktif dan 10,7% mengaku pernah merokok. Pelajar termasuk dalam kategori remaja.

(20)

3

dikatakan dewasa sehingga masih sering gagal untuk mempertimbangkan dampak dari perilakunya sendiri. Remaja juga sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba, yang kadang kala berdampak negatif bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti merokok. Namun remaja kerap kali mengabaikan dampaknya karena remaja masih dalam rangka mencari identitas diri dan tidak ragu untuk mencoba sesuatu yang baru meski berbahaya dalam rangka meningkatkan status sosial di lingkungan pergaulan.

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widiansyah (2014: 21) menyatakan bahwa perilaku merokok pada mahasiswa dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu: Pertama

(21)

4

Banyak faktor yang mendorong individu untuk merokok. Menurut Komalasari & Helmi (dalam Hasnida & Kemala, 2005: 106) faktor yang mempengaruhi perilaku merokok adalah faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan sebaya, serta kepuasan psikologis. Kepuasan psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 40,9% daripada sumbangan sikap keluarga dan lingkungan teman sebaya yang hanya mencapai 38,4%. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi subjek dianggap memberikan kenikmatan yang menyenangkan. Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi emosi. Kondisi yang paling banyak terdapat perilaku merokok yaitu kondisi dimana ketika individu berada dalam keadaan tertekan atau stres.

(22)

5

menyelesaikan permasalahan atau tantangan hidup yang dihadapinya sebagai respon adaptasi untuk tetap bertahan Mahasiswa termasuk bagian dari invidu yang mengalami stres dalam kehidupanya. Tugas, tanggung jawab, dan tuntutan kehidupan akademik pada mahasiswa menjadi pemicu stres yang biasa dialami oleh mahasiswa.

Menurut Govaerst dan Gregoire mahasiswa mengalami stres sebagai tuntutan kehidupan akadamik yang harus dijalani. Kegiatan akademik seorang mahasiswa bukan hanya datang ke kampus, menghadiri perkuliahan, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Namun banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan akademik. Bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa yang memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda, mengembangkan bakat dan minat melalui berbagai kegiatan, bekerja untuk menambah uang saku (Purwati, 2012: 2).

(23)

6

Dampak dari stres akademik yang dialami oleh mahasiswa dapat berdampak positif maupun negatif. Peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stres yang dirasa berat dapat memicu gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah, dan kemampuan akademik. Dampak dari stres itu sendiri dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak positif dapat berupa peningkatan kreativitas dan pengembangan diri selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas individu. Sedangkan dampak negatifnya seorang remaja dapat berperilaku negatif seperti merokok, alkohol, tawuran, seks bebas bahkan hingga penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007)

Merokok merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa khususnya laki-laki. Banyak dari mahasiswa perokok mengetahui akan dampak yang ditimbulkan dari merokok itu sendiri namun kebanyakan dari mereka akan mengabaikan berbagai dampak yang mungkin akan muncul dalam diri mereka. Apabila diperhatikan lebih dalam, merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Baradja (2013: 55-58) dalam bukunya yang berjudul “Hari gini masih ngerokok... Apa kata dunia?” menjelaskan bahwa

(24)

7

terjadi ereksi, osteoporosis yaitu berkurangnya daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15% mengabibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah, jantung koroner terjadi karena rokok akan merusak pembuluh darah perifer, rokok membunuh sel rambut getar (silia) yang dapat mengakibatkan penyakit pada sistem pernapasan yang merupakan awal dari bronkitis yang lain sebagainya, dan yang terakhir bagi kehamilan yaitu rokok dapat menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah pada bayi.

Apabila dalam penelitian ini terbukti bahwa perilaku merokok pada mahasiswa berada pada tingkat yang tinggi, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak universitas untuk melakukan berbagai upaya pencegahan untuk mengurangi tingkat merokok mahasiswa, hal ini dilakukan untuk mencegah munculnya berbagai resiko yang tidak diharapkan. Hal tersebut dapat berupa pencegahan bagi mahasiswa yang belum merokok ataupun penyembuhan bagi perokok itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai stress akademik dan juga perilaku merokok dengan judul “HUBUNGAN HUBUNGAN ANTARA STRES

(25)

8

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana variasi stres akademik pada mahasiswa laki-laki IAIN

Salatiga angkatan tahun 2015?

2. Bagaimana perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan tahun 2015?

3. Apakah terdapat hubungan antara stress akademik dengan kecenderungan perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana variasi stres akademik pada

mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan tahun 2015

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan tahun 2015

(26)

9

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis,antara lain:

1. Manfaat teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan stres akademik dan perilaku merokok pada mahasiswa.

b. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai ada atau tidaknya hubungan antara stres akademik dengan kecenderungan perilaku merokok pada mahasiswa.

c. Memberikan pengetahuan terhadap remaja mengenai hubungan antara stres akademik dan perilaku merokok. d. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan

pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis

(27)

10

terbukti adanya hubungan antara stres akademik dengan perilaku merokok pada mahasiswa, maka dapat digunakan untuk mengurangi perilaku merokok yang diakibatkan oleh stres akademik pada mahasiswa.

b. Jika dalam penelitian ini terbukti adanya hubungan antara stres akademik dengan perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki, maka dapat digunakan untuk mengurangi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki yang diakibatkan oleh stres akademik.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari interpretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini perlu di jelaskan istilah yang terkandung dalam judul penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 variabel yang terbagi dalam 2 kategori meliputi variabel independent atau variabel bebas yaitu variabel pertama stres akademik, sementara variabel kedua perilaku merokok merupakan variabel dependent atau variabel terikat, yaitu sebagai berikut:

1. Stres akademik

(28)

11

atau keadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Lazarus dan Folkman (1984: 42) mengatakan bahwa kondisi stres terjadi bila terdapat kesenjangan dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Tuntutan adalah segala sesuatu yang jika tidak dipenuhi makan akan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Jadi stres akademik merupakan hal yang dialami oleh tiap mahasiswa dalam menempuh pendidikan yang berasal dari lingkungan tempat menempuh pendidikan seperti menyelesaikan tugas yang banyak dan membutuhkan waktu yang lama, perkuliahan di kelas, ujian, kempetisi prestasi dengan teman, kegagalan dalam proses belajar, dan lain sebagainya.

(29)

12

Indikator dari masing-masing gejala tersebut adalah: a. Biologis

Kondisi fisik ditandai dengan jantung berdebar, memegang benda erat-erat atau mengepalkan tangan, tangan lembab dan dingin, otot tegang, sakit perut, sakit kepala/pusing, sering buang air kecil, keluar keringat dingin, kelelahan fisik dan tubuh yang tidak mampu beristirahat dengan maksimal.

b. Perilaku individu

Perilaku ditandai dengan menggerutu, kesulitan tidur (insomnia), suka menyendiri, berbohong, gugup, menyalahkan orang lain, membolos, melarikan diri dari masalah, ketidakmampuan menolong diri sendiri, mengambil jalan pintas (seperti mencontek), banyak mengeluh, dan kesulitan mendisiplinkan diri.

c. Kognisi

(30)

13 d. Emosi

Emosi ditandai dengan gelisah, mudah marah, takut, kesedihan yang berkepanjangan, merasa diabaikan, mudah tersinggung, mudah menangis, cemas, putus asa, tidak merasakan kepuasan, mudah panik, tidak merasakan bahagia dan damai.

2. Perilaku merokok

Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Perilaku merokok ternyata tidak hanya dijumpai pada kalangan orang dewasa, namun juga dapat ditemui pada kalangan remaja. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok (Hasnida dan Kemala, 2005: 106).

Menurut Silvan Tomkins (dalam Adistie, 2015: 83) terdapat 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory,

keempat teori tersebut adalah:

(31)

14

1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat. Misalnya merokok setelah minum kopi atau setelah makan.

2) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa, perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Contoh lainnya, perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia nyalakan rokoknya dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruuhi oleh perasaan negatif

(negative affect smoking) yang meliputi: 1) Individu merokok saat merasa marah.

2) Individu merokok karena sedang merasa cemas, gelisah, khawatir, dan takut.

(32)

15

c. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking)

Perilaku merokok yang adiktif yaitu individu tidak dapat menahan keinginannya untuk merokok dan menambah dosis rokok setiap hari. Merekan pada umunya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walapun tengah malam sekalipun, karena ia akan khawatir apabila tidak tersedia rokok setiap saat ia menginginkannya.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (pure habits smoker)

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan yaitu individu merasa bahwa merokok adalah kebiasaan rutin dan merasa bahwa merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis dilakukan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun hasil penelitian ini dalam V bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(33)

16

Bab pendahuluan ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini berisi tentang: kajian pustaka ( kajian terdahulu), landasan teori (telaah teoritik terhadap pokok permasalahan/variable penelitian), kerangka berpikir (alur berpikir yang memberi penjelasan tentang keterkaitan antara variabel penelitian), dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITAN

(34)

17

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini meliputi deskripsi data (gambaran umum subjek penelitian, paparan data yang telah dikumpulkan selama penelitia), analisis data (kerja ilmiah peneliti dalam mengolah data sesuai dengan teknis analisis data), dan pembahasan (pemaknaan angka-angka statistik sebagai hasil uji hipotesis).

BAB V PENUTUP

(35)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Kajian tentang stres akademik dan perilaku merokok bukan pertama kali diteliti oleh peneliti, baik penelitian jurnal maupun skripsi. Sejauh penelitian yang dilakukan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara stres akademik dengan perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki, berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai acuan.

1. Penelitian yang berkaitan dengan stres akademik, merujuk pada

skripsi yang ditulis oleh Susi Purwati mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Progam Studi Sarjana Strata-1 Universitas Indonesia tahun 2012 yang berjudul “Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa

Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwati,

(36)

19

bahwasanya stres akademik tidak bergantung pada nilai atau prestasi akademik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Indrasari, mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas tahun 2011 dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada

Siswa Laki-laki Perokok SMK N 2 Batusangkar”. Berdasarkan penelitian ini peneliti mendapatkan hasil bahwa lebih dari separuh responden mengalami stres tingkat sedang dan separuh dari responden merupakan perokok sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat stres pada siswa maka semakin tinggi pula keinginan siswa tersebut untuk merokok.

3. Fikriyah & Febrijanto (2012) melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Pertama, faktor psikologis berpengaruh pada perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri sebanyak 11 responden (33,3%). Berdasarkan uji statistik

regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,007 maka hipotesa

(37)

20

Kediri. Berdaskan uji statistik regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,453

maka hipotesa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh faktor biologis terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Ketiga, faktor lingkungan tidak berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri. Berdasarkan uji statistik regresi linear ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p = 0,760 maka hipotesa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri.

B. Landasan Teori

1. Stres Akademik

a. Pengertian Stres

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis dan psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino & Timothy, 2011: 56). Stres merupakan suatu perasaan ragu akan kemampuan untuk mengatasi sesuatu (Carlson, 2004: 11).

(38)

21

yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres, namun sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada salah satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik maka ia disebut mengalami distres Selye (dalam Hawari, 2011: 17).

Malach-Pines and Keinan (dalam Busari, 2011: 229) mendefinisikan stres sebagai persepsi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan (stressor) dan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres terjadi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mereka anggap sangat berlebihan dan mereka merasa tidak bisa mengatasinya Campbell (dalam Busari, 2011: 230).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis dan psikologis seseorang dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya.

b. Pengertian Stres Akademik

(39)

22

keadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Fairbrother and Warn telah mengidentifikasikan bahwa stres akademik terjadi karena terlalu banyak tugas, persaingan dengan siswa lain, kegagalan, kekurangan uang saku, hubungan yang buruk dengan teman atau dosen, kelembagaan (Universitas), ruang kuliah yang penuh sesak, sistem semester, dan sumber daya yang tidak memadai untuk melakukan pekerjaan akademik (Busari, 2011: 230). c. Mekanisme terjadinya stres

Stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu, artinya kita baru mengalami stres manakala kita mempersepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut (yang kita persepsikan lebih ringan dari daya tahan kita) maka cekaman stres belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (baik dari stressor yang sama atau stressor yang lain dalam waktu yang sama) maka cekaman menjadi nyata, membuat kita kewalahan dan merasakan stres (Musradinur, 2016: 193).

d. Faktor yang mempengaruhi stres

(40)

23

menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres berasal dari berbagai sumber (Musradinur, 2016: 193-195), yaitu:

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar individu, yang termasuk dalam stressor lingkungan adalah:

a) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai positif dan negatif terhadap perilaku masing-masing individu sesuai pemahaman suatu kelompok dalam masyarakat. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat dilingkungan tersebut. b) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan

yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat ingin kuliah, pekerjaan, perjodohan, dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.

c) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan

(41)

24

tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.

2) Diri sendiri, terdiri dari:

a) Kebutuhan psikologis, yaitu tuntutan terhadap keinginan

yang ingin dicapai

b) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan

3) Pikiran, terdiri dari:

a) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

b) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Penyebab-penyebab stres diatas sudah tentu tidak akan membuat seseorang stres secara langsung. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam menyikapi setiapmasalah yang dihadapi. Menurut Kozier & Erb (Musradinur, 2016: 195), dampak stressor tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1) Sifat stressor

(42)

25

stressor pada individu tersebut, membuat dampak stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.

2) Jumlah stressor

Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah-marah pada hal-hal yang kecil.

3) Lama stressor

Seberapa sering individu menerima stressor yang sama, semakin sering individu mengalami hal sama, maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

e. Jenis-jenis stres

Menurut Kusmiati & Desminiarti (dalam Musradinur, 2016: 196), stres dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

2) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun hormon, atau gas.

(43)

26 f. Tahapan Stres

Gejala stres dalam diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal stres timbul secara lambat. Stres akan mulai dirasakan apabila telah mengganggu fungsi dari kehidupannya sehari-hari. Dr. Robert J. Van Amberg (dalam Hawari, 2011: 27-33) membagi tahapan stres sebagai berikut:

1) Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan, biasanya disertai dengan perasaan seperti:

a) Semangat bekerja besar bahkan berlebihan

b) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan, disertai dengan rasa gugup yang berlebihan

c) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin

bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis

2) Stres tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula “menyenangkan”

(44)

27

a) Bangun pagi yang seharusnya terasa segar, namun terasa letih

b) Merasa mudah lelah setelah makan siang

c) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman d) Berdebar-debar

e) Otot tungkuk dan punggung terasa tegang 3) Stres tahap III

Apabila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada tahap II, maka seseorang tersebut akan menunjukka keluhan-keluhan yang semakin nyata seperti:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya

keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur b) Ketegangan otot semakin terasa

c) Perasaan tidak tenang semakin meningkat d) Gangguan pola tidur (insomnia).

e) koordinasi tubuh terganggu 4) Stres tahap IV

Pada tahap ini tidak ditemuka kelainan-kelainan fisik pada orgn tubunya, namun apabila hal ini dibiarkan dan yang bersangkutan mamaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul, seperti:

(45)

28

b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit c) Kehilangan kemampuan untuk merespons situasi secara

memadai

d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi yang menegangkan

e) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

f) Tibul perasaan takut dan cemas yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya

5) Stres tahap V

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam b) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

c) Meningkatnya perasaan takut dan cemas sehingga mudah bingung dan panik

6) Stres tahap VI

a) Debaran jantung teramat keras b) Susah bernapas

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan keringat bercucuran

d) Pingsan g. Aspek-aspek stres

(46)

29 1) Aspek biologis

Stres yang muncul karena dihadapkan pada kondisi atau situasi yang mengancam atau berbahaya, maka akan ada reaksi fisiologis dari tubuh terhadap stres yang ditimbulkan, seperti detak jantung yang meningkat atau kaki yang gemetar.

2) Aspek psikososial

Menjelaskan bahwa stres yang muncul karena pengaruh keadaan lingkungan. Stressor akan menghasilkan perubahan-perubahan psikologisdan juga sosial individu. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:

a) Kognitif

Level stres yang tinggi dapat mempengaruhi ingatan dan juga perhatian. Stres dapat merusak fungsi kognitif, seringkali mengalihkan perhatian individu. Kebisingan dapat menjadi stressor yang mana dapat menjadi kronis bagi individu yang tinggaldi lingkungan yang bising, seperti di dekat rel kereta api atau tepi jalan raya.

b) Emosi

(47)

30

sudah parah dan berkepanjangan, biasanya berlangsung minimal 2 minggu. Orang dengan kelainan ini cenderung:

(1) Miliki suasana hati yang menyedihkan hampir setiap hari.

(2) Tampak lesu, kehilangan energi, kesenangan, dan konsentrasi.

(3) Menunjukkan kebiasaan tidur yang buruk dan

nafsu makan yang buruk atau nafsu makannya meningkat drastis.

(4) Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau merasa putus asa tentang masa depan.

(5) Memiliki harga diri rendah, sering menyalahkan

diri mereka sendiri atas keinginan mereka. c) Perilaku sosial

(48)

31 h. Telaah Teks Islam Tentang Stres

(49)

32

Melihat penjelasan di atas sudah seharusnya sebagai seorang Muslim yang beriman, harus memadang stres bukanlah masalah yang besar dan menjadi problema kehidupan yang berkepanjangan. Namun stres yang dihadapi, seperti stres dalam dunia pendidikan harus dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah agar dapat terhindar dari beban dan pikiran yang berat serta dapat dijadikan sebagai sebuah proses kehidupan agar kita menjadi lebih matang menghadapi kehidupan di dunia dan juga di akhirat.

Stres sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-21 yang berbunyi (dalam tafsir.web.id):

( اًعوُلَه َقِلُخ َناَسْنلإا َّنِإ

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabilaia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21)

(50)

33

Firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 286 menjelaskan tentang ujian yang diberikan kepada manusia yang berbunyi:

لا اَنَّ بَر ْتَبَسَتْكا اَم اَهْ يَلَعَو ْتَبَسَك اَم اََلَ اَهَعْسُو لاِإ اًسْفَ ن ُهَّللا ُفِّلَكُي لا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang fakir.” (QS. Al-Baqarah: 286).

(51)

34

atau berada pada tekanan. Hanya diri kita yang dapat menjadikan tekanan tersebut menjadi hal yang positif atau sebaliknya. Apabil kita selalu memandang tekanan sebagai sesuaatu yang menyenangkan, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang baik. Oleh karena itu diri kita sendiri yang dapat menjadikan tekanan sesbagai sesuatu yang baik atau sebaliknya.

Qs. Al Isra’ ayat 83 menjelaskan tentang sikap manusia saat menghadapi masalah yaiitu sebagi berikut:

( اًسوُئَ ي َناَك ُّرَّشلا ُهَّسَم اَذِإَو ِهِبِناَِبِ ىَأَنَو َضَرْعَأ ِناَسْنلإا ىَلَع اَنْمَعْ نَأ اَذِإَو

٨٣

)

Artinya:

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa (Qs. Al Isra’ ayat 83).

(52)

35

Padahal Allah sudah memperingatkan dalam Qs Yusuf ayat 87:

ُسَئْيَ ي لا ُهَّنِإ ِهَّللا ِحْوَر ْنِم اوُسَأْيَ ت لاَو ِهيِخَأَو َفُسوُي ْنِم اوُسَّسَحَتَ ف اوُبَهْذا َِّنَِب اَي

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Tentu hal ini bukan menjadi sesuatu yang kita inginkan. Sebagai orang yang beriman, kita tentu mengetahui bagaimana Allah memberikan kemudahan di setiap kesulitan yang kita hadapi. Seorang Muslim yang beriman, harus mempunyai sifat religiusitas yang menjadikannya berbeda dengan umat di dunia ini. Religiusitas diartikan Mujib (2012: 145) sebagai manifestasi sejauh mana individu meyakini, mengetahui, memahami, menghayati, menyadari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap positif bahwa ujian hidup atau beban kerja akan dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini tertuang dalam QS Al Insyirah ayat 5-6, sebagai berikut:

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

(53)

36

Contoh yang bisa kita jumpai dalam lingkungan sekitar kita adalah ketika seseorang mengerjakan tugas pada waktu yang sudah ditentukan (deadline), maka tugas tersebut akan dapat diselesaikan dengan baik. Atau seseorang yang menjalani serangkaian aktivitas dalam hidupnya dengan berbagai pencapaian-pencapaian untuk menjadikan hidupnya berkulitas. Jadi kita harus yakin bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi, pasti ada kemudahan setelahnya.

2. Perilaku Merokok

a. Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku adalah suatu bentuk respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut (Notoarmodjo, 2007: 135.adapun bentuk respon dari perilaku tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

1) Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Perilaku ini masih terselubung (inner behaviour). 2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku tersebut dapat diobservasi

secara langsung. Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata (overt behaviour).

(54)

37

dibagi menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah reaksi individu yang diwujudkan dengan tindakan atau aktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu.

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan seperti nikotin, gas karbondioksida, nitrogenoksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein, acetilen,

benzaldehyde, dan lain-lain. Secara umum bahan-bahan ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau pertikel. Komponen padat atau partikel dibagi menjadi dua yaitu nikotin dan tar. Rokok biasanya berbentuk silinder yang memiliki panjang sekitar 70-120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang digunakan dengan cara membakar pada ujung rokok agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung yang lain. (Aditama, 1992: 18).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas seseorang membakar tembakau agar asapnya dapat dihirup lewat mulut dan dihembuskan ke udara baik menggunakan mulut secara langsung ataupun menggunakan pipa.

b. Dampak Perilaku Merokok

Menurut Wijaya (dalam Prasasti, 2011: 31) dampak buruk rokok terhadap kesehatan disebut sebagai “silent killer” karena timbul secara

(55)

38

tampak secara nyata. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya.

Sedangkan Odgen membagi dampak perilaku merokok menjadi dua yaitu (dalam Prasasti, 2011: 32):

1) Dampak positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Para perokok tersebut menyatakan bahwa merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit, mengurangi ketegangan, meningkatkan konsentrasi, dan rasanya menyenangkan.

2) Dampak negatif

(56)

39

Selain itu, Komasari & Helmi (2000: 37-38) juga mengatakan bahwa perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi penyakit kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronchitis kronis.

Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dalam keadaan cacat, dan mengalami gangguan dalam perkembangan. Sensitivitas ketajaman penciuman dan pengecapan para perokok berkurang bila dibandingkan dengan non-perokok. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya “membakar uang” apalagi jika hal

tersebut dilakukan remaja yang belum memiliki penghasilan sendiri (Komasari & Helmi, 2000: 38).

(57)

40

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Terdapat enam faktor yang mempengaruhi perilaku merokok seseorang (Adistie, 2015: 84-85) yaitu:

1) Faktor Biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis. Masing-masing orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap konsumsi rokok. Beberapa tidak kecanduan, lainnya terstimulasi atau malah menjadi depresi karena konsumsi nikotin.

2) Faktor Lingkungan

Pada remaja, perilaku merokok cenderung disebabkan oleh pengaruh rekan sebaya. Agar diterima oleh kelompoknya, remaja melakukan konformitas salah satunya dengan merokok.

(58)

41 3) Faktor Karakteristik Personal

Seseorang yang mempunyai karakteristik pemberontak dan berani ambil resiko akan dengan mudah memutuskan untuk merokok. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan bahwa dirinya mempunyai kewenangan atas dirinya sendiri. Sehingga ia tidak peduli dengan aturan larangan merokok maupun pandangan orang lain terhadap perokok.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Remaja yang kurang berprestasi, tidak dapat memenuhi harapan orang tua, biasanya memanifestasikan dirinya melalui tindakan merokok sebagai bentuk pemberontakan agar terlihat kuat, gagah, dan merdeka. 4) Faktor Keluarga

(59)

anak-42

anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.

Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok, tembakau, dan obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri” dan yang paling kuat pengaruhnya adalah apabila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya kemungkinan akan mencontohnya.

Keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam pembentukan perilaku seorang anak. Kebiasaan merokok pada orang tua dapat membuat seorang anak menganggap bahwa merokok merupakan suatu hal yang tidak dilarang. Hal ini semakin diperkuat apabila tidak ada larangan dari orang tua apabila anaknya merokok.

5) Faktor Psikologis

(60)

43

dapat menciptakan susana menyenangkan, tetap terjaga atau waspada, konsentrasi, penampilan psikomotor yang baik dalam menghadapi rangsangan yang tidak menyenangkan, dan mengurangi kecemasan.

Perokok dewasa memiliki persepsi stres yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok. Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan fungsi rokok bagi sebagian orang yaitu untuk mengatasi stres yang dialami. Salah satu faktor psikologis seseorang berperilaku merokok adalah untuk mengurangi reaksi emosi negatif seperti cemas, tegang dan sebagainya.

6) Pengaruh Iklan

(61)

44 d. Tahapan perilaku Merokok

Terdapat beberapa tahapan yang dilalui seseorang sehingga menjadi perokok. Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (dalam Komasari & Helmi, 2000: 39) bahwa terdapat empat tahap dalam perilaku merokok yaitu:

1) Tahap preparatory

Tahap pertama yaitu seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasilbacaan. Hal-hal inilah yang menimbulkan niat seseorang untuk merokok.

2) Tahap initiation

Setelah timbul niat dalam seseorang untuk merokok, tahap selanjutnya yaitu tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan melanjutkan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3) Tahap becoming a smoker

Apabila seseorang sudah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang sehari, maka seseorang tersebut akan cenderung menjadi perokok

4) Tahap maintenance of smoking

(62)

self-45

regulating). Merokok dilakukan untuk mendapatkan efek fisiologis yang menyenangkan

e. Tipe Perilaku Merokok

Menurut Silvan Tomkins (dalam Adistie, 2015: 83) terdapat 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory,

keempat teori tersebut adalah:

e. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

(positive affect smoking). Dengan merokok, seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Terdapat tiga sub tipe dari tipe perokok ini, meliputi:

4) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat. Misalnya merokok setelah minum kopi atau setelah makan.

5) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk menyenangkan perasaan. 6) Pleasure of handling cigarette, kenikmatan yang

(63)

46

dengan jari-jarinya sebelum ia nyalakan rokoknya dengan api.

f. Perilaku merokok yang dipengaruuhi oleh perasaan negatif

(negative affect smoking) yang meliputi: 4) Individu merokok saat merasa marah.

5) Individu merokok karena sedang merasa cemas, gelisah, khawatir, dan takut.

6) Individu merokok ketika sendirian, merasa kesepian atau bosan.

g. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking)

Perilaku merokok yang adiktif yaitu individu tidak dapat menahan keinginannya untuk merokok dan menambah dosis rokok setiap hari. Merekan pada umunya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walapun tengah malam sekalipun, karena ia akan khawatir apabila tidak tersedia rokok setiap saat ia menginginkannya.

h. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (pure habits

smoker)

(64)

47

C. Kerangka Berpikir

Stres akademik merupakan respon individu terhadap berbagai tekanan pada dirinya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang dinilai telah melebihi kemampuannya. Tekanan tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu sehingga situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon pada individu, baik secara fisik, emosi maupun perilaku.

Sedangkan perilaku merokok merupakan aktivitas seseorang membakar tembakau agar asapnya dapat dihirup lewat mulut dan dihembuskan ke udara baik menggunakan mulut secara langsung ataupun menggunakan pipa. Pada dasarnya perilaku merokok dibagi menjadi empat tipe, yaitu seseorang yang merokok karena dipengaruhi oleh perasaan positif, seseorang yang merokok karena dipengaruhi perilaku negatif, seseorang yang merokok karena sudah adiktif, dan seseorang yang merokok karena sudah menjadi kebiasaan.

Seperti yang kita ketahui bahwa perilaku merokok tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi perilaku tersebut muncul karena beberapa sebab.

(65)

48

mahasiswa merasa tertekan sehingga mahasiswa tersebut melakukan copying stress dengan cara merokok dengan dalih untuk meringankan pikirannya dari tugas dan beban kuliah yang ada. Akan tetapi, pada dasarnya perilaku merokok tersebut tidaklah menyelesaikan masalah, hanya saja perilaku tersebut dirasa dapat membuat mahasiswa menjadi lebih tenang dan rileks dalam menghadapi tugas dan tekanan yang datang dari pihak kampus.

Ketiga, mahasiswa yang merokok karena hal tersebut sudah ia lakukan dari jenjang waktu sebelumnya. Perilaku ini biasanya muncul karena kurangnya pengawasan dari orang tua atau bahkan muncul karena adanya konflik dari lingkungan sosial di sekitarnya sehingga ia memilih untuk merokok sebagai pelarian konflik sosial yang dialaminya. Perilaku ini biasanya muncul pada mahasiswa yang ditinggal oleh kedua orang tua yang terlalu sibuk bekerja dan jarang untuk berinteraksi dengan anak-anaknya sehingga kelakatan antara orang tua dan anak menjadi kurang dan hal tersebut justru menimbulkan konflik dalam lingkungan sosial keluarganya. Kemudian yang keempat adalah mahasiswa yang merokok karena ia sering merasa panik dengan situasi atau kedaan yang dihadapinya sehingga mahasiswa memilih untuk merokok setiap ia merasakan hal tersebut. Dalam hal ini, intensitas merokok mahasiswa tidak menentu setiap harinya karena ia hanya merokok sesuai dengan kondisi biologisnya.

(66)

49

faktor eksternal (lingkungan, teman sebaya, keluarga) sehingga akan lebih baik jika setiap mahasiswa dapat menyikapi dan dapat mengontrol diri sendiri dengan lebih bijak lagi.

D. Hipotesis Penelitian

(67)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010: 8).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi: Kampus 3 IAIN Salatiga

Jalan lingkar Salatiga, Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50716

2. Waktu Penelitian: Bulan Juni 2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(68)

51 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara mendalam. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah anggota sampel. Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 10-15% atau 20-25% dari jumlah subjek tersebut. Jika anggota subjek dalam populasi hanya 100-150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek dalam jumlah itu diambil seluruhnya (Arikunto, 2005: 94-95).

(69)

52

mengalihkannya kepada perilaku merokok karena bagi mereka hal tersebut efektif untuk mengurangi stres akademik yang dialami.

Berdasarkan pengertian dari teknik purposive sampling diatas maka peneliti mengambil subjek seluruh populasi yaitu sebanyak 140 mahasiswa, jumlah ini peneliti tentukan untuk mengantisipasi apabila terdapat mahasiswa yang tidak merokok, untuk kemudian angketnya gugur.

D. Variable Penelitian

1. Variable bebas: stres akademik 2. Variable terikat: perilaku merokok

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sisematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005: 101). Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitiannya berupa angket atau kuesioner yang berisi beberapa pernyataan tentang stres akademik dan perilaku merokok yang harus diisi oleh responden.

(70)

53

yang peneliti gunakan adalah angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.

Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang tingkat stres akademik pada mahasiswa dan perilaku merokok pada mahasiswa. Masing-masing mahasiswa diberikan dua angket yang berbeda, yaitu angket yang digunakan untuk mengukur tingkat stres mahasiswa dan angket yang digunakan untuk mengukur perilaku merokok.

1. Skala Stres Akademik

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat stres akademik pada mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan 2015. Skala stres akademik disususn berdasarkan teori dari Sarafino & Timothy (2011: 60-64) yang terdiri dari aspek bilogis dan aspek psikososial. Aspek psikososial terdiri dari reaksi kognitis, emosi, dan juga perilaku sosial.

(71)

54

unfavorable. adapun distribusi skala stres akademik sebelum uji coba bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Sebaran aitem skala stres akademik

Aspek Indikator F UF Jumlah

Reaksi emosi

1. Mudah marah dan cemas

2. Mudah tersinggung 3. Gelisah saat

menghadapi ujian 4. Panik ketika banyak

tugas 6. Keluar keringat

dingin

(72)

55 3. Sering membolos 4. Tidak disiplin

5. Tidak peduli mata kuliah

6. Suka menggerutu 7. Menyendiri

8. Takut bertemu dosen 6

2. Skala Perilaku Merokok

Skala perilaku merokok digunakan untuk mengetahui bagaimana perilaku merokok mahasiswa laki-laki IAIN Salatiga angkatan tahun 2015. Skala perilaku merokok ini disusun berdasarkan teori Silvan Tomkins (dalam Adistie, 2015: 83) yaitu seseorang yang merokok karena dipengaruhi oleh perasaan positif, seseorang yang merokok karena dipengaruhi perilaku negatif, seseorang yang merokok adiktif atau seseorang yang sudah menambah dosis merokok setiap harinya, dan seseorang yang merokok karena sudah menjadi kebiasaan.

(73)

56

format berdasarkan skala likert, yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang dengan menyatakan setuju terhadap subjek, objek, dan peristiwa tertentu. Skala ini disajikan dalam empat pilihan alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Selain itu, skala ini terdiri dari aitem favorable dan aitem

unfavorable. adapun distribusi skala stres akademik sebelum uji coba bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Sebaran aitem skala perilaku merokok

(74)

57

individu tidak dapat menahan adalah kebiasaan rutin dan merasa bahwa

36,37, 38, 39, 40

(75)

58 kebiasaan

(pure habits

smoker)

merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis dilakukan

Jumlah 38 2 40

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan kecermatan alat ukur atau instrumen pengukuran (tes). Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikah hasil pengukuran yang tepat dan sesuai. Selain itu konsep terpenting dari validitas adalah kecermatan pengukuran terhadap suatu variabel. Tes yang memiliki nilai validitas yang tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, tetapi juga memiliki kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil pada atribut variabel yang diukur.

(76)

59 2. Uji Reabilitas

Reabilitas berasal dari kata reliability. Konsep dari reabilitas ini adalah untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya ketika pengukuran dilakukan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama dan mendapatkan hasil yang relatif sama selama aspek-aspek yang mempengaruhi subjek tidak berubah. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi dari jawaban responden yang disusun dalam bentuk angket (Azwar, 2008). Reliabilitas skala diuji dengan menggunakan skala Alpha Cronboach. Pengujian skala ini dilakukan dengan bantuan program Statistical Package Social Science (SPSS) 21.0for windows.

G. Metode Pengumpulan Data

(77)

60

memberikan tanda centang pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan yang responden alami.

H. Teknik Analisis Data

Data yang kita dapatkan melalui pengumpulan data pada dasarnya adalah unuk menguji hipotesis atau sekurang-kurangnya menjawab pertanyaan penelitian. Artinya, data itu diperlukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa data secara sengaja diupayakan agar mendukung dan membenarkan hipotesis sekalipun kenyataannya data tersebut bertolak belakang dengan hipotesis. Data tetap bagaimana adanya (Arikunto, 2005: 132).

(78)

61

Tabel 3.3

Rencana analisis data dan taraf signifikansinya

Analisis Jenis Data Statistik Taraf Signifikansi Uji Normalitas Interval

Kalmogorv-Smirnov

P ≥ 0,05

(79)

62

BAB IV

DESKRIPSI DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya IAIN Salatiga

Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini

menempati gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di

Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Lembaga ini dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.

(80)

63

dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.

Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.

2. Letak Geografis IAIN Salatiga

Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 – 825m dpl menjadikan kota ini sejuk dan udaranya segar, itulah kesan pertama yang bisa digambarkan untuk Salatiga. Iklimnya tropis dan secara astronomis Kota ini terletak antara 1100.27′.56,81″ – 1100.32′.4,64″ BT dan 0070.17′. –0070.17′.23″ LS. Kota ini Secara morfologis berada di daerah

(81)

64

berbatasan dengan Kecamatan Tuntang. 65% Daerah Salatiga bergelombang seperti Kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo, dan Kauman Kidul. Sisanya adalah daerah miring 25% dan datar 10%. Salatiga merupakan kota multicultural dengan jumlah penduduk 177.088 orang. 78 % atau sekitar 136.000 penduduk beragama Islam, 17 % beragama Kristen Prostestan, 5 % Katolik, sisanya beragama Hindu, Budha serta aliran Kepercayaan (termasuk Kejawen). Dikenal sebagai kota yang indah, Kota Salatiga memiliki beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), STIE AMA, Akbid Bakti Nusantara, Akbid Ar Rum, dan tentu saja IAIN Salatiga. Dengan demikian, IAIN Salatiga menjadi kampus Negeri satu-satunya di wilayah ini.

(82)

65

kampus IAIN Salatiga dengan tarif berkisar Rp. 2000-3000, dari arah manapun.

3. Visi dan Misi IAIN Salatiga

a. Visi

Tahun 2030 Menjadi Rujukan Studi Islam-Indonesia bagi Terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu

keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan.

2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu

keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.

3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.

4) Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-nilai Islam-Indonesia.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila Jusoh mengaku bahawa ia sangat berminat untuk memperisterikan Melor, tentulah dirasakan begitu keterlaluan dan bercanggah dengan sifatnya sebagai orang agama. Jusoh

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Sedangkan untuk mengubah data pegawai dapat dilakukan dengan cara mengklik icon pensil yang terlihat pada gambar 2.7 sehingga muncul form ubah data pegawai seperti

[r]

Mahasiswa PPL yang melaksanakan praktek mengajar di SMA Negeri 3 Bantul telah selesai dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang direncanakan, praktek mengajar di

menurut pakar bimbingan dan mendeskripsikan spektrum petugas bim bingan yang secara aktual ada di SMA-SMA dewasa ini. Dengan meng garap dua kegiatan pokok tersebut, dari penelitian

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Cooperative Learning terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa (Studi

Muhammadiyah, senantiasa mengajak umat muslim melakukan sholat ied di tanah lapang, mengubah arah kiblat, serta menyayangi anak yatim. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan