• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penggunaan Tetes Telinga Berdasarkan Kuisioner

2. Perilaku penggunaan tetes telinga berdasarkan kuisioner

Dari uraian di atas sudah diketahui bagaimana karakteristik mayoritas dari responden. Selanjutnya akan dibahas tentang penggunaan tetes telinga berdasarkan kuisioner. Kuisioner yang dibuat untuk penelitian untuk mengkaji perilaku penggunaan tetes telinga dimana perilaku ini terdiri dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tiap aspek terdiri dari pernyataan favourble dan unfavourable. Selain kuisioner, dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara untuk mendukung data kuisioner yang telah diisi oleh responden, sehingga dari hasil wawancara akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan tetes telinga.

a. Aspek pengetahuan

Jenis pernyataan pada aspek pengetahuan tercantum pada tabel I. Pernyataan memuat tidak hanya pengetahuan penggunaan tetes telinga tetapi juga penggunaan obat secara umum untuk mengevaluasi penggunaan tetes telinga.

Tabel I memuat persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan aspek pengetahuan disertai dengan rata-rata jawaban benar dan salah dari semua pernyataan. Pernyataan 1, sebanyak 58 % responden menjawab dengan benar yang berarti responden lebih banyak mengetahui kalau tidak semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Alasan responden menjawab itu bermacam-macam ada responden mengatakan obat dengan jenis antibiotik yang harus digunakan sampai habis. Ada juga yang mengatakan tergantung dari perintah dokter, bila dokter menyuruh sampai habis maka obat harus diminum sampai habis. Selain itu ada juga mengatakan, penggunaan obat dihentikan bila sudah sembuh.

Reponden yang menjawab dengan salah pada pernyataan 1, berarti menganggap bahwa semua obat harus digunakan sampai habis. Mereka mengatakan bahwa bila obat tidak digunakan sampai habis maka penyakit mereka tidak sembuh. Tidak semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Obat jenis antibiotik harus digunakan sampai habis agar tidak menimbulkan resistensi pada bakteri. Resistensi ini akan membuat penyakit lebih parah bila bakteri menyerang lagi.

Pada pernyataan 2, hampir semua atau 98% responden menjawab dengan benar yang artinya cara penggunaan obat yang benar akan memberikan kesembuhan pada pasien. Salah dalam penggunan akan membuat obat tidak akan

42

mencapai efek terapi yang dinginkan. Pernyataan 3 berisi tentang cara penyimpanan tetes telinga. Sebanyak 70% responden menjawab bahwa cara penyimpanan tetes telinga adalah di tempat yang kering, terlindung dari cahaya dan pada suhu kamar. Penyimpanan tetes telinga harus di suhu kamar, tempat kering, dan terlindung dari cahaya untuk menjaga agar tetes telinga masih baik pada saat digunakan kembali (Anonim, 2009).

Pernyataan 4, sebanyak 84% responden menjwab dengan benar berarti responden tahu bahwa dalam penggunaan tetes telinga harus didiamkan dulu selama beberapa menit agar obat dapat masuk semuanya ke dalam telinga. Pendiaman ini dimaksudkan untuk menjaga agar obat yang sudah masuk tidak keluar lagi. Lama pendiaman obat tergantung dari instruksi produk, namun bila tidak tertera pada kemasan diamkan paling tidak sekitar 1-2 menit (Anonim, 2010b). Sebanyak 15 responden yang memakaikan tetes telinga untuk anaknya merasa kesulitan bila menyuruh anaknya untuk diam beberapa menit, sehingga terkadang anak tersebut langsung disuruh tidur ketika dipakaikan tetes telinga. Ada 10 responden yang membiarkan anaknya langsung bergerak hanya beberapa detik setelah tetes telinga diberikan.

Pada pernyataan 5, 78% responden menjawab dengan benar ini berarti penggunaan tetes telinga harus secara tegak lurus dengan lubang telinga. Pemakaian tegak lurus dengan tujuan agar obat dapat masuk tepat di lubang telinga. Responden yang menjawab dengan salah mengaku tidak pernah memperhatikan apakah tegak lurus atau tidak, bagi mereka yang penting obat

tetesnya sudah masuk ke telinga walaupun terkadang obat yang mereka teteskan bisa keluar lagi.

Tabel I. Aspek Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Aspek Pengetahuan

Pernyataan Kuisioner Jawaban Benar Jawaban Salah % Jawaban Benar % Jawaban Salah 1 Semua jenis obat harus

digunakan sampai habis. *)

29 21 58 42

2 Cara penggunaan obat yang benar akan mempengaruhi kesembuhan penyakit.

49 1 98 2

3 Penyimpanan obat cair harus di suhu kamar tempat yang kering, dan terlindung cahaya.

35 15 70 30

4 Setelah meneteskan obat tetes telinga harus didiamkan beberapa menit

43 7 86 14

5 Penggunaan obat tetes telinga tidak secara tegak lurus. *)

39 11 78 22

6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat sudah berubah, obat tetes masih dapat digunakan kembali. *)

36 14 72 28

7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan untuk tetes telinga jika punya kegunaan yang sama.

6 44 12 88

8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan mengurangi resiko yang tidak dikehendaki

42 8 84 16

9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke arah belakang

23 27 46 54

10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam penggunaan obat tetes.

50 0 100 0

Rata-rata 70,4 29,6

44

Pernyataan 6 berisi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan tetes telinga. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan tetes telinga adalah memastikan bahwa warna cairan obat tidak berubah dari yang terakhir kali dilihat, perubahan warna merupakan salah satu indikasi bahwa obat telah kadaluwarsa. Yang kedua adalah kejernihan larutan, pastikan tidak ada endapan atau sesuatu mengambang di atas. Larutan yang tidak jernih menandakan obat tidak lagi baik untuk digunakan (Kulkarni, 2010).

Responden yang menjawab dengan benar ada 72 %, ini artinya 72 % responden mengetahui bahwa obat tetes yang masih dapat digunakan kembali apabila warna, bau dan kejernihan larutan tidak berubah. Responden yang menjawab salah mengatakan bahwa hanya tanggal kadaluwarsalah yang penting dalam menentukan apakah tetes telinga masih dapat digunakan kembali atau tidak. Selain itu sulit bagi mereka untuk memperhatikan warna, bau dan kejernihan obat karena botol obat tetes yang umumnya tidak transparan.

Responden yang menjawab dengan salah pernyataan 7 sebanyak 88%. Penyataan7 merupakan pernyataan boleh/tidaknya tetes mata digunakan untuk tetes telinga. Alasan responden mengatakan tidak boleh menggunakan tetes mata untuk tetes telinga karena tidak berani dan takut bila terjadi hal-hal yang merugikan. Terkadang tetes mata dapat digunakan secara aman untuk tetes telinga karena ada beberapa obat tetes mata secara relatif bisa untuk telinga (Anonim, 2007a).

Ada 84% responden yang menjawab dengan benar pada pernyataan 8 yang menyatakan bahwa pembacaan brosur kemasan akan mengurangi resiko yang

tidak dikehendaki. Responden yang menjawab salah mengatakan bahwa jarang membaca karena menurut mereka yang penting menuruti aturan pakai saja sudah cukup.

Sebanyak 54% responden tidak mengetahui bahwa penggunaan tetes telinga untuk orang dewasa adalah dengan cara menarik daun telinga ke atas lalu ke arah belakang. Berdasarkan wawancara, sebanyak 57,5% responden (23 orang) dalam menggunakan tetes telinga mereka langsung meneteskan obat tanpa menarik daun telinga dulu. Padahal tujuan penarikan daun telinga ini adalah supaya lubang telinga lebih terbuka sehingga obat lebih mudah masuk ke dalam.

Semua responden menjawab benar pada pernyataan 10, berarti responden sudah tahu pentingnya kebersihan dalam penggunaan tetes telinga. Setelah semua jawaban benar dan salah responden dirata-rata dapat dikatakan bahwa aspek pengetahuan responden tentang penggunaan obat secara umum dan penggunaan tetes telinga sudah baik. Ini terlihat pada gambar 14, rata-rata yang didapat sebanyak 70,4% responden menjawab benar, maka dapat dikatakan aspek pengetahuan responden dalam penggunaan tetes telinga adalah sedang atau cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan responden dimana lebih dari 50% responden memiliki tingkat pendidikan minimal SLTA.

b. Aspek sikap

Tabel II tercantum pernyataan yang harus dijawab responden pada aspek sikap, dimana dari sikap inilah yang biasanya akan menentukan tindakan responden dalam penggunaan tetes telinga. Pada aspek sikap ini juga memuat 3

46

pernyataan unfavourable dan 7 pernyataan favourable. Tabel II juga menunjukkan persentase jawaban benar dan salah dari 10 pernyataan yang ada pada aspek sikap disertai dengan rata-rata jawabannya.

Semua responden menjawab dengan benar pada pernyataan 11, yang artinya semua responden merasa perlu menggunakan tetes telinga sesuai petunjuk penggunaan. Sebanyak 76 % responden berdasarkan pernyataan nomor 12 merasa perlu bertanya pada petugas apotek tentang informasi yang kurang jelas mengenai cara penggunaan tetes telinga.

Pada pernyataan 13 sebanyak 72% responden memilih petugas apotek sebagai sumber informasi cara penggunaan obat tetes telinga, namun dari hasil wawancara responden yang memilih petugas apotek sebagai sumber informasi mengatakan bahwa terkadang mereka juga bertanya pada dokter sebagai sumber informasi. Pernyataan 14 memaparkan tentang penggunaan tetes telinga boleh untuk tetes mata jika kegunaannya sama. Sebanyak 78% responden menjawab bahwa tetes telinga tidak boleh untuk tetes mata walaupun kegunaannya sama. Mereka takut terjadi efek yang tidak diinginkan. Tetes telinga jangan sekalipun digunakan untuk tetes mata karena jaringan mata lebih sensitif dari pada jaringan telinga (Anonim, 2007a).

Hampir semua responden menjawab dengan benar pada pernyataan 15 yaitu sebanayak 90% responden. Ini berarti responden yakin setelah segel obat dibuka maka pemakaian obat tetes harus memperhatikan warna, bau, kejernihan dari obat tetes meskipun belum kadaluwarsa.

Tabel II. Aspek Sikap Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Aspek Sikap

Pernyataan Kuisioner Jawaban Benar Jawaban Salah % Jawaban Benar % Jawaban Salah 11 Saya merasa perlu menggunakan

obat tetes telinga sesuai petunjuk penggunaan

50 0 100 0

12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas apotek tentang informasi obat yang kurang jelas mengenai cara penggunaan obat.

38 12 76 24

13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber informasi cara penggunaan obat.

31 19 62 38

14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa digunakan untuk tetes mata jika mempunyai kegunaan yang sama. *)

39 11 78 22

15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka pemakaian obat tetes harus memperhatikan warna, bau, kejernihan dari obat tetes meskipun belum kadaluwarsa.

45 5 90 10

16 Saya merasa dalam penggunaan obat tetes, bagian ujungnya boleh mengenai bagian tubuh yang akan diobati. *)

27 23 54 46

17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan obat tetes.

35 15 70 30

18 Saya merasa penggunaan obat tetes dengan benar akan mengurangi resiko yang tidak dikehendaki.

47 3 94 6

19 Saya merasa informasi penggunaan obat tetes yang benar akan mempengaruhi kesembuhan saya

43 7 86 14

20 Saya merasa semakin banyak meneteskan obat tetes, maka akan semakin cepat sembuh. *)

35 15 70 30

Rata-rata 78 22

48

Pada pernyataan 16 sebanyak 54% responden menjawab dengan benar dalam penggunaan tetes, bagian ujungnya tidak boleh menyentuh bagian tubuh. Sebanyak 46% responden yang menjawab kalau ujung obat tetes telinga boleh menyentuh telinga. Seharusnya ujung obat tetes telinga tidak boleh menyentuh telinga karena ujung obat tetes tersebut akan mengkontamintasi atau melukai telinga oleh karena itu tetes telinga harus dijaga kebersihannya.

Terdapat 70% responden merasa perlu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan tetes telinga. Sekitar 30% responden merasa tidak perlu mencuci tangan terlebih dahulu. Alasan responden yang merasa tidak perlu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan tetes telinga adalah karena tangan mereka hanya menyentuh botolnya saja dan tidak menyentuh telinga, jadi tidak akan mengkontaminasi telinga. Sebanyak 94 % responden merasa penggunaan tetes telinga yang benar akan mengurangi resiko yang tidak dikehendaki. Pada pernyataan 19 sebanyak 86 % responden merasa informasi penggunaan obat tetes yang benar akan mempengaruhi kesembuhan dirinya.

Ada 14% responden yang merasa, walaupun informasi yang mereka terima sudah benar tapi bila mereka tidak melakukannya dengan benar maka mereka tidak akan sembuh. Pada pernyataan 20 yang berisi tentang semakin banyak reponden meneteskan obat maka akan semakin cepat sembuh ada sekitar 30% responden menjawab kalau pernyataan tersebut benar. Alasan mereka menjawab benar adalah supaya mereka cepat sembuh maka harus banyak meneteskan obat tetes telinga, jadi mereka tidak perlu berobat lagi ke dokter. Responden yang menjawab kalau semakin banyak meneteskan obat tetes belum tentu akan semakin

cepat sembuh mengatakan bahwa mereka tidak berani meneteskan obat banyak-banyak, mereka lebih memilih menuruti aturan yang dianjurkan oleh dokter.

Dari jawaban aspek sikap responden yang telah dirata-rata didapatkan sebanyak 78% responden menjawab dengan benar, sehingga dapat dikatakan sikap responden dalam penggunaan tetes telinga sudah baik.

c. Aspek tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, maka aspek tindakan ini perlu ditinjau untuk mengetahui perilaku dari seseorang. Pada tabel III terdapat 10 pernyataan untuk mengetahui aspek tindakan penggunaan tetes telinga dari responden dimana terdiri dari 4 pernyataan unfavourable dan 6 pernyataan favourable.

Tabel III juga memamparkan secara jelas persentase jawaban responden yang benar dan salah bersama rata-rata jawaban dari aspek tindakan. Pernyataan nomor 21 berisi tentang apakah responden selalu mencuci tangan sebelum menggunakan tetes telinga, sebanyak 58% responden menjawab selalu mencuci tangan.

Jika dibandingkan dengan aspek sikap, responden yang merasa perlu mencuci tangan lebih banyak yaitu 70%. Ini menunjukkan bahwa antara sikap dan tindakan belum tentu sejalan, dimana jika sikap mengatakan benar belum tentu dalam tindakannya juga benar. Hasil yang berbeda dengan pernyataan 22, ada sebanyak 86% responden akan bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes telinga dan bila dilihat dari aspek sikap jauh lebih rendah untuk responden yang merasa perlu bertanya pada petugas apotek yaitu 76%.

50

Tabel III. Aspek Tindakan Responden Terhadap Penggunaan Tetes Telinga di Loket IRJ Apotek KF RSUP Dr. Sardjito

Aspek Tindakan

Pernyataan Kuisioner Jawaban Benar Jawaban Salah % Jawaban Benar % Jawaban Salah 21 Saya selalu mencuci tangan

sebelum menggunakan obat tetes.

29 21 58 42

22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes.

43 7 86 14

23 Saya akan langsung menutup rapat tutup obat setelah menggunakan obat tetes.

47 3 94 6

24 Dalam menggunakan obat tetes saya tidak memperhatikan aturan penggunaanya. *)

35 15 70 30

25 Saya akan memiringkan kepala sehingga telinga yang diobati menghadap ke atas.

50 0 100 0

26 Saya tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tercantum pada tetes telinga. *)

30 20 60 40

27 Saya tetap memperhatikan label/etiket penggunaan yang tercantum pada kemasan obat tetes meskipun sudah diberi informasi obat.

38 12 76 24

28 Saya selalu menyimpan obat tetes pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung cahaya. *)

35 15 70 30

29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan kejernihan obat tetes sebelum menggunakannya kembali. *)

30 20 60 40

30 Saya selalu meneteskan tetes telinga tepat di lubang telinga

42 8 84 16

Rata-rata 75,8 24,2

Keterangan : *) pernyataan unfavorable

Pada pernyataan nomor 23 hampir semua responden menjawab akan menutup rapat obat tetes telinga dengan rapat setelah menggunakannya yakni sebanyak 94%. Responden yang menjawab dalam menggunakan tetes telinga

selalu memperhatikan aturan penggunaannya ada 70% pada pernyataan nomor 24. Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan jawaban responden pada aspek sikap dimana semua responden yang merasa perlu mengunakan tetes telinga sesuai dengan aturan penggunaan.

Pada pernyataan nomor 25, semua responden menjawab dalam menggunakan tetes telinga mereka memiringkan kepalanya supaya telinga yang diobati menghadap ke atas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam memasukkan obat tetes telinga. Sebanyak 40% responden menyatakan tidak memperhatikan tanggal kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan obat pada pernyataan nomor 26. Alasan mereka beraneka ragam, ada yang menjawab biasanya setelah sembuh obat langsung dibuang jadi tanggal kadaluwarsa tidak perlu diperhatikan. Ada juga responden yang memang kurang peduli dengan kadaluwarsa. Pada pernyataan nomor 27 sebanyak 76% responden yang tetap memperhatikan etiket atau label pada kemasan obat tetes telinga meskipun sudah diberi informasi obat. Mereka mengatakan bahwa terkadang mereka lupa dengan informasi yang diberikan, oleh karena itu mereka tetap membaca etiketnya walaupun sudah diberi informasi.

Jumlah jawaban responden pada pernyataan 28 yang menyatakan responden selalu menyimpan obat tetes pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung cahaya ada sebanyak 70%. Jumlah ini sama persis dengan jawaban responden pada aspek pengetahuan dimana responden yang menyatakan penyimpanan obat tetes telinga harus pada suhu kamar, tempat yang kering dan terlindung dari cahaya.

52

Pernyataan 29 yang menyatakan bahwa respoden akan memperhatikan warna, bau dan kejernihan tetes telinga sebelum menggunakannya kembali sebanyak 60%. Pada pernyataan terakhir yaitu nomor 30, sebanyak 84% responden selalu meneteskan tetes telinga di lubang telinga.

Ketika semua jawaban aspek tindakan dirata-rata didapatkan sebanyak 75,8% responden benar, sehingga dapat dikatakan aspek tindakan dalam penggunaan tetes telinga sudah baik. Dari ketiga aspek tersbut, rata-rata jawaban yang benar paling tinggi adalah pada aspek sikap yaitu sebesar 78%.

Gambar 16 . Perilaku Penggunaan Tetes Telinga pada Responden di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito Berdasarkan Rata-Rata Jawaban Kuisioner

Berdasarkan hasil rata-rata jawaban yang benar dan salah dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan (perilaku) terdapat pada gambar 16 dapat dilihat bahwa sebesar 74,7% responden sudah memiliki perilaku penggunaan tetes telinga secara benar. Penelitian ini sudah memberikan gambaran yang cukup jelas bagaimana penggunaan tetes telinga pada masyarakat, khususnya pada pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.

Gambaran mengenai perilaku yang sebenarnya tidak hanya sebatas rata-rata jawaban responden tetapi bila dilihat secara mendalam dari tiap pernyataan, masih cukup banyak responden yang belum mengetahui penggunaan tetes telinga yang benar. Ini terlihat pada aspek pengetahuan pernyataan nomor 7 dan 9 lebih dari 50% responden menjawab salah padahal pernyataan nomor 7 dan 9 merupakan pernyataan spesifik mengenai penggunaan tetes telinga. Pernyataan nomor 16 dari aspek sikap juga merupakan pernyataan spesifik penggunaan tetes telinga tapi cukup banyak juga yang salah yakni sebesar 46%. Pada aspek tindakan pernyataan nomor 21, 26, dan 29 sekitar 40 % responden menjawab salah dimana pernyataan ini juga berisi tentang penggunaan tetes telinga.

Dari hasil wawancara ternyata cukup banyak responden yang belum mengetahui secara jelas penggunaan tetes telinga, sebanyak 35 responden hanya sekedar memperhatikan aturan pemakaian dan penggunaannya hanya yang penting obatnya masuk ke lubangnya. Dilihat dari wawancara dengan 30 responden yang membeli tetes telinga di apotek pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan pada saat membeli tetes telinga oleh apoteker adalah berapa tetes yang perlu diberikan selama satu hari, telinga sebelah mana yang perlu diteteskan, berapa lama mereka harus mendiamkannya, maka dikatakan bahwa responden hanya diberitahu aturan pemakaian obat. Responden tidak diberitahukan bagaimana cara penggunaan tetes telinga secara detail. Responden tidak mengetahui cara meneteskannya secara benar sehingga responden merasa kesulitan dalam memasukkan obat secara tepat ke lubang telinga. Manfaat yang didapatkan oleh 30 responden yang benar-benar

54

membeli tetes telinga di loket IRJ dari informasi yang diberikan oleh apoteker adalah responden menjadi tahu aturan penggunaan tetes telinga yang mereka beli.

Selain itu sebanyak 20 responden dari 40 responden yang diwawancara, tidak memperhatikan kebersihan misalnya bagian ujungnya tidak boleh menyentuh telinga dan mencuci tangan sebelum menggunakan tetes telinga. Sebanyak 15 responden yang berani menggunakan tetes telinga kembali tanpa memperhatikan warna, bau dan kejernihan larutan obat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 responden, hampir semua reponden tidak berani menggunakan tetes telinga miliki orang lain yaitu sebanyak 39 responden. Sebanyak 28 responden mengatakan bila mereka sudah sembuh tapi obat tetes telinga yang masih belum habis maka mereka akan tetap menyimpan obat sampai batas tanggal kadaluwarsa. Mereka menyimpannya dengan alasan jika penyakitnya kambuh, maka obat tersebut dapat digunakan kembali asalkan obat tersebut belum kadaluwarsa.

Tanggal kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat biasanya tidak berlaku lagi setelah segel obatnya dibuka, kecuali ada keterangan lain. Pada obat tetes telinga, sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 4 minggu dari pertama kali botol dibuka (Widayanti, 2007).

Bila dipadukan antara hasil kuisioner dan wawancara, ternyata penggunaan yang benar pada tetes telinga tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat terutama cara penetesan yang benar seperti perlu menarik daun telinga sebelum meneteskan agar lubang telinga lebih terbuka sehingga obat lebih mudah masuk.

Hal ini dapat membuat apoteker untuk meningkatkan peranannya sebagai farmasis dalam memberikan informasi obat terutama dalam penggunaan tetes telinga.

Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan tetes telinga yang benar tidak sekedar memperhatikan aturan pemakaiannya saja, tetapi juga harus memperhatikan kebersihan dalam penggunaan tetes telinga, cara meneteskan serta cara penyimpanan obat yang benar agar dapat memperoleh hasil pengobatan yang maksimal.

C. Informasi Yang Diberikan Oleh Apoteker Berdasarkan Wawancara

Dokumen terkait