TINJAUAN TEORITIK
A. Perilaku Penundaan Akademik 1.Perilaku penundaan
Istilah prokrastinasi menunjuk pada suatu kecenderungan
menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Kalangan ilmuwan yang
pertama menggunakan istilah tersebut adalah Brown & Holtzman
(Wulan,2000 dalam
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Prokastinasi-akademik.php). Menurut kalangan ilmuwan mereka tidak segera memulai
untuk menyelesaikan ketika dihadapkan oleh suatu tugas merupakan
indikasi dari prokrastinasi.
Secara etimology, kata ’procrastination’ berasal dari bahasa Latin,
yakni dari kata kerja ’procrastinare’, kombinasi dari kata “pro” yang
bermakna ’menuju gerak’ dengan kata “crastinus”, yang berarti ’milik hari
esok’. Jadi kata “procrastinare” mengandung arti menunda sampai hari
berikutnya. Dalam kamus The Oxford English Dictionary (1952 dalam
Adinugroho,2005) istilah procrastination atau prokrastinasi diartikan secara
lebih positif yakni penundaan yang dipilih secara bijaksana untuk menunggu
saat yang tepat. Pengertian prokrastinasi menjadi lebih merujuk pada
tuntutan untuk kesempurnaan tugas dengan optimal. Namun di sisi lain,
karena kemalasan - “ …..the harmful habits of laziness in completing a task
necessary for subsistence,..”.
Dalam era modern, pengertian prokrastinasi lebih dipergunakan dalam
denotasi penundaan yang negatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Milgram
(1991 dalam
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Prokastinasi-akademik.php) bahwa pengertian prokrastinasi, setidaknya mengandung
beberapa unsur berikut:1)Serangkaian perilaku tertunda-tunda;2) berakibat
rendahnya mutu produk perilaku tersebut;3)menyangkut tugas yang oleh
’procrastinator’ dianggap penting untuk dilakukan;dan 4)berakhir pada
keadaan emosional yang tidak karuan.
Dengan pengertian di atas, prokrastinasi ini bukanlah perilaku
kemalasan yang sederhana, melainkan merupakan perilaku yang kompleks
yang merupakan gangguan emosional pada individu ’prokrastinator’, dan
bisa berakibat fatal karena kebiasaan ini dapat membuat orang tersebut tidak
berhasil dalam hidupnya.
Ferrari dkk, (dalam Wulan 2000 dalam
http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Prokastinasi-akademik.php) menyimpulkan bahwa
pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang,
yaitu:
1) Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, yaitu bahwa setiap
perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut
sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan
2) Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki
individu, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah
merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam
menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan
yang irrasional
3) Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini
prokrastinasi tidak hanya sebagai sebuah perilaku penundaan saja, akan
tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan
komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait
yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut kamus American Heritage Dictionary of the language:
Fourth edition (2000,dalam Adinugroho,2005.) perilaku penudaan
(procrastination) adalah tidak mengerjakan tugas, menunda atau
membatalkan mengerjakan sesuatu. Perilaku menunda merupakan kebiasaan
atau dengan sengaja menunda sesuatu dan karena suatu alasan tertentu
dianggap sebagai perilaku yang patut dicela seperti kemalasan atau
pengabaian tanggung jawab.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa
prokrastinasi adalah kegagalan seseorang dalam mengerjakan tugas berupa
tindakan menunda-nunda memulai atau menyelesaikan tugas secara sengaja
dan berulang-ulang sehingga menghambat penyelesaian tugas dalam jangka
2. Jenis-jenis perilaku penundaan.
Berdasarkan tujuan melakukan perilaku penundaan
(procrastination), (Ferrari 1991 dalam Paramita, 2003) membagi
prokrastinasi menjadi dua yaitu functional procrastination dan
dysfunctional procrastination. Functional procrastination adalah
penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih lengkap dan akurat. Bentuk penundaan ini
memandang suatu tugas harus dikerjakan secara sempurna walaupun
mereka harus melewati waktu yang optimal yang seharusnya dimulai,
sehingga mendapatkan penyelesaian yang baik. Dysfunctional
procrastination adalah penundaan mengerjakan tugas yang tidak
bertujuan, berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Bentuk penundaan
ini tanpa disertai suatu alasan yang berguna bagi procrastinator maupun
orang lain. Penundaan ini dapat menimbulakan masalah bila
procrastinator tidak bisa melepaskan diri dari kebiasaan menunda
tersebut.
3. Perilaku penundaanakademik.
Ferrari, Johnson dan McCown (1995 dalan Yazinta, 2008) secara
lebih jelas membedakan pokrastinasi berdasarkan jenis tugasnya yaitu
prokrastinasi akademik dan prokrastinasi non- akademik. Prokrastinasi
akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal
yang berhubungan dengan tugas akademik seperti tugas sekolah atau tugas
dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan dengan
tugas-tugas sehari-hari misalnya tugas rumah tangga dan tugas di kantor.
Penelitian ini selanjutnya hanya akan membahas pada perilaku penundaan
(procrastination) berdasar pada jenis tugasnya yakni perilaku penundaan
akademik. Secara historis, penelitian tentang prokrastinasi ini pada awalnya
memang banyak dilakukan di lingkungan akademik (Ferrari, dkk.,1995
dalam Yazinta, 2008). Ellis dan Knaus (1977 dalam Yazinta, 2008) juga
mengungkapkan bahwa kurang lebih 70% mahasiswa melakukan
prokrastinasi.
Prokrastinasi akademik berkaitan dengan unsur-unsur tugas dalam
akademik. Salomon & Rothblum (1989 dalam Yazinta, 2008) menyatakan
terdapat lima area akademik yang merupakan unsur-unsur prokrastinasi
akademik yaitu:
a. Tugas mengarang: meliputi tugas akademik menulis makalah laporan,
skripsi dan paper
b. Belajar dalam menghadapi ujian: meliputi belajar dalam rangka
mempersiapkan kuis, ujian midsemester ataupun ujian akhir
c. Membaca buku penunjang: meliputi tugas mencari dan membaca buku
referensi utama maupun buku referensi pendukung
d. Tugas administratif: meliputi tugas-tugas administratif seperti
mengembalikan buku ke perpustakaan, membayar spp, melakukan daftar
e. Kinerja akademik secara keseluruhan: meliputi usaha dalam
menyelesaikan tugas akademik secara keseluruhan.
Salomon & Rothblum menemukan dari keenam unsur akademik
tersebut di atas, tugas mengarang merupakan tugas yang sering ditunda
penyelesaiannya yaitu sebesar 46%, membaca buku referensi 30% dan
27,6% untuk belajar ujian.
4. Karakteristik perilaku penundaanakademik.
Schouwenburg (dalam Ferrari, 1995 dalam Yazinta, 2008)
mengatakan bahwa prokratinasi akademik sebagai suatu perilaku penundaan
dapat termanisfestasi dalam komponen-komponen yang dapat diukur dan
diamati. Komponen dalam prokrastinasi akademik, yaitu :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi
Seorang prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera
diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda
untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk segera
menyelesaikan hingga tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan
sebelumnya.
b. Adanya kelambanan yang disengaja dalam mengerjakan tugas
Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya.
c. Kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas antara rencana dan kinerja
aktual
Pokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang
prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi tenggat
waktu yang telah ditentukan, baik ditentukan oleh orang lain maupun
oleh dirinya sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk
memulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri,
akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga segera melakukannya sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan
keterlambatan maupun kegagalan dalam menyelesaikan tugas.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
mengerjakan tugas
Prokrastinator dengan sengaja tidak segera menyelesaikan tugasnya
tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas
lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan
seperti menonton TV, membaca majalah yang tidak berhubungan dengan
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penundaan akademik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku
penundaan (procrastination) akademik pada mahasiswa dapat dibedakan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang meliputi
kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Kondisi fisik yang dapat
mempengaruhi munculnya perilaku penundaan (procrastination) akademik
misalnya kelelahan fisik. Seseorang yang mengalami kelelahan fisik
memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan perilaku
penundaan (procrastination) dari pada individu yang tidak mengalami
kelelahan fisik (Ferrari, dkk, 1995 dalam Yazinta,2008). Salomon &
Rothblum (dalam Ferrari, 1995 dalam Yazinta, 2008) menyatakan bahwa
trait keperibadian yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi
munculnya perilaku penundaan (procrastination) akademik. Individu yang
kurang memiliki kepercayaan diri dan malas, memiliki kecenderungan
melakukan perilaku penundaan (procrastination) akademik yang tinggi.
Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi
kecenderungan perilaku penundaan (procrastination) akademik individu.
Faktor-faktor eksternal yang ikut mempengaruhi kecenderungan
munculnya perilaku penundaan (procrastination) adalah pengasuhan orang
tua dan lingkungan. Ferrari (1995 dalam Yazinta 2008) menemukan bahwa
pengasuhan otoriter orang tua menyebabkan munculnya kecenderungan
perilaku penundaan (procrastination). Kondisi lingkungan yang lenient,
(procrastination) juga mempengaruhi tinggi rendahnya perlaku penundaan
(procrastination) individu.
B. Skripsi
1.Pengertian skripsi
Skripsi ialah tulisan yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa
menyelesaikan studi program sarjananya. Skripsi ini sebagai bukti
kemampuan akademik seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi disusun
dan dipertahankan untuk mencapai gelar Sarjana S-1. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990), istilah skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah
yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan
pendidikan akademis.
Skripsi menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan
sarjana (S1) dan diploma (D3). Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan juga
disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk
menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa
bisa menemukan teori baru atau memberikan teori yang sudah ada dan
menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1,
skripsi adalah belajar meneliti.
2.Tujuan menulis skripsi
Skripsi atau tesis merupakan syarat kelulusan di Perguruan Tinggi.
tujuan agar mahasiswa dapat mengungkapkan pikirannya secara sistematis.
Ada dua unsur dalam dalam kegiatan skripsi dan tesis yaitu meneliti dan
membuat tulisan.
Skripsi dan tesis merupakan sarana menyampaikan nilai-nilai praktis
maupun nilai-nilai teoritis hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh
mahasiswa. Sehingga tulisan skripsi atau tesis mempunyai peran
memperkaya khasanah keilmuan di lingkungan citivas akademika. Dengan
demikian, melalui tulisan ilmiah dapat dilakukan proses validasi terhadap
hasil temuan penelitian dan pengkajian ilmiah terdahulu. Proses ini
merupakan syarat bagi berkembangnya suatu disiplin ilmu.