• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BIOGRAFI DAN AKTIVITAS DAKWAH FETHULLAH GÜLEN

C. Kegiatan Dakwah Gülen di Turki (1956-1976)

2. Periode Edirne

Ketika Gülen menginjak usia dua puluh tahun, ia meninggalkan kota kelahirannya, Erzurum yang berada di ujung timur Turki, untuk menjadi Imam

29

Zulfahmi, Fethullah Gülen: Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki, (Jakarta: UI-Press, 2014), h. 61

30 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic Movement Rooted in moderate Islam, (New York: Springer, 2010), h. 25

negara di Masjid Üç Şerefeli yang terletak di kota Edirne selama dua tahun sebelum mengikuti wajib militer. Di Edirne ia tinggal bersama atasannya Suat Yıldırım yang menjadi Mufti di sana.31 Gülen melewati waktunya selama dua tahun di Masjid tersebut dalam kezuhudan dan riyadhah batin dan Gülen hampir tidak pernah keluar dari Masjid kecuali dalam keadaan terpaksa. Pada saat itu tidak ada tempat khusus di dalam Masjid yang dapat ditinggalinya sehingga Gülen terpaksa tidur hanya dengan beralaskan kasur tipis di bawah jendela besar di salah satu sudut Masjid.32 Fase ini cukup singkat namun telah memberi kesan mendalam bagi masyarakat di sekitarnya karena Gülen memiliki hubungan baik dengan mereka baik dari kalangan sipil maupun militer, selama menjalankan tugasnya.

Di Edirne Gülen melihat banyak anak muda yang tertarik dengan ideologi radikal sehingga Gülen berusaha menjauhkan mereka dari ideologi tersebut melalui dakwahnya. Gülen juga menggunakan hartanya sendiri untuk menerbitkan dan mendistribusikan sejumlah materi tulisan untuk menentang ateisme dan komunisme yang agresif. Gülen juga membeli buku-buku dan untuk diberikan kepada orang lain sebagai hadiah, karenanya ia terkadang mengalami masalah finansial. Dia menuturkan, “I invested my money in books that I considered beneficial, and would give books and magazines to other as gifts. For this reason,

31 “Edirne, Kırklareli, dan akhirnya Izmir”,

http://www.fgulenchair.org/index.php?option=com_content&view=article&id=169:edirne-krklareli-dan-akhirnya-zmir&catid=14:biografi&Itemid=30 (diakses pada tanggal 7 Februari 2015)

32 Booklet Fethullah Gülen Chair, Mengenal Sosok Fethullah Gülen, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 11

I often had financial problems33. Dia melihat bahwa kerusakan nilai-nilai moral

tradisional di kalangan pemuda dan kaum terdidik masyarakat Turki telah mendorong terjadinya kriminalitas dan konflik sosial-politik di negeri itu. Pengalaman ini sangat mempengaruhi kepemimpinan intelektual dan komunitasnya serta memperkuat kepercayaannya terhadap makna dan nilai-nilai kemanusiaan serta kehidupan.34

Yucel mengutip komentar Profesor Yildirim (kolega Gülen) ketika menggambarkan kehidupan Gülen di Edirne sebagai berikut:

I have known Gülen since he was an imam in Edirne at the beginning of 1959. He is very intellectual and devoted to education. He read Eastern and

Western classics. This is Gülen’s defining characteristic that set him apart

from the contemporary imams and religious leaders. With a greater part of his salary, he would buy books and journals, read them, and then give them to others to read. He would spend a portion of his time daily in Edirne’s

library, where he would read old history books. He had and still has an ascetic life; he would eat little, sleep only a few hours, and spent a great part of his day in worship.35

Saya telah mengenal Gülen sejak ia menjadi Imam di Edirne pada awal tahun 1959. Dia benar-benar adalah seorang intelektual dan mengkhususkan diri dalam bidang pendidikan. Dia membaca buku-buku klasik Timur dan Barat. Ini adalah karakteristik Gülen yang menjadikan ia bagian dari para Imam kontemporer dan pemimpin agama. Sebagian besar gajinya digunakan untuk membeli buku dan jurnal, membacanya, dan memberikannya kepada yang lain untuk dibaca. Dia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di Perpustakaan Edirne, dimana ia membaca buku-buku sejarah lama. Dia telah dan masih menjalankan kehidupan yang zuhud; dia makan sedikit, tidur hanya beberapa jam, dan menghabiskan sebagian besar harinya dalam ibadah.

Gülen mulai menjalankan wajib militernya di Ankara pada tahun 1961 kemudian dipindah ke Iskenderun untuk menyelesaikan wajib militer. Di daerah

33 Cemen Polat, “Searching for The Source of The Mill Stream”, International Fethullah Gülen Conference, The Significance of Education for The Future: The Gülen Model of Education, (Jakarta: Fethullah Gülen Chair UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 71

34

Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 31

35Salih Yucel, “Fethullah Gülen: Spiritual Leader in A Global Islamic Context”, Journal of Religion and Society, Vol. 12 (2010), h. 2-3

ini Gülen memberi khutbah kepada para tentara tentang kepercayaan kepada Allah dan moralitas. Para tentara termasuk komandan divisi Gülen mengakui kapasitas intelektual Gülen dan memberinya banyak buku-buku klasik barat untuk dibaca. Selama berada di kamp militer ini kehidupan Gülen tetap seperti sediakala yaitu hidup wara’ dan sederhana.36

Tentang bagaimana ia dapat mengakses buku-buku klasik Barat tersebut, Gülen menceritakan satu kisah yang unik:

One day we were training during military service. The commander of the

division called me and said ‘Are you the Hodja?’ I said, ‘Yes.’ He added: ‘My wife is sick. Let me bring her here so you can pray for her!’ I said, ‘I don’t know any prayers like that. If you believe that praying will be

effective, it would be appropriate for you to pray yourself.’ He was actually

testing me, and I received a reward for my consistency.37

Suatu hari kami sedang latihan selama dinas militer. Seorang komandan divisi memanggil saya dan mengatakan “Apakah anda Hoca38?” Aku berkata “Ya” Dia menambahkan, “Istri saya sedang sakit. Biarkan aku membawanya kesini agar anda dapat berdoa untuknya.” Kataku, “Aku tidak tahu doa seperti itu. Jika anda yakin doa itu akan efektif, akan lebih pas jika anda berdoa sendiri.” Dia benar-benar menguji saya, dan saya menerima hadiah untuk konsistensi saya.

Setelah selesai wajib militer, Fethullah Gülen kembali menjalani aktifitasnya di Edirne sebagai Imam dan Khatib sekaligus menjadi guru Al-Qur’an. İa juga memberi serangkaian khutbah di Erzurum tentang Maulana Jalaluddin Rumi dan mendirikan perhimpunan anti komunis di sana. Dalam hal ini dia memulai diskusi malam tentang berbagai masalah moral. Jika di Edirne ia dipanggil dengan sebutan “Ulama Erzurumlu”, maka ketika berceramah di Erzurum, ia dipanggil dengan sebutan “Ulama Edirneli”. Di Edirne dia menjadi sangat berpengaruh diantara intelektual muda dan anggota masyarakat, sehingga

36

Muhammed Çetin, Ibid., h. 39

37 Nevval Sevendi, Contemporary Islamic Conversation, h. 18 38

banyak yang tidak suka dengan pengaruhnya tersebut termasuk pihak berwenang; mereka menghendaki agar dia dipindahkan. Namun sebelum mereka memindahkannya, Gülen meminta terlebih dahulu kepada mereka agar dipindahkan ke kota lain yaitu Kırklareli pada tahun 1965. Di Kırlareli ia tetap mengorganisir kegiatan ceramah dan diskusi malam selepas waktu kerja. Dalam fase ini Gülentidak pernah berkecimpung dalam partai politik manapun dan fokus mengajarkan nilai-nilai moral dalam masalah-masalah pribadi maupun kolektif umat.39

Dokumen terkait