• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjalanan Hidup Imam Khomeini

Dalam dokumen Pemikiran dakwah Imam Khomeini (Halaman 30-34)

BAB III. PROFIL DAN PEMIKIRAN DAKWAH

B. Perjalanan Hidup Imam Khomeini

Wafatnya orang-orang yang dicintainya dalam usianya yang masih amat muda, Imam Khomeini pun besar sebagai anak muda yang serius, banyak merenung, bahkan menyendiri di padang pasir di dekat kediamannya.6 Ayatullah

2

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 3

3

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70

4

Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80 dijelaskan usia Imam Khomeini baru berusia empat bulan. Sedangkan dalam Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 4 dijelaskan usia Imam ketika itu lima bulan

5

Tetapi dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81 usianya 16 thn dan dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70 pun sama, 16 thn

6

Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, (Bandung: Mizan, 2002), cet I, h. 110

Pasandideh, kakak Imam Khomeini, mengatakan bahwa bibinya, Sahiba yang mengurus keuangan dan masalah keluarga dalam membesarkan anak-anak saudaranya, terkenal dalam keluarganya sangat berani dan tak pernah takut untuk berbicara benar. Inilah kiranya yang memengaruhi pribadi Imam Khomeini yang telah 16 tahun diasuh oleh bibinya.7

Keluarganya mengingat Imam Khomeini kecil sebagai anak yang bersemangat dan enerjik. Imam kecil tak jarang pulang dengan baju berdebu dan sobek. Terkadang ada goresan luka setelah bermain. Secara fisik dia anak yang kuat. Dia dikenal jagoan di beberapa jenis olahraga karena ia bisa mengalahkan teman-temannya dalam pertandingan gulat.8

Pasca wafat ibu dan bibinya, Pasandideh-lah yang mengasuh Imam Khomeini. Sekaligus ia menjadi guru pertama Imam Khomeini dalam ilmu-ilmu Islam, khususnya logika dan bahasa Arab.9

Imam sejak kanak-kanak telah belajar menulis dan membaca di rumah. Dengan sungguh ia memulai pendidikan sekolah dini-nya di dekat rumah, Maktab

Khaaneh milik Akhund Mullah Abu Al-Qasim. Di usia tujuh tahun ia belajar

bahasa Arab pada sepupunya dari pihak Ayah, Syeikh Jafar, lalu ke Mirza Mahmud. Kemudian mengkaji buku tata bahasa Arab dan logika pada Hajj Mirza Muhammad Mahdi, pamannya dari pihak ibu. Kemudian melanjutkan studi

7

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81

8

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, (Bandung: Mizan, 2002), cet II, h.24-26

9

mantiq (logika) pada ipar lelakinya Haji Mirza Ridha Najam. Belum genap usia 15 tahun, ia sudah mahir bahasa Parsi.10

Di usia 15 tahun, Imam mulai belajar tata bahasa Arab kepada saudaranya, Murtaza, yang belajar bahasa Arab dan teologi di Isfahan. Imam punya bakat khusus dalam menulis dan menyusun syair Persia. Ia juga memerlihatkan minat pada kaligrafi Persia. Ia belajar ini oleh Syaikh Hamzah Mahallati. Khomeini muda pada waktu itu mendambakan menjadi mujtahid. Sebelum kelak menjadi mujtahid (marja’ taqlid) kemasyhuran Imam Khomeini adalah dalam bidang filsafat dan ’irfan.

Kemudian, pendidikan formal dimulai saat ia berusia 17 tahun.11 Imam pergi ke kota Arak. Tak lama belajar di sini, ia lalu belajar ke Qum, pusat studi keislaman di Iran. Imam Khomeini langsung tampil sebagai murid paling menonjol di hauzah ’ilmiyah (lembaga pendidikan) di kota itu. Syaikh Abdul Karim Hairi-Mujtahid terkemuka di masa itu adalah guru Imam Khomeini dalam bidang Fiqih dan Ushul Fiqih. Ia belajar filsafat dan ’irfan/tasawuf oleh Mirza Muhammad ’Ali Syahabadi. Imam menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan seorang guru dari Kasyan Ayatullah ’Ali Yasrebi Kasyani (wafat 1959). Kemudian Imam belajar kepada Ha’eri dalam bidang dars-e kharej (studi di luar teks tanpa buku pegangan hanya berupaya membentuk pendapatnya sendiri

10

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80-81

11

Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.80 dan

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 5, dijelaskan bahwa ketika itu Imam berusia 19 tahun

tentang hukum). Inilah tahap final pendidikan Imam Khomeini. Di awal 1930-an ia menjadi mujtahid dan menerima ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat guru terkemuka Imam, yakni Muhsin Amin Ameli (wafat 1952) ulama terkemuka dari Lebanon; Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis dan sejarawan Syiah; Abul Qasim Dehkondi Isfahani (wafat 1934) mullah terkemuka di Isfahan; Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang ke Qum pada 1925 karena protes menentang kebijakan anti-Islam reza Syah.12

Pada usia 27 tahun, Khomeini telah menjadi guru filsafat dan ’irfan. Ia telah mulai mengajar di tingkat spesialisasi di hauzah ilmiyah Qum. Selain filsafat dan ’irfan ia juga mengajar fiqih, ushul fiqih, dan akhlak.13 Dalam usia yang relatif muda, Imam telah mencapai mujtahid di bidang hukum Islam. Dengan demikian ia punya wewenang untuk mengeluarkan fatwa untuk dianut oleh masyarakat Syiah. Pada akhir 1950-an Imam menjadi salah satu bintang di pusat teologi. Dua ratus lebih muridnya tersebar ke seluruh penjuru Iran dan kalangan Syi’ah di luar negeri.14 Karena itu pasca wafat Ayatullah Burujurdi pada 1961, tokoh ulama Syiah, Imam dipilih oleh masyarakat sebagai marja’ dini, yaitu sebagai tempat kembalinya umat dalam persoalan agama atau pucuk pimpinan spiritual dalam masyarakat Syiah.15

12

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 73

13

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 6

14

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 88

15 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet v,h. 53

Kemudian, di usia 30 tahun, Imam Khomeini menikah dengan putri seorang agamawan terkemuka Teheran, Batul . Mereka dikaruniai dua putra dan tiga putri. Putranya, Mustafa Khomeini – seorang Hujjatul Islam terkemuka, wafat secara misterius, diklaim ini akibat pembunuhan oleh agen-agen dinas rahasia Iran masa Syah (Savak). Anak kedua, Ahmad Khomeini juga seorang Hujjatul Islam – ia menjadi salah seorang tokoh berpengaruh di Republik Islam Iran. Di antara putri-putrinya, Zahra Musthafawi adalah seorang doktor dan dosen filsafat di salah satu universitas di Iran.16

C. Sekilas tentang Perjuangan Imam Khomeini Menuju

Dalam dokumen Pemikiran dakwah Imam Khomeini (Halaman 30-34)

Dokumen terkait