• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran dakwah Imam Khomeini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran dakwah Imam Khomeini"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I)

Oleh:

Al-Mukarromah

104051001775

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Al-Mukarromah

NIM: 104051001775

Di bawah bimbingan

Drs. Wahidin Saputra, M.A

NIP: 150276299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 26 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, M.A Dra. Lilis Suryanti, M.Pd

NIP: 150262442 NIP: 150272609

Penguji I Penguji II

Drs. Sunandar, M.Ag Drs. M. Sungaidi, M.A

NIP: 150273477 NIP: 150282640

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, M.A

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seru sekalian alam. Dengan segala rahman

dan rahim-Nya, tak terasa amanat menuntut ilmu yang disokongkan dari orang tua

kepada penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan rampungnya

penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Tiada kata yang pantas

terucap, selain kata syukur atas segala Maha pengasih dan penyayang-Mu ya Robb

atas segala nikmat, rahmat, dan ridho yang Kau curahkan pada hamba-Mu yang tak

luput dari dosa serta lemah ini yang hanya mampu membalas kearifan-Mu dengan

ribuan untaian rasa dan kata syukur. Kemudian, tak lupa untaian kata salawat kepada

Nabi Muhammad Saw, penyuluh lentera penerang kehidupan umat manusia hingga

akhir zaman. Semoga cahaya-mu ya Rasulullah senantiasa menyinari kami, sekalian

umat-mu amin.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya skripsi ini. Karena itu

penulis akan menerima dengan penuh rasa hormat dan terima kasih atas kritik dan

saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi skripsi ini.

Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap orang

yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini:

1. Kepada ayahanda Awaluddin Muhammad Amin dan ibunda Bismar

Hasan atas seluruh pengobanannya, penulis ucapkan rasa terima kasih

sedalam-dalamnya, semoga Allah Swt merahmati dan hanya Dialah

(5)

2. Dr. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

3. Drs. Wahidin Saputra M.A selaku dosen pembimbing (sekaligus Ketua

Jurusan KPI) yang bersedia memberi masukan yang amat bermanfaat

dalam penulisan skripsi ini

4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan KPI yang telah

banyak memberi masukan kepada penulis dan memberi

pengalamannya dalam mencari judul skripsi, masalah perkuliahan,

serta memudahkan urusan domestik administrasi nilai untuk penulis.

5. Segenap Bpk/Ibu dosen pengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(FDK), khususnya di Jurusan KPI yang tak bisa disebutkan satu

persatu, terima kasih telah membimbing penulis dan ikhlas

memberikan ilmunya, mohon maaf bila dalam proses perkuliahan ada

sikap penulis yang kurang berkenan di hati Bpk/Ibu, penulis hanya

harapkan do’a dari Bpk/Ibu, semoga ilmu yang didapat menuai

keberkahan.

6. Seluruh Staff di FDK dan pengelola Perpustakaan Dakwah dan

Perpustakaan Utama terima kasih atas layanannya, semoga

pelayanannya kepada mahasiswa menjadi lebih istimewa lagi

7. Kakak-kakakku, Kak M. Al-Amin, Kak Abdus Salam, dan spesial

untuk Kakakku Al-Hasanah S.Sos.I, terima kasih atas semua masukan,

(6)

Adik-adikku Rodiatam Mardhiah, Akmalul Mukminin, Rahmatal

Abror, M. Nazhif, Sayyidatul Ummah,

M. Arif Billah, Alfiyatul Yusriyyah, dan M. Ziyad Husaini, senyum

kalian saat penulis meminta bantuan selalu menyejukkan hati penulis

8. Segenap keluarga besar dan rekan di Majelis Taklim Assakinah Fi

Riyadhil Jannah

9. Kawan-kawan kelas di KPI B angkatan 2004, Kasih, Jevy, Daseva,

Mimin, Imut, Ida, Ani, ifa, Ulul, Eza, Ika, Yayu, Anis, Sarah, Iik, Tia,

Zee, Mika, Rika, Desi, One, Fauzi, Fajar, Asmuni, Maulana, Haris,

Ridho, Ali, Rahmatullah, Irwan, Arya, Matul, Samlani, Ade.

Pengalaman menuntut ilmu bersama kalian semua adalah karunia Allah

Swt yang tiada tara.

10. Teman-teman di organisasi, di Majalah Jeda,. di LPMU Institut, di

HIQMA, di Komka, di Marawis Dakwah, teman-teman dan pengurus di

Zeta Data Centre Pusbangsitek UIN, segenap rekan dan direksi di

Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa Republika, dan

teman-teman di kursus komputer ESE Project.

11. Bantuan beasiswa Gudang Garam (smt 3), Orbit (smt 5), Women

International Club (WIC dari smt 6 sampai lulus), terima kasih atas

bantuan materi demi kelancaran kebutuhan kuliah penulis.

Jakarta, 30 April 2008

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A....Latar Belakang Masalah ... 1

B....Pembata san dan Perumusan Masalah ... 5

C...Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D...Metodol ogi Penelitian... 7

E....Tinjauan Pustaka ... 8

F....Sistemati ka Penulisan ... 9

BAB II. LANDASAN TEORITIS ...11

A. Konsep Pemikiran ... 11

B. Pengertian Dakwah ... 13

(8)

D. Hakikat Dakwah... 16

BAB III. PROFIL DAN PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI ... 18

A. Latar Belakang Keluarga... 18

B. Perjalanan Hidup Imam Khomeini... 19

C. Sekilas tentang Perjuangan Imam Khomeini Menuju Revolusi Islam Iran ... 23

D. Sosok Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini ... 28

E. Karya-Karya Imam Khomeini... 33

F. Pemikiran Dakwah Imam Khomeini... 42

BAB IV. ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI ....66

A....Konsep Pemikiran Dakwah Imam Khomeini... 66

B....Metode Dakwah yang Efektif menurut Imam Khomeini ... 82

BAB V. PENUTUP...93

A. Kesimpulan ... 93

(9)

DAFTAR PUSTAKA ...96

(10)

ABSTRAK

Pemikiran Dakwah Imam Khomeini

Oleh: Al-Mukarromah

Imam Khomeini adalah seorang tokoh yang tetap monumental, sehingga meneliti sosok beliau bak ”oase di gurun pasir yang gersang”. Pribadinya dapat menjadi jawaban di tengah gencarnya fitnah, pelecehan dunia terhadap Islam, dan sikap apatis sebagian kalangan bahwa Islam tak lagi relevan sebagai solusi berkehidupan di era kini. Dengan menguak kembali kiprah seorang ulama besar Iran yang pernah hidup di abad dua puluh ini, Imam Khomeini (wafat 1989) melalui Revolusi Islam Iran 1979 di bawah kepemimpinannya, Islam mampu menjawab dengan berdiri tegak melawan kezaliman penguasa Iran yang ketika itu diintervensi asing untuk menjauhkan Islam dari rakyat Iran dan mengoyak kesejahteraan rakyat. Penelitian ini menarik karena strategi dan kiprah Imam Khomeini kiranya juga mampu menjawab krisis multidimensi yang terjadi di negeri tercinta Indonesia karena salah satu penyebab krisis tersebut adalah negeri kita tak berdaya melawan intervensi asing.

Penelitian ini mengangkat judul ”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini” dengan rumusan masalah menelusuri bagaimana pemikiran dakwah Imam Khomeini? dan apa metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini?.

Pendekatannya menggunakan pola deskriptif historis yaitu mendeskripsikan hasil penelitian historis dengan pendekatan metode studi naskah. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data/dokumen untuk memerkuat informasi seperti buku bacaan, majalah, internet, koran, dan lain-lain.

(11)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar strata satu

(S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika terbukti di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli

saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 3 Juni 2008

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan semakin berkembangnya dakwah Islam, dengan ditandai oleh

semakin banyaknya variasi dakwah Islam melalui media massa, cetak atau

elektronik, yang sedikit-banyak menimbulkan efek positif bagi perkembangan

nilai keberagamaan umat. Kemudian, di sisi berlawanan, terjadi pula fitnah yang

besar bagi umat Islam akibat semakin gencarnya musuh-musuh Islam memerangi

Islam dengan berbagai cara. Ini membuat kita perlu memikirkan dan

terus-menerus memodifikasi konsep dakwah itu sendiri guna dakwah Islam tetap pada

tujuan aslinya yakni mengajak manusia ke jalan Allah SWT , tanpa ada niat selain

pada-Nya dan agar dakwah Islam tak mudah redup terkalahkan oleh fitnah yang

marajalela yang menghantam umat Islam seperti pada kondisi saat ini.

”Dakwah adalah sebuah aktivitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tak boleh berhenti apalagi mati, tetapi ia adalah aktivitas yang kontinyu. Karenanya memerlukan para pelaku dakwah aktifis yang mampu mengemban amanat penerus para nabi. Kredibilitas dan kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang menerima dakwah, semakin meluas geografi dakwah, semakin dibutuhkan pertambahan wawasan dan keluasan kerja-kerja dakwah.”1

Karena itu, sangatlah diperlukan kreativitas sebuah penggambaran konsep

pemikiran dakwah yang holistik, transformatif, dan sesuai zaman. Salah satu cara

1

(13)

untuk menggambarkan sebuah konsep yang termudah adalah, kita mengambil

konsep pemikiran dari para guru kita, pendahulu kita, para ulama yang ternama di

zamannya yang dengan konsep pemikiran dakwah-nya, Islam mampu menggapai

masa kejayaan di masa kepemimpinannya.

Dalam sejarah perubahan masyarakat, ulama memang memiliki peran yang

sangat besar dan universal. Ia nyaris memiliki andil dalam setiap lini dan detik

dalam perubahan masyarakat (social angineering) yang bermuara pada kesadaran

kolektif masyarakat untuk melakukan perubahan. Maka ulama dinyatakan sebagai

sumber dan inspirasi perubahan.2

Sebuah personifikasi konsep dari seorang ulama besar dapat kita relevankan

konsep pemikiran itu dengan masa kini. Selama konsep pemikiran itu tak keluar

dari norma syariat Islam, serta ia sesuai dengan kultur masyarakat muslim, konsep

pemikiran itu dapatlah kita gunakan.

Ayatullah Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini atau Imam Khomeini adalah

salah satu ulama besar yang amat berandil dalam menggerakkan umat menuju

ajaran Islam sesungguhnya yang pernah dimiliki umat Islam. Imam asal Teheran,

Iran yang lahir pada 1902 M ini, melalui pemikirannya yang besar dan

berpengaruh, mampu menjatuhkan rezim penguasa yang ingin menjauhkan umat

dari ajaran Islam karena pengaruh intervensi negara asing.

2

(14)

Melalui keyakinan dan konsep amar makruf nahi munkar serta dengan

strategi (dakwah) yang handal, Imam Khomeini mampu memengaruhi segenap

rakyat Iran untuk menggulingkan rezim tersebut. Dengan 98,2 % suara rakyat

yang setuju didirikannya Republik Islam, resmi pada 1 April 1979 sebuah negara

Republik Islam berdiri. Peristiwa ini dikenal dengan Revolusi Islam Iran.3

Kiprah Imam Khomeini yang demikian, diharapkan bisa mengetuk hati para

ulama, cendekiawan, intelektual muslim (bahkan sampai kepada para negarawan)

di era kini untuk bangun dari ’tidur’-nya yang saat ini tidak/belum terdengar

kiprah besarnya dalam memimpin umat. Peran mereka kini tampak hanya berada

pada sub khusus dari kehidupan masyarakat. Ya, yakni hanya dalam momen

seremoni keagamaan, forum ilmiah, di tempat ibadah dan lain sebagainya.

Selebihnya, yang mampu menguasai dan mewarnai Islam dalam segala lini

kehidupan, baik dalam pemerintahan atau politik, sosial, ekonomi, budaya, dan

lainnya, hanya dalam porsi minim.

Di tengah absurd-nya (tidak jelas) kehidupan bernegara di bawah ’standard

ganda’ kebijakan pemerintah baik dalam negeri maupun internasional, yang kini

kita bisa melihat hasilnya yaitu kemiskinan merajalela, peperangan antarnegara

yang membunuh ribuan warga sipil yang tak berdosa, dan masyarakat yang

terdikotomi (terpisahkan) dari nilai agama, suasana ini pulalah yang saat itu

terjadi di Iran, yakni penguasa Iran saat itu diintervensi oleh Barat.

3

(15)

Karena itu, Imam Khomeini dengan segala usahanya ternyata mampu

merebut dan kembali mengembalikan Iran ke dalam dasar prinsip nasional dan

masyarakatnya yang mayoritas berwatak religius, 4melalui Revolusi Islam Iran

1979. Momentum ini pula menjadikan sebuah pemerintahan Islam mampu tampil

secara revolusioner ke arena politik internasional. Islam berusaha merangkul

pihak-pihak yang hak-hak politik dan ekonominya dicabut. Islam merupakan

perisai moral terhadap serangan gencar nilai-nilai Barat. Akhirnya Islam

merupakan jawaban bagi individu dan kelompok sosial yang mengalami prahara

ketidakpastian, relativisme dan krisis identitas.5

Penelitian ini sangat menarik, karena ini juga ada kaitannya dengan sedang

memanasnya benturan politik antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Disebabkan

larangan pengayaan nuklir Iran yang diklaim oleh AS bertujuan untuk pembuatan

senjata pemusnah massal.

Terlepas dari pro-kontra perseteruan politik antara AS dan Iran tersebut, yang

jelas bahwa kita sebagai bangsa sebuah negara, memang sudah saatnya memiliki

prinsip agar eksistensi bangsa dan negara tak mudah diinjak-injak oleh negara

lain. Kita pernah mendengar banyak prinsip yang digaungkan oleh para pemimpin

negeri kita, terutama prinsip yang pernah digaungkan oleh Presiden Soekarno ”Go

4

Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, (Ttp.: Tpn, t.t), h. 9

5

(16)

to hell with your aid!Persetan dengan bantuan-mu!.”6 Dikarenakan beliau tahu,

bantuan asing justru menyisakan kepiluan mendarah daging bertahun-tahun

menggerus eksistensi dan identitas independensi bangsa. (semoga Allah SWT

selalu memberi ampunan dan petunjuk untuk kita semua, bangsa Indonesia, amin)

.

Torehan sejarah emas bagi peradaban Islam melalui kepemimpinan dan

keulamaan Imam Khomeini yang amat berprinsip (terutama bila kita menilik

prinsip kepemimpinan ulama/wilayat alfaqih yang dicetuskan oleh Imam

Khomeini untuk sistem pemerintahan di Iran) sangatlah disayangkan bila kita tak

mengambil pelajaran dari sini. Presiden Soekarno pernah berkata ”Jangan

sekali-kali melupakan sejarah” (jas merah).7 Dari sejarah Imam Khomeini, kita dapat

mengurai kembali bagaimana kontribusi beliau dan pemikiran beliau bagi

kemajuan dakwah Islam yang bisa kita aplikasikan untuk kepentingan dakwah di

era kini.

Karena itu, sangatlah menarik dan amat perlu jika pemikiran dakwah Imam

Khomeini diurai melalui sebuah penelitian dalam skripsi bagi penulis, dengan

mengangkat judul:”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6

Debra Yatim, ed., .Kembara Tiada Berakhir: Herawati Diah Berkisah (Jakarta: Yayasan Keluarga, 1993), cet. Ke-1 h. 15

7

(17)

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih spesifiknya penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah

hanya pada masalah pemikiran dakwah Imam Khomeini

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pemikiran dakwah Imam Khomeini?

b. Apa metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasar pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pemikiran dakwah Imam Khomeini

b. Mengetahui metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif bagi pengembangan wacana keilmuan dakwah serta

keberlangsungan dakwah islamiyah

b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

para teoritis, praktisi, dan pemikir dakwah dalam mengemas nilai Islam

menjadi kajian yang menarik. Selanjutnya, memberikan motivasi bagi

(18)

pemikiran dakwah yang kreatif, ramah, dan mampu diterima oleh

masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor definisi metode kualitatif adalah penelitian yang berprosedur

menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

prilaku yang diamati. 8

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pemikiran keagamaan Imam

Khomeini dan objek penelitian ini adalah pemikiran dakwah dan metode

dakwah yang efektif dalam pemikiran Imam Khomeini.

2. Teknik Pengumpulan Data

8

(19)

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik dokumentasi

yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen

untuk memerkuat informasi. Atau teknik dokumentasi bisa disebut sebagai

strategi yang digunakan dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku,

majalah, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.

Penulis dalam penelitian ini, meneliti segala buku yang berkaitan tentang

pemikiran dakwah dan metode dakwah yang efektif menurut pemikiran Imam

Khomeini serta artikel tentang Imam Khomeini dari bahan bacaan lainnya

seperti majalah, internet, koran, dan lain sebagainya.

3. Analisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola pendekatan

deskriptif historis yaitu mendeskripsikan hasil penelitian historis dengan

menggunakan metode ”studi naskah”. Pendekatan deskriptif historis juga

merupakan prosedur penelitian yang menurut Norman K. Denzin, dengan cara

melakukan penelaahan terhadap berbagai literatur atau naskah yang

dihubungkan dengan fenomena sosial dengan cara melakukan interpretasi,

verifikasi, dan generalisasi. 9

9

(20)

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pemikiran dakwah telah banyak dilakukan oleh

mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi di antaranya:

Pemikiran dan Kiprah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibie di ICMI (Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia) oleh Hadi Saeful Rizal NIM:102051025590

tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum oleh Syarifah

NIM: 1020510616 tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. KH. Ali Yafie oleh

Zulham NIM: 102051025485 tahun 2006; Pemikiran dan Aktivitas Dakwah dr.

Sulastomo oleh Rafi’i NIM: 101051022580 tahun 2006; Pemikiran Dakwah

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan Implementasinya dalam Politik oleh Leni

Kurniawati NIM 102051025459 tahun 2006. Namun, penelitian tentang

pemikiran dakwah dari Imam Khomeini di Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini

penulis menemukan belum pernah ada yang meneliti. Terkecuali di Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat telah ditemui ada penelitian tentang Imam Khomeini

tetapi dalam perspektif filsafat ilmu tasawuf dan politik bukan dalam perspektif

pemikiran Imam Khomeini dalam bidang dakwah, seperti yang penulis angkat

dalam skripsi ini yang berjudul ”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini”.

Kemudian, dalam penelitian tentang Pemikiran Dakwah Imam Khomeini ini,

penulis menggunakan referensi buku bacaan yang terkait dengan bahasan tentang

Imam Khomeini di antaranya: Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan

Perjuangan; Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam; Para

(21)

Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang tak banyak diketahui, dan lain

sebagainya.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki beberapa sub bahasan

yaitu:

Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II. Landasan Teoritis, yang mengungkap Konsep Pemikiran, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, dan Hakikat Dakwah.

Bab III. Menjelaskan Profil dan Pemikiran Dakwah Imam Khomeini yang terdiri dari, Latar Belakang Keluarga, Perjalanan Hidup Imam Khomeini, Sosok

Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini, Karya-Karya Imam Khomeini, dan

Pemikiran Dakwah Imam Khomeini.

Bab IV. Menjelaskan Analisis Pemikiran Dakwah Imam Khomeini: yang terdiri dari Konsep Pemikiran Dakwah Imam Khomeini dan Metode Dakwah

yang Efektif menurut Imam Khomeini.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Pemikiran

Kata konsep bermakna sebagai ide, umum, pengertian, pemikiran, rancangan, rencana besar.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

makna konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.2

Sedangkan pemikiran adalah proses, cara, perbuatan memikir.3 Sebuah pemikiran amat penting dalam pembaharuan peradaban kehidupan umat manusia,

khususnya dalam hal ini untuk umat Islam di era modern saat ini.

Alquran adalah sumber pemikiran. Sumber inspirasi yang tak habis dalam

pertumbuhan ilmu akal.4 Pun alquran memiliki keistimewaan dapat memecahkan

problem-problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan dengan

pemecahan yang bijaksana.5

Pemanfaatan pemikiran untuk kemajuan peradaban manusia, bisa pula kita

mengambil pelajaran dari masyarakat terdahulu. Telah diakui oleh dunia

1

Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta:Absolut, 2004), cet II, h. 239

2

Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka ,2003),cet III, h.588

3

Ibid, h. 873

4

Taufik Abdullah et all, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: PT Ikhtiar baru Van Hoove, 2003), h.3

5

Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004), h. 14-15

(23)

kesarjanaan modern, masyarakat Islam klasik memiliki etos keilmuan yang amat

tinggi. Akan tetapi sayangnya umat Islam sendiri banyak tak mengetahui, terlebih

menghayati makna, dan mengembangkannya.6

Memanfaatkan pemikiran Islam klasik di era kini sangatlah penting untuk

peradaban manusia di zaman modern. Nur Cholish Madjid (Cak Nur) pernah

mengungkapkan:

Zaman modern tampaknya memberi kemungkinan baru bagi umat Islam untuk memerluas cakrawala dan menjadi kreatif kembali. Pada perkembangan dan tradisi beragam keilmuan Islam, diharapkan menjadi pemicu bagi munculnya semangat dan sikap apresiatif terhadap warisan klasik Islam. Karena itu, perlulah menarik benang merah dan relevansinya bagi tantangan di zaman kini. Dengan tetap bertitik tolak pada yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai keterangan atas segala sesuatu. Pada prinsipnya tantangan yang ada di depan umat Islam sekarang ialah mengungkap kembali kandungan alquran dengan segala implikasinya, secara luas dan kreatif. Untuk itu, kaum muslim zaman ini seperti telah dipraktekkan oleh mereka pada zaman dahulu, harus menggunakan segala macam bahan yang disediakan oleh pengalaman manusia dalam berbudaya dan berperadaban. Sikap inilah yang bisa ditarik sebagai kesimpulan eskatologi Islam yang menyangkut masalah pemikiran dan ilmu pengetahuan.7

Selain itu, Cak Nur dalam bukunya yang lain, Khazanah Intelektual Islam,

menyatakan:

Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal berkecenderungan untuk memeroleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu ia pun memelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan

6

Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina,1997), cet I, h. 13

7

(24)

dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia.8

B. Pengertian Dakwah

Menurut bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu

ﺎ د-ﻮ ﺪ-ةﻮ د yang artinya menyeru, mengajak.9 Dalam alquran makna dakwah

memiliki banyak arti antara lain: (a) menyampaikan dan menjelaskan (Q.S

Fushilat 24 dan Yusuf 108), (b) berdoa dan berharap (Q.S Al-a’Raf: 55), (c)

mengajak dan mengundang (Yusuf :33).10

Secara Terminologis Toha Yahya Oemar menyatakan seperti mengutip dari

buku Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, bahwa dakwah adalah mengajak manusia

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan

untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.11

Quraish Shihab berpendapat dakwah adalah seruan/ajakan kepada jalan

keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih baik dan

sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakatya.12

8

Nurcholish Madjid, ed., Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), cet II, h. 307-308

9

Ahmad Warson, Al-Munawwir , (Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984), h.483.

10

M. Idris A. Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (Jakarta: Tpn., t.t), h.3

11

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet I, h. 5

12

(25)

M.Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi menyatakan

dakwah adalah sebagai suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta

tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi

orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta

pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.13

Dari makna dakwah pendapat para pakar di atas, dapatlah disimpulkan

bahwa dakwah adalah suatu jalan mengajak menuju jalan Allah Swt guna

membawa manusia kepada jalan yang benar, yang mampu merubah keadaan

kehidupan manusia (individu atau masyarakat) menuju ke arah yang lebih baik

baik di dunia sampai akhirat.

C. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang ada dalam kegiatan dakwah.

Unsur-unsur dakwah itu adalah: 14

1. Da’i (pelaku dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan dan

perbuatan. Baik secara individu, kelompok atau organisasi.

2. Mad’u (Mitra dakwah atau penerima dakwah)

Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah

yaitu manusia secara keseluruhan.

13

M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:Bumi Aksara,1993), h.6

14

(26)

3. Maddah (Materi Dakwah)

Maddah Dakwah adalah isi pesan/materi yang disampaikan da’i pada mad’u.

Materi dakwah dapat dikelompokkan menjadi: (a) akidah (keimanan); (b)

syariah (ibadah dan muamalah); (c) akhlak.

4. Wasilah (media dakwah)

Wasilah (media) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan

materi dakwah (ajaran Islam). Hamzah Ya’qub membagi media dakwah

menjadi lima macam yakni: lisan, tulisan, audio visual, dan akhlak.

5. Thariqah (Metode dakwah)

Thariqah adalah metode yang digunakan dalam dakwah. Metode

dakwah adalah cara untuk menyampaikan materi dakwah.

Dalam alquran surat An-Nahl: 125 telah dijelaskan metode dakwah :

عدا

ﻰ إ

ﻚ ر

ﺔ ﻜ ﺎ

ﺔﻈ ﻮ او

ا

ﻬ دﺎ و

ه

أ

نإ

ﻚ ر

ﻮه

أ

ﻮهو

أ

ﺪ ﻬ ﺎ

.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk." (Q.S An-Nahl:125).

Dalam ayat ini ada tiga metode dakwah yaitu: (a) Hikmah yakni metode

dakwah dengan memertimbangkan kemampuan rasional akal si penerima

dakwah; (b) Mauizah hasanah ialah metode menggunakan dalil, argumentasi

(27)

Mujadalah billati hiya ahsan ialah metode tukar pikiran atau diskusi

menjawab bila mad’u menanyakan kebenaran materi dakwah.

6. Atsar (Efek Dakwah)

Atsar (efek) sering disebut feed back (umpan balik) dari proses dakwah.

Efek sangat berarti untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menjalani

dakwah.

Tujuan dakwah yakni untuk memengaruhi tiga aspek perubahan diri

mad’u, yakni perubahan pada aspek pengetahuan/kognitif (knowledge), sikap

(attitude), dan prilaku (behavioral). Kemudian, penelitian dan evaluasi

terhadap penerimaan dakwah dilakukan guna menjawab sejauh mana ketiga

aspek perubahan pada manusia telah berjalan pada mad’u.

D. Hakikat Dakwah

Hakikat dakwah bisa juga dijelaskan sebagai filsafat dakwah. Secara

filosofis di dalam filsafat dakwah adalah hakikat dakwah yakni apa sebenarnya

dakwah itu, memelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah seperti tujuan

dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai

Islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap, dan prilaku seseorang khas Islam.15

Hakikat makna dakwah pemahamannya ialah: 16 (a) Dakwah sebagai kerja Tuhan. Keberhasilan dakwah dipengaruhi usaha sang dai dan terakhir ditentukan oleh Allah SWT; (b) Dakwah sebagai ajakan kepada individu atau kelompok

15

Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah:Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), edisi II, h. ix-x

16

(28)

untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam, serta membawa dari satu situasi ke situasi lain yang lebih baik/ islami; (c) Dakwah adalah memanggil kembali hati nurani untuk menghilangkan sifat buruk menuju ke sifat mulia; (d) Dakwah sebagai proses komunikasi. Dengan komunikasi terjadi transformasi lalu proses internalisasi iman, pengamalan, pentradisian ajaran dan perubahan keyakinan sikap dan prilaku; (e) Dakwah sebagai penyebaran rahmat Allah Swt pada sesama manusia bahkan pada makhluk seluruh alam; (f) Dakwah sebagai pembebasan diri dari keterbelengguan; (g) Dakwah sebagai penyelamatan manusia agar tidak terperosok dalam kesalahan dan tak mengalami degradasi kemanusiaan; (h) Dakwah sebagai pembangun peradaban kehidupan manusia secara cerdas dan beriman tanpa merusak.

Dari penjelasan tersebut, dapatlah kita menarik kesimpulan hakikat dakwah

adalah sebuah jalan menuju kebenaran dengan mengajak manusia (berusaha lalu

bertawakkal) menuju penciptanya yakni Allah SWT guna tercipta kehidupan

manusia yang sesuai dengan fitrahnya (hidup saling menolong,

berprikemanusiaan, dan beradab).

(29)

BAB III

PROFIL DAN PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI

A. Latar Belakang Keluarga

Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini atau Imam Khomeini lahir di Khomein

pada 24 Oktober 1902 M / 20 Jumadil Akhir 1320 di dusun kecil di Iran Tengah.

Tanggal lahir ini bertepatan dengan hari kelahiran Fatimah Az-Zahra putri Nabi

Muhammad SAW.1 Keluarga Imam Khoemini adalah keluarga Sayyid Musawi,

keturunan Nabi Saw melalui jalur Imam ketujuh Syiah, Musa Al-Kazhim. Mereka

berasal dari Neysabur, di Iran Timur Laut. Pada awal abad ke-18, keluarga ini

bermigrasi ke India, dan bermukim di kota kecil Kintur di dekat Lucknow di

kerajaan Oudh. Kakek Imam Khomeini, Sayyid Ahmad Musawi Hindi, lahir di

Kintur. Keluarga kakeknya adalah keluarga ulama terkemuka, Mir Hamen Husein

Hindi Neysabury, yang karyanya, Abaqat Al-Anwar, jadi kebanggaan Syiah India.

Sayyid Ahmad meninggalkan India pada 1830 untuk ziarah ke kota suci

Najaf memenuhi undangan seorang saudagar terkemuka Khomein. Kemudian

beliau pergi ke Khomein menjadi pembimbing spiritual. Sayyid Ahmad menikah

dengan Sakinah, putri tuan rumahnya di Khomein. Mereka dikaruniai empat anak,

antara lain Sayyid Mustafa Musawi (ayah Imam Khomeini), lahir 1856. Mustafa

belajar di Najaf lalu pada 1894 kembali ke Khomein. Di sana ia menjadi ulama.

1

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, Majalah Hidayah, (Maret 2005), h. 80

(30)

Ibu Imam Khomeini, Sayyidah Hajar, ia adalah putri seorang Ayatullah

terkemuka di wilayahnya, Ayatullah Mirza Ahmad dan juga kakeknya pun

seorang ulama terkenal di zamannya, Ayatullah Al-Khunsari, penulis kitab

Zubdah Al-Tashanif.2 Saudara Imam Khomeini ada enam bersaudara. Imam

Khomeini adalah bungsu.3

Keluarga Imam Khomeini dikenal taat beragama. Pada usia Imam tujuh

bulan pasca lahirnya, 4 Ayah Imam, Mustafa wafat pada 11 Zulqaidah (1320 H),

ia terbunuh dalam usia 48 tahun (1900) di tangan Wali Kota Khomein saat

memprotes pemerasan pajak yang tak adil, serta praktik penindasan yang

dilakukan aparat Dinasti Qajar di daerahnya itu. Setelah itu, Imam Khomeini

dibesarkan oleh ibunya dan bibinya, Sahiba atau Shahab Khanum. Pada usia

Imam Khomeini 15 tahun.5

B. Perjalanan Hidup Imam Khomeini

Wafatnya orang-orang yang dicintainya dalam usianya yang masih amat

muda, Imam Khomeini pun besar sebagai anak muda yang serius, banyak

merenung, bahkan menyendiri di padang pasir di dekat kediamannya.6 Ayatullah

2

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 3

3

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70

4

Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80 dijelaskan usia Imam Khomeini baru berusia empat bulan. Sedangkan dalam Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 4 dijelaskan usia Imam ketika itu lima bulan

5

Tetapi dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81 usianya 16 thn dan dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70 pun sama, 16 thn

6

(31)

Pasandideh, kakak Imam Khomeini, mengatakan bahwa bibinya, Sahiba yang

mengurus keuangan dan masalah keluarga dalam membesarkan anak-anak

saudaranya, terkenal dalam keluarganya sangat berani dan tak pernah takut untuk

berbicara benar. Inilah kiranya yang memengaruhi pribadi Imam Khomeini yang

telah 16 tahun diasuh oleh bibinya.7

Keluarganya mengingat Imam Khomeini kecil sebagai anak yang

bersemangat dan enerjik. Imam kecil tak jarang pulang dengan baju berdebu dan

sobek. Terkadang ada goresan luka setelah bermain. Secara fisik dia anak yang

kuat. Dia dikenal jagoan di beberapa jenis olahraga karena ia bisa mengalahkan

teman-temannya dalam pertandingan gulat.8

Pasca wafat ibu dan bibinya, Pasandideh-lah yang mengasuh Imam

Khomeini. Sekaligus ia menjadi guru pertama Imam Khomeini dalam ilmu-ilmu

Islam, khususnya logika dan bahasa Arab.9

Imam sejak kanak-kanak telah belajar menulis dan membaca di rumah.

Dengan sungguh ia memulai pendidikan sekolah dini-nya di dekat rumah, Maktab

Khaaneh milik Akhund Mullah Abu Al-Qasim. Di usia tujuh tahun ia belajar

bahasa Arab pada sepupunya dari pihak Ayah, Syeikh Jafar, lalu ke Mirza

Mahmud. Kemudian mengkaji buku tata bahasa Arab dan logika pada Hajj Mirza

Muhammad Mahdi, pamannya dari pihak ibu. Kemudian melanjutkan studi

7

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81

8

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, (Bandung: Mizan, 2002), cet II, h.24-26

9

(32)

mantiq (logika) pada ipar lelakinya Haji Mirza Ridha Najam. Belum genap usia

15 tahun, ia sudah mahir bahasa Parsi.10

Di usia 15 tahun, Imam mulai belajar tata bahasa Arab kepada saudaranya,

Murtaza, yang belajar bahasa Arab dan teologi di Isfahan. Imam punya bakat

khusus dalam menulis dan menyusun syair Persia. Ia juga memerlihatkan minat

pada kaligrafi Persia. Ia belajar ini oleh Syaikh Hamzah Mahallati. Khomeini

muda pada waktu itu mendambakan menjadi mujtahid. Sebelum kelak menjadi

mujtahid (marja’ taqlid) kemasyhuran Imam Khomeini adalah dalam bidang

filsafat dan ’irfan.

Kemudian, pendidikan formal dimulai saat ia berusia 17 tahun.11 Imam

pergi ke kota Arak. Tak lama belajar di sini, ia lalu belajar ke Qum, pusat studi

keislaman di Iran. Imam Khomeini langsung tampil sebagai murid paling

menonjol di hauzah ’ilmiyah (lembaga pendidikan) di kota itu. Syaikh Abdul

Karim Hairi-Mujtahid terkemuka di masa itu adalah guru Imam Khomeini dalam

bidang Fiqih dan Ushul Fiqih. Ia belajar filsafat dan ’irfan/tasawuf oleh Mirza

Muhammad ’Ali Syahabadi. Imam menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan

seorang guru dari Kasyan Ayatullah ’Ali Yasrebi Kasyani (wafat 1959).

Kemudian Imam belajar kepada Ha’eri dalam bidang dars-e kharej (studi di luar

teks tanpa buku pegangan hanya berupaya membentuk pendapatnya sendiri

10

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80-81

11

Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.80 dan

(33)

tentang hukum). Inilah tahap final pendidikan Imam Khomeini. Di awal 1930-an

ia menjadi mujtahid dan menerima ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat

guru terkemuka Imam, yakni Muhsin Amin Ameli (wafat 1952) ulama terkemuka

dari Lebanon; Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis dan sejarawan Syiah;

Abul Qasim Dehkondi Isfahani (wafat 1934) mullah terkemuka di Isfahan;

Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang ke Qum pada 1925

karena protes menentang kebijakan anti-Islam reza Syah.12

Pada usia 27 tahun, Khomeini telah menjadi guru filsafat dan ’irfan. Ia telah

mulai mengajar di tingkat spesialisasi di hauzah ilmiyah Qum. Selain filsafat dan

’irfan ia juga mengajar fiqih, ushul fiqih, dan akhlak.13 Dalam usia yang relatif

muda, Imam telah mencapai mujtahid di bidang hukum Islam. Dengan demikian

ia punya wewenang untuk mengeluarkan fatwa untuk dianut oleh masyarakat

Syiah. Pada akhir 1950-an Imam menjadi salah satu bintang di pusat teologi. Dua

ratus lebih muridnya tersebar ke seluruh penjuru Iran dan kalangan Syi’ah di luar

negeri.14 Karena itu pasca wafat Ayatullah Burujurdi pada 1961, tokoh ulama

Syiah, Imam dipilih oleh masyarakat sebagai marja’ dini, yaitu sebagai tempat

kembalinya umat dalam persoalan agama atau pucuk pimpinan spiritual dalam

masyarakat Syiah.15

12

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 73

13

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 6

14

Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 88

(34)

Kemudian, di usia 30 tahun, Imam Khomeini menikah dengan putri seorang

agamawan terkemuka Teheran, Batul . Mereka dikaruniai dua putra dan tiga putri.

Putranya, Mustafa Khomeini – seorang Hujjatul Islam terkemuka, wafat secara

misterius, diklaim ini akibat pembunuhan oleh agen-agen dinas rahasia Iran masa

Syah (Savak). Anak kedua, Ahmad Khomeini juga seorang Hujjatul Islam – ia

menjadi salah seorang tokoh berpengaruh di Republik Islam Iran. Di antara

putri-putrinya, Zahra Musthafawi adalah seorang doktor dan dosen filsafat di salah satu

universitas di Iran.16

C. Sekilas tentang Perjuangan Imam Khomeini Menuju Revolusi Islam Iran

Penjelasan tentang perjuangan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran

sangatlah penting untuk diurai di sini, karena inilah masa klimaks dan

penting-nya perjuangan dan kemenangan Islam di bawah komando Imam

Khomeini, sehingga suatu kebenaran dapat berdiri tegak tanpa ragu di

hadapan dunia internasional.

Masa pergolakan politik di Iran dimulai dengan naiknya Reza Khan pada

1924 hingga tumbangnya Muhammad Reza Pahlevi pada 1979. kedua raja

Pahlevi ini terus berupaya melemahkan posisi Islam di Persia untuk

menggantikannya dengan peradaban Barat. Guna melancarkan tujuannya itu,

pembunuhan terhadap para pemimpin Islam yang menghalangi niat mereka

16

(35)

pun dilakukan. Saat itu kehidupan rakyat Iran secara ekonomi lemah, korupsi,

intervensi Barat, penjauhan diri dari kebudayaan Islam dengan

penyalahgunaan media radio, televisi, dan surat kabar.17 Atribut agama seperti

busana muslimah, pendidikan alquran, shalat jamaah, khutbah, dan lain

sebagainya dilarang keras.18

Melihat keadaan ini, Imam Khomeini merasa terpanggil untuk melakukan

penentangan politiknya bersama ulama-ulama lain. Hingga pada 1941, saat

dirasa oleh Imam kebobrokan Reza Khan terhadap Islam harus dibongkar,

pada usia 39, ia menulis buku yang berjudul Kasyf Al-Asyrar (membongkar

rahasia). Saat itu ia baru bergelar Hujjatul Islam, secara jelas ia nyatakan

reza Khan adalah antek Inggris, tiran, koruptor, dan penguasa anti Islam.19

Karir politik Imam Khomeini secara terang-terangan bermula pada tahun

1963 , setelah Reza Syah di tahun 1962 mengesahkan RUU DPRD yang

memuat pasal posisi Islam dilemahkan, di antaranya penghapusan syarat

keislaman bagi calon anggota dewan, menghapus sumpah dengan alquran, dan

lain sebagainya.20 Karena itu, pada Maret 1963, Imam berpidato dengan

lancang mengeluarkan kecaman atas Syah secara terbuka.21

Di tahun 1963, Imam mulai dikenal luas karena protes keras-nya pada

kebijakan Syah di bidang pertanahan yang justru ini akan menghancurkan

17

Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, h. 9

18

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 7

19

Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, h. 112

20

Ibid

21

(36)

secara total ekonomi agraris di Iran. Selain itu kebijakan itu juga akan

membuat rakyat menjadi budak sejumlah konglomerat yang didominasi oleh

keluarga kerajaan, sekelompok orang kaya Iran, dan perusahaan asing. Imam

menyerukan perlawanan terhadap Syah yang memusuhi Islam, terutama saat

Syah menyetujui desakan AS untuk menetapkan undang-undang mengenai

kekebalan personil militer AS di Iran. Dalam penilaian Imam konsesi yang

telah diberikan Syah kepada AS itu telah menghina rakyat Iran dan kaum

muslim secara umum.22

Tahun 1963 pula Imam ditangkap polisi oleh tentara rahasia Syah seusai

menyampaikan pidatonya di madrasah pimpinannya di kota Qum. Ia dibawa

ke Teheran dan ditahan di pinggir Qasr. Namun, akibat tekanan rakyat, para

pendukung Imam Khomeini turun ke jalan, di kota melakukan pemogokan

hingga adanya kerusuhan yang menewaskan 15 ribu orang di Teheran dan 400

ribu di Qum, akhirnya kurang dari setahun, Imam Khomeini dibebaskan.23

Pasca dibebaskan, Imam Khomeini malah memerhebat serangannya ke

rezim Syah. Ia kembali dijebloskan ke penjara. Pada November 1964, ia

diasingkan ke Bursa di Turki. Setelah setahun, pengasingannya berpindah ke

Najaf Irak. Najaf adalah kota suci kaum Syiah, maka Imam Khomeini dalam

pengasingannya ini mengeluarkan pernyataan keras akan peristiwa-peristiwa

yang terjadi di negerinya. Pernyataannya ampuh membuat opini publik dan

22

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 53

23

(37)

respon dari pengikutnya.24 Imam dalam berbagai kesempatan memimpin

gerakan perlawanan. Pidatonya dalam bahasa Persia, pernyataan tertulisnya,

dan instruksi politik dengan cepat tersebar di Iran. Jaringan perlawanan yang

diciptakan Imam dikendalikan oleh kaum Mullah, kaum universitas, dan kaum

bazari (pedagang) meneruskannya ke seluruh pelosok di Iran, sehingga rakyat

tetap berada dalam kendali Imam. Pada 7 Januari 1978 surat kabar resmi

pemerintah Iran memuat tulisan menghina kaum ulama karena dianggap

menolak modernisasi. Maka demonstrasi kaum Mullah di kota Qum terjadi.

Puluhan korban jatuh di pihak Mullah dan rakyat pendukung mereka. Imam

menjadikan peristiwa ini momentum untuk menggerakkan rakyat secara

massal menentang Syah.25 Melihat aksi Imam ini, Syah Reza meminta

penguasa Iran mengusir Imam Khomeini dan pada 4 Oktober 1978 Imam

diusir dari Irak.26

Awalnya Imam ingin tinggal di Kuwait, tetapi pemerintah Kuwait

menolak karena penguasa negeri-negeri muslim ditekan untuk tidak

mengizinkan tinggal di wilayah-nya oleh Syah. Akhirnya, ia tinggal di Paris

yang pemerintahnya bersedia menerimanya. Di kota ini ternyata memberi

akses publisitas bagi aktivitasnya memimpin pergolakan negeri Iran.27

24

Ibid, h. 113

25

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 54

26

Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, h. 113

27

(38)

Perjuangan menuju Revolusi Islam Iran, termasuk saat di pengasingan,

Imam selalu mengingatkan rakyat Islam Iran untuk selalu mengobarkan

semangat mereka agar berkeyakinan bahwa bahwa Islam pasti menang,

melalui pesan-pesannya, baik dalam bentuk tulisan/cetak maupun kaset-kaset

yang diselundupkan ke Iran dan disebarluaskan oleh para pejuang.28

Setelah kurang lebih empat bulan di Paris, Perancis, Imam yang melihat

bahwa Rezim Pahlevi tak diakui rakyat lagi, meski secara formal masih aktif,

rakyat sangat mendambakan kehadiran Imam di tengah mereka, akhirnya

Imam memutuskan kembali ke Iran, kendati diancam dibunuh setibanya di

Teheran, tetapi tekad Imam bulat. Ia harus kembali ke Iran untuk berjuang

bersama rakyatnya. 1 Februari 1979 Imam menapakkan kakinya kembali ke

Iran setelah 14 tahun masa pembuangan. Dari airport Mehrabad, Teheran,

Imam langsung menuju ke pemakaman Behesyte Zahra untuk memberi pidato

bersejarahnya.

Pada 11 Februari 1979 Dinasti Pahlevi tumbang dan berdirilah negara

Islam di bawah pimpinan Imam Khomeini. Pada 1 April 1979 rakyat diminta

memberikan suaranya melalui referendum nasional, apakah setuju atau

menolak pemerintahan Republik Islam. Ternyata 98,2 % rakyat memberi

suara setuju sehingga resmilah berdiri Republik Islam Iran pada tanggal 1

28

(39)

April 1979.29 Imam Khomeini dipilih sebagai penguasa tertinggi Iran dalam

sistem Republik Islam oleh rakyatnya yang berdasar wilayat alfaqih.30

Setelah masa 10 tahun kepemimpinannya, Minggu terakhir Mei 1989,

Imam Khomeini jatuh sakit karena pendarahan lambung. Ia dirawat di rumah

sakit Teheran. Akhirnya, pada Minggu 29 Syawwal 1409 (3 Juni 1989) Imam

Khomeini wafat.31 Ia ternyata ulama dan pemimpin yang sangat dicintai oleh

rakyatnya. Ini terbukti saat wafat Imam tak kurang sembilan juta rakyat

mengantarkan Imam ke pemakaman terakhirnya yakni pemakaman Behesyte

Zahra’ di luar kota Teheran.32

D. Sosok Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini

Imam Khomeini adalah sosok da’i yang berilmu luas terutama dalam bidang

ilmu ’irfan (tasawuf), fiqh, ushul fiqh, dan filsafat. Dengan kemahirannya dalam

bidang ilmu tersebut. Pada usia 27 tahun, seusai merampungkan studinya, ia

mencurahkan pemikirannya untuk kemajuan agama melalui mengajar di berbagai

tempat seperti universitas, masjid-masjid, dan lain sebagainya sebagai majlis ilmu

untuk kuliah fiqh, ushul fiqh, akhlak, dan filsafat.

29

Ibid, h. 20

30

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h.54

31

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 85

32

(40)

Saat mengajar, Imam terkadang kecewa jika muridnya tidak bertanya atau

kritis terhadap materi yang telah diberikan. Imam selalu melatih muridnya untuk

berpikir mandiri dan berkembang sebagai peneliti sejati yang berpikiran kritis. 33

Imam Khomeini pun menuangkan ilmu dan pemikirannya dengan memberi

fatwa dan ijtihadnya untuk menyelesaikan masalah umat Islam demi kebaikan

kehidupan umat Islam. Imam pun berdakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam).

Banyak telah kita lihat karya-karya beliau di bidang tasawuf, filsafat, dan akhlak.

Terutama buku Kasyful Asrar untuk tiran Syah yang menghentakkan publik.

Inilah salah satu contoh ketegasan Imam Khomeini dalam ber-amar ma’ruf nahi

munkar (mengajak kepada yang makruf/baik dan melarang kepada yang

munkar/buruk).

Bagi Imam Khomeini Islam adalah segala-galanya, karena itu beliau rela

berkorban demi kejayaan Islam. Jika Islam diganggu ia akan marah dan

membelanya mati-matian.34 Imam Khomeini pun sangat mencintai Rasulullah

Saw dan meyakini kebenaran mutlak alquran. Hal ini membuat Khomeini bagi

sebagian orang dikenal seorang ulama yang keras, tak kenal kompromi, dan

disebut sebagai khalifah ortodoksi agama.35 Orang-orang yang telah menghina

dan menghujat kesucian Islam, beliau tak segan-segan menghukumnya bahkan

membunuhnya. Karena itu, orang menganggap kelemahannya yang terbesar ada

di bidang hak asasi manusia (HAM). Dia menganggap semua penentang

33

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 82

34

Ibid, 23-24

35

(41)

pemerintahan Islam adalah kafir, maka ia harus disingkirkan demi kepentingan

negara dan Islam. Orang yang tak sependapat dengannya diperlakukan dengan

tegas.36

Kasus Salman Rusydi misalnya, ia menghina Rasulullah Saw dan alquran

melalui bukunya Ayat-Ayat Setan, Imam mengeluarkan fatwanya yaitu hukuman

mati bagi Salman Rusydi di mana pun ia berada. Ia tak peduli hukuman ini dapat

menyebabkan hubungan Iran dengan Barat akan kelabu, karena baginya

konspirasi busuk dan pembela Baratnya atas nama HAM mutlak dihukum keras

guna tak ada lagi pihak yang berani menghina Islam dan kaum muslimin.37

Namun demikian, di balik ”kegarangan” sikap Imam Khomeini itu, ternyata

ia lemah lembut terhadap kaum mustadh’afin (kaum lemah). Imam sangat

membela mereka. Pasca Revolusi Islam, Imam menggalang upaya perbaikan

nasib kaum lemah dan tertindas dengan mengadakan berbagai program

peningkatan kesejahteraan di berbagai bidang.38 Pembentukan Yayasan

Mustadh’afin contohnya, didirikan untuk kesejahteraan masyarakat tertindas

untuk memanfaatkan kekayaan negeri mereka yang terpasung untuk mereka

kecap saat rezim Syah.39 Selain itu, produksi industri diberikan kepada pribumi

Iran bukan diserahkan kepada para ahli asing seperti yang dilakukan Syah.40

Berbagai pusat pemberantasan buta huruf didirikan di seluruh pelosok negara

36

Ibid, h. 99

37

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h.28-29

38

Ibid, h.27

39

Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, h. 95

40

(42)

hingga di daerah pedusunan. Hasilnya sejumlah rakyat lumayan besar menjadi

melek huruf. 41

Imam Khomeini dikenal sebagai pribadi yang sangat jujur, ikhlas dalam

melakukan sesuatu dan tak pernah mau dipuji. Justru ia cemas dan gelisah bila

seseorang menyanjung karakteristik moral dan sosialnya. Banyak pihak yang

menyebut Imam Khomeini sebagai perwujudan spiritual dan akhlak Islam. Dalam

pandangan Hujjatul Islam Muhammad Ali Ansari yang juga kepala Pusat

Penerbitan Karya-Karya Imam Khomeini, Imam tak pernah mencari popularitas.

Ia tak peduli akan penilaian manusia, para negarawan atau pemerintah. Melainkan

pergerakannya itu untuk kemajuan dalam aspek moral, dalam penyempurnaan

moralnya, dan pengenalannya akan Tuhan.42 Memang, keberserahan diri Imam

kepada Allah Swt terpancar dari kekokohan imannya. Ia tak pernah takut apa pun

kecuali pada Allah Swt. 43

Imam Khomeini terkenal sebagai ulama memiliki integritas tinggi juga

seorang yang zuhud (tak silau dunia). Harta yang dimiliki Imam hingga akhir

hayatnya hanyalah sebuah rumah sederhana yang telah diwakafkan pada Dewan

Revolusi, alat masaknya, tempat duduk belajar sekaligus untuk tidurnya, serta

beberapa buku dan alat ibadah.44 Di kota Qum, tempat tinggalnya, meski ia

penguasa tertinggi di Iran, Imam hanya menumpang di beberapa kamar yang ada

41

Ibid, h. 79

42

Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 81-82

43

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 26

44

(43)

di Husainiyyah (surau) Jamaran, Teheran Utara.45 Hingga akhir hayatnya Imam

hanya tinggal di kontrakan rumah petak berukuran 3x5 meter sekaligus sebagai

tempat menerima tamu dan para duta besar.46 Pakaian sehari-harinya pun seperti

rakyat biasa tak ada yang istimewa.47 Pasca wafat Imam, jutaan orang yang

berkunjung ke rumah Imam, tercengang seakan tak percaya bahwa seorang

pemimpin revolusi yang spektakuler di abad ke dua puluh ini hidup amat

sederhana.48

Sebagai seorang pemimpin, Imam telah menunjukkan bahwa gerakannya

menumpas tiran Syah Reza di Iran yang mengesampingkan Islam, peran ulama,

bahkan tanah airnya rela dijadikan boneka oleh Barat, adalah gerakan komunal

yang solid hingga mampu menggulingkan tiran tersebut. Ini karena Imam

Khomeini amat memahami pentingnya sebuah persatuan. Imam Khomeini

merangkul semua kalangan, mulai dari para ulama, para mahasiswa dan kalangan

intelektual universitas, para pedagang (bazari), hingga rakyat jelata korban

penindasan rezim Syah Reza. 49

Perihal pandangan sebagian orang bahwa Imam otoriter semasa memimpin,

ternyata Imam menghargai hak rakyatnya. Terutama dalam hal menentukan

pemimpinnya. Konsep Wilayat Al-faqih yang kemudian diterjemahkan dalam

45

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 55

46

Rommy Fibri, Mendiang Khomeini Tinggal di Rumah Sederhana, artikel diakses pada 7 Maret 2008 di http://www.liputan6.com/luarnegeri/?id=148058.

47

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 55

48

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, h. 44

49

(44)

UUD Republik Islam Iran, presiden sebagai otoritas kekuasaan eksekutif, dipilih

langsung oleh rakyat.hingga saat ini, 26 tahun pasca Revolusi Islam Iran, telah

berlangsung delapan kali pemilihan presiden.50

Namun demikian, sebagai manusia biasa, kelemahan kepemimpinan Imam

Khomeini dalam memimpin Republik Islam Iran tetaplah ada. Salah satunya

Imam kurang campur tangan dalam banyak soal non-agama, seperti inflasi,

perdagangan luar negeri, sektor swasta dalam ekonomi, dan lain sebagainya,

sehingga ini menjadi sumber perdebatan di kalangan pejabat.51

E. Karya-Karya Imam Khomeini

Imam Khomeini meninggalkan puluhan kitab dan karya-karya yang berharga

dalam kajian akhlak, , fikih, ushul, filsafat, politik dan sosiologi. Tapi sayangnya

sebagian besar dari kitab karyanya hilang saat ia berpindah dari rumah

kontrakannya dan saat penggerebekan berulang kali yang dilakukan oleh anggota

Savak di rumah dan perpustakaan pribadinya. Imam Khomeini terkenal memiliki

tulisan yang baik, sistematis dan lugas. Bahkan gaya prosa yang dituangkan

50

Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h.31

51

(45)

dalam tulisannya memengaruhi perubahan dalam sastra agama dan politik di Iran

hingga saat ini.52

Di bawah ini beberapa karya tulis Imam Khomeini:53

1. Syarah Do’a Sahar

Kitab ini membahas ’irfan, filsafat, dan teologi yang tinggi. Di dalamnya

menggunkan ayat-ayat alquran sebagai dalil (penguat) dan riwayat ahlul bait

saat menjelaskan doa mubahalah yang terkenal dengan doa sahar. Awalnya

kitab yang berisi 239 halaman ini ditulis oleh Imam dalam bahasa Arab pada

1347 H, lalu diterjemahkan ke bahasa Persia.

2. Al-Hasyiyah ’ala Syarhi al-Fawa’id ar-Radawiyyah

Kitab ’irfani ini berisi pendapat Imam Khomeini atas kitab Syarhi al-Fawaid

ar-Ridhawiyyah karya al-Qadhi Sa’id al-Qummi.

3. Syarah Hadits Junud al-’Aql wa al-Jahl

Kitab ini adalah karya berharga Imam dalam bidang akhlak. Kitab setebal 800

halaman ini berisi pandangan Imam tentang teologis, moral, dan mistik

dengan metode yang jelas.

4. Misbah al-Hidayah ila al-Khilafah wa al-Wilayah

52

Imam Khomeini Qs: Pemimpin Revolusi, artikel diakses 7 Maret 2008 dari http://www.telagahikmah.org/main/jejak/007.htm

53

(46)

Kitab setebal 315 halaman ini dinilai termasuk karya yang terdalam dan

cemerlang dalam bidang ‘irfan Islam di masa saat ini. Imam

menyelesaikannya pada 1349 H (1930 M) di usia 28 tahun.

5. Al-Hasyiyah ‘ala Syarhi Fushush al-Hikam

Kitab Fusus al-Hikam adalah karya monumental Muhyiddin bin Arabi, kitab

ini memiliki berbagai syarah, di antara yang terbaik adalah Syarah al-Qaisari.

Imam Khomeini menulisnya tahun 1355 H dalam bentuk komentar dalam

bahasa Arab atas syarah Fushus al-Hikam karya Qaisari. Buku ini

menunjukkan jangkauan pengetahuannya terhadap pendapat tokoh-tokoh

besar tasawuf seperti Syaikhul Akbar (gelar Ibnu ‘Arabi), Qunawi, Mulla

Abdur Razaq al-Kasyani, Farghani, dan al-Qaishari.

6. Al- Hasyiyah ‘ala Misbah al-Uns

Kitab Misbah al-Uns bainal Ma’qul wal Masyhur merupakan syarah yang

ditulis oleh Muhammad bin Hamzah bin Muhammad al-Ghifari atas kitab

Miftahul Ghaib, karya Abul Ma’ali Muhammad bin Ishaq al-Qunawi (ia

termasuk murid Muhyiddin Ibn ‘Arabi yang menonjol) yang membahas tema

‘irfan teoritis. Imam Khomeini menulis pendapat dan kritiknya yang ilmiah

atas kitab tersebut dalam bentuk komentar yang memuat sepertiga kitab. Buku

ini ditulis pada 1355 H (1936 M).

7. Syarah ‘Arbain Hadits

Karya ini adalah salah satu peninggalan berharga Imam Khomeini dalam

(47)

memuat 40 hadis dari hadis para Imam yang suci yang terdapat dalam kitab

Usul al-Kafi.

8. Sirru as-Salah (Salah al’Arifin wal Mi’raj al-Salikin)

Kitab setebal 266 halaman ini menjelaskan rahasia spriritual dan mistik shalat.

Imam merampungkan pada 1358 H (1942 M).

9. Adab Ash-Salah

Imam menulis kitab ini tahun 1361 H (1942 M) setelah mengarang kitab Sirru

ash Shalah. Imam menjelaskan secara terperinci adab-adab shalat dan rahasia

spiritualnya. Kitab ini berisi tema akhlak dan mistik ditulis dalam bahasa

Persia setebal 836 halaman.

10.Risalah Liqa’ullah

Risalah ini merupakan risalah singkat yang ditulis dalam bahasa Persia dan

membahas masalah mistik.

11.Al-Hasyiyah ’ala Asfar

Kitab ini adalah kumpulan pendapat-pendapat pilihan Imam Khomeini

terhadap pendapat para filosof termasuk saat ia mengajar filsafat di Qum

dengan melontarkan pendapatnya dari kajian ini.

12.Kasyful Asrar

Ini adalah buku politik, teologi, dan sosial. Imam menulisnya pada 1364 H

(1994 M) yakni selang dua tahun tumbangnya Reza Khan. Di sini Imam

(48)

menyudutkan agama dan para ulama dalam kitabnya Asrar Hizar Salih. Kitab

setebal 334 halaman ini membahas masalah pemerintahan Islam dan wilayah

al-faqih serta membongkar berbagai politik anti agama yang dipraktekkan

oleh Ridha Khan dan mereka yang sejalan dengannya di berbagai negeri Islam

saat ini.

13.Anwar al-Hidayah fi at-Ta’liqah ‘ala al-Kifayah

Kitab ini membahas kajian-kajian rasional dalam ilmu ushul fiqh. Ditulis

dalam bahasa Arab dalam bentuk komentar atas kitab Kifayatul Usul karya

Ayatullah Akhun al-Khurasani. Dirampungkan pada 1368 H (1949 M) kitab

ini menjelaskan mazhab Imam Khomeini dalam bidang usul Fiqh.

14.Bada’i ad-Durar fi Qa’idati Nafyu Dharar

Kitab ini ditulis Imam dalam bahasa Arab membahas a Darar_ (tak

membahayakan) yang penting dalam kaidah fiqh. Tulisannya ini rampung

pada 1950 M.

15.Risalah al-Istishab

Ini adalah risalah ijtihad yang terperinci yang ditulis Imam dalam bahasa

Arab. Kitab ini terhitung sebagai kitab yang penting di bidang ilmu usul fiqh

yang selesai ditulis tahun 1370 H (1951 M) dan tebal 290 halaman.

(49)

Risalah ini merupakan kajian penyempurna dalam ilmu ushul fiqh yang

bertolak ukur dalam memilih dalil saat adanya kontradiksi dalam berbagai

dalil.

17.Risalah al-Ijtihad wa at-Taqlid

Ijtihad dan taqlid termasuk kajian penyempurna yang penting dalam ilmu

ushul fiqh. Ini memuat argumentasi atas berbagai pendapatnya dalam risalah

ini.

18.Manahij al-Wushul ila ’Ilmi al-Ushul

Ini adalah kitab tahqiq dan ijtihad dalam kajian lafaz-lafaz ilmu ushul fiqh.

Ditulis dalam bahasa Arab yang selesai penulisannya pada 1371 H (1952 M).

19.Risalah fi ath-Thalab wa al-Iradah

Ini merupakan kitab usul, filsafat, dan ‘irfan. Ditulis dalam bahasa Arab yang

rampung penulisannya pada 1371 H (1952 M).

20.Risalah fi at-Taqiyyah

Kitab ini adalah risalah fiqh dan ijtihad yang ditulis dalam bahasa Arab dalam

pembahasan Taqiyyah_ pada tahun 1372 H (1953 M). Di sini Imam

menjelaskan bahwa filsafat (hikmah) keharusan mempraktekkan taqiyyah

karena untuk menjaga agama, bukan malah menghilangkannya.

21.Risalah fi Qa’idah Man Malak

Ini merupakan risalah ijtihad dalam kaidah fiqh yang berjudul Qaidah Man

Malak.

(50)

Risalah fiqh argumentatif menjelaskan cara menentukan terbitnya fajar pada

malam bulan purnama (layali muqmarah), risalah ini dicetak tahun 1988 di

Qum.

23.Furu’ ’Ilmu Ijmali

Risalah fiqh ini adalah transkripsi dari pembahasan Furu’ ’Ilm ijmali yang

mengetengahkan berbagai masalah keraguan yang terdapat ketika

mengerjakan shalat.

24.Maudu’ Ilm Usul

Ini risalah ringkas yang membahas pemikiran Imam tentang tema ilmu dan

ilmu usul fiqh.

25.Tanzil al-’Illat at-Tasyri’iyyah ’ala at-Takwiniyah

Risalah pendek ini mengkritisi pandangan seorang Ayatullah Agung Haji

Syaikh Abdul Karim Hairi Yazdi.

26.Kitab at-Taharah

Kitab ini membahas tentang Thaharah (bersuci) dengan menggunakan metode

fiqh argumentatif dan ijtihad. Kitab ini ditulis oleh Imam Khomeini dalam

bahasa Arab antara tahun 1373 dan 1377 H (1954 dan 1958 M) tebalnya 1.202

halaman terdiri dari empat jilid.

27.Ta’liqah alal ’Urwatil Wutsqa

Ini komentar Imam Khomeini atas berbagai masalah yang terdapat dalam

(51)

Thaba’thaba’i al-Yazdi yang terkenal. Kitab ini mencakup fatwa-fatwa Imam

dalam berbagai bidang fiqh yang rampung ditulis tahun 1956).

28.Al-Makasib al-Muharramah

Kitab ini adalah kajian ijtihad di bidang fiqh argumentatif yang membahas

berbagai macam usaha (pendapatan/keuntungan) yang diharamkan dan

berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah ini. Selain itu memuat

kajian menarik seputar hukum musik, nyanyian, lukisan, dan pahatan. Imam

menulisnya pada antara tahun 1956 dan 1961 dalam bahasa Arab setebal 612

halaman.

29.Ta’liqah ’ala Wasilah an-Najah

Komentar yang ditulis Imam atas kitab Wasilah an Najah (Risalah Amaliah,

karya Ayatullah Agung Sayyid Abu Hasan al-Isfahani). Kitab ini memuat

fatwa-fatwa Imam atas berbagai masalah yang terdapat dalam kitab Wasilah

an-Najah.

30.Risalah Najatul ’Ibad

Risalah ini memuat berbagai fatwa Imam Khomeini dalam hukum-hukum

fiqh. Ditulis Imam dalam bahasa Persia terdiri dari tiga jilid.

31.Al-Hasyiyah ’ala Risalah al-Irts

Risalah ini adalah komentar yang ditulis Imam atas kitab Risalah al-Irts karya

al-Haj Mulla Hasyim al-Khurasani, penulis kitab Muntakhab at-Tawarikh.

(52)

32.Taqrirat Darsi al-Usul li ayatullah al-Uzma al-Burujerdi

Imam menulis catatannya dalam kitab ini berkaitan dengan pelajaran ushul

yang dihadirinya di samping Ayatullah Burujerdi. Kitab ini ditulis dalam

bahasa Arab.

33.Taudihul Masail (Risalah ‘Amaliah)

Kitab ini memuat fatwa-fatwa Imam Khomeini di berbagai bidang fiqh.

Ditulis Imam dalam bahasa Persia hingga menjadi Risalah Amaliah yang

dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang mengikuti fatwanya.

34.Manasik al-Hajj

Kitab yang diterbitkan pada tahun 1991 M dengan tebal 272 halaman ini

memuat fatwa-fatwa Imam Khomeini seputar amalan dan manasik haji.

35.Tahrir al-Wasilah

Kitab ini berisi fatwa-fatwa Imam Khomeini. Ditulis dalam bahasa Arab

setebal 1309 (dua jilid). Imam menulisnya ketika berada di pengasingan di

Turki pada antara tahun 1964 dan 1965.

36.Kitab al-Ba’i

Kitab setebal 2371 halaman ini merupakan karya berharga Imam di bidang

fiqh argumentatif yang membahas tentang jual-beli dan perdagangan. Ditulis

Imam pada tahun 1961 dan 1976.

(53)

Kitab ini memuat berbagai pendapat ijtihad Imam Khomeini dalam masalah

prinsip pemerintahan Islam dan kemustahilan terpisahnya agama dengan

politik dan wilayah al-faqih.

38.al-Jihad al-akbar (Jihad an-Nafs)

Risalah ini merupakan pelajaran Imam seputar perlunya mendidik jiwa. Meski

ditulis secara singkat, tetapi ia memuat banyak hal pendidikan, politik, dan

akhlak.

39.Tafsir Surah al-Hamd

Ini merupakan kitab tafsir tasawuf atas surat al-Fatihah. Kitab ini berasal dari

ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Imam pada tahun 1980.

40.Istifta’at

Ini adalah kumpulan fatwa Imam sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan

syar’i kaum muslim mengenai fiqh yang beragam, khususnya masalah yang

kontemporer.

41.Diwan Syi’r

Kitab setebal 445 halaman ini adalah kumpulan syair qasidah terakhir (syair

yang lain hilang) dari karya Imam Khomeini saat Imam pindah dari

kontrakannya dan saat penggerebekan berulang kali yang dilakukan oleh di

rumahnya dan perpustakaan pribadinya.

42.Ar-Rasail al- Irfaniyyah

Imam menulis beberapa risalah untuk keluarganya dan sanak saudaranya

(54)

43.Al-Bayanat, wal Ahadis, wal Liqa’at, wal ahkam, war Rasail

Buku yang terdiri dari 22 jilid ini memuat aksi-aksi lengkap politik dan sosial

Imam Khomeini. Sebagaimana kitab karya-karyanya yang lebih dahulu terbit,

Imam juga menyebutkan berbagai pendapat dan bimbingan politik, sosial, dan

agama melalui ratusan ceramah, pernyataan, surat Imam kepada berbagai

tokoh politik dan agama Iran dan di luar negeri selama bertahun-tahun.

44.Al-Wasiyyah as-Siyasah al-Ilahiyyah

Buku ini memuat penjelasan-penjelasan Imam Khomeini yang paling

dikenang dan abadi. Di dalamnya berisi pembicaraan Imam kepada generasi

masa kini serta merupakan wasiat politik dan sosial di berbagai masyarakat

Islam atau umum dengan analisa yang tajam dan nasihat yang penuh kasih

sayang.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah dijelaskan di depan, bahwa suasana kehidupan beragama di desa Sitiarjo menunjukkan suasana yang menggembirakan, dimana antara agama satu dengan yang lain

1) Menurut hasil prediksi dengan metode Grover, Altman Z- Score dan Springate diperoleh kesimpulan bahwa PT Solusi Bangun Indonesia Tbk berada dalam kondisi

Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model Borg and Gall yang terdiri dari tujuh tahapan yaitu analisis kebutuhan, pembuatan rancangan produk awal, evaluasi para ahli, uji

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai bidang urusan pemerintahan selama

Karena kompleksitas waktu dari algoritma- algorima tsb cukup besar, maka orang-orang berusaha untuk menemukan cara agar dapat mencari pohon merentang minimum dengan

Sehamsnya agar ti- dak teijadi penyalahgunaan dalam penerapan isi pasal, titik tekan da lam produk hukum perkawinan Indonesia mengacu pada fomena sosial bahwa perkawinan antar

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu jumlah penduduk Kota Sorong sampai dengan tahun 2026, besar kebutuhan air

Di Gardu Induk 150KV Bawen peralatan proteksi mendapatkan sumber daya DC dari baterai 110 Volt DC peralatan seperti rele, pembaca alat ukur, motor penggerak pada PMT