• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjalanan Sejarah Grup Adaro

Dalam dokumen AR ADARO 2016 Final (Halaman 50-52)

2011

Adaro establishes a presence in South Sumatra by acquiring two coal concessions, PT Mustika Indah Permai (MIP) and PT Bukit Enim Energi (BEE).

Adaro menjejakkan kakinya di Sumatera Selatan melalui akuisisi dua konsesi batubara, yakni PT Mustika Indah Permai (MIP) and PT Bukit Enim Energi (BEE). PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) signs a Power Purchase Agreement with PT PLN (Persero) for a 2x1,000 MW power project in Central Java (Adaro Power owns 34% of BPI).

PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) menandatangani

Perjanjian Jual Beli Listrik dengan PT PLN (Persero) untuk proyek pembangkit listrik 2x1000 MW di Jawa Tengah (Adaro Power memiliki 34% kepemilikan atas BPI).

2012

Adaro signs option agreements to acquire up to 90% of PT Bhakti Energi Persada (BEP), a coal concession owner in East Kalimantan. Adaro menandatangani perjanjian opsi untuk mengakuisisi sampai 90% kepemilikan atas PT Bhakti Energi Persada (BEP), suatu konsesi batubara di Kalimantan Timur.

2013

Adaro acquires SCM, LS A and PCS which are three IUP s near AI’s operations.

Adaro mengakuisisi SCM , LSA dan PCS , yang memiliki tiga IUP pada konsesi di dekat wilayah operasional AI.

2014

AI invokes a call option for early repayment of its US $800 million guaranteed Senior Notes. AI menggunakan opsi beli (call option) untuk pembayaran dipercepat terhadap Guaranteed Senior Notes sebesar AS $800 juta. PT Tanjung Power Indonesia (TPI) signs a PP A for 2x100 MW coal ired IPP in South Kalimantan (Adaro Power owns 65% of TPI).

PT Tanjung Power Indonesia (TPI) menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik dengan PT PLn (Persero) untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2x100 MW di Kalimantan Selatan (Adaro memiliki 65% kepemilikan atas TPI).

2015

Indonesian President Joko Widodo in August inaugurates

construction of the Central Java Power Project, a 2x1,000 MW coal-ired power plant owned by PT Bhimasena Power Indonesia, in which Adaro Power has a 34% stake.

Presiden Joko Widodo meresmikan konstruksi pembangkit listrik berbahan bakar batubara 2x1000 MW di Batang, Jawa Tengah, milik PT Bhimasena Power Indonesia, yang 34% sahamnya dimiliki oleh Adaro Power.

2016

AE completed the acquisition of 75% interest in IndoMet Coal Project from BHP Billiton.

AE menyelesaikan akuisisi 75% kepemilikan BHP Billiton di IndoMet Coal Project

BPI achieved inancial close for its 2x1,000 MW power project in Central Java.

BPI mencapai inancial close untuk proyek pembangkit listrik 2x1.000 MW di Jawa Tengah.

Thermal coal market in 2016

2016 was the year which saw the global thermal coal seaborne market experiencing volatile market conditions. After a period of oversupply in the market early in the year, which depressed coal prices, China implemented a major supply-side reform starting in the second quarter. The reform saw a turnaround of the market and market prices due to the reduced availability of supply.

China, with the aim to control coal production and eliminate excess capacity, introduced a policy to limit working days at domestic coal mines to a maximum of 276 days annually. The implementation of this saw a shortage of supply in China’s domestic market and led the Chinese domestic utilities to turn to the seaborne market, which caused supply shortages in this market.

On top of the supply curbs from China, challenges due to weather and infrastructure were faced by producers in Indonesia, Russia, Colombia and Australia which further tightened coal supply in the seaborne market. An unexpected large surge in coal prices to multi-year highs occurred in China and in the rest of seaborne market in the second half of the year, which once again proved China’s inluence over the supply/demand balance and thereby prices. Following the rally in coal prices, China relaxed its policy of limiting working days to ensure enough supply in their domestic market.

The supply shock in China increased its coal demand from the seaborne market, despite initial expectation of lower imports. China thermal coal imports grew by 30% y-o-y to around 185 Mt, higher than India’s 158 Mt, making China the number one coal importer in 2016. The majority of China’s imports came from Indonesia followed by Australia, Mongolia and Russia. Aside from China and the Southeast Asia region, demand from other countries in the seaborne market was tepid.

Pasar batubara termal di tahun 2016

Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi pasar batubara termal lintas samudera dunia. Setelah masa kelebihan pasokan di pasar yang terjadi di awal tahun, yang menekan harga batubara, China melakukan

reformasi signiikan pada sisi suplai di kuartal kedua.

Hal ini mengakibatkan kondisi pasar dan harga berbalik akibat berkurangnya ketersediaan pasokan.

China, dengan tujuan mengendalikan produksi batubara dan menghapuskan kelebihan kapasitas, mengeluarkan kebijakan untuk membatasi hari kerja di tambang batubara domestik menjadi maksimum 276 hari dalam setahun. Penerapan kebijakan ini mengakibatkan kekurangan pasokan di pasar domestik China dan mendorong pembangkit listrik di negara tersebut untuk membeli batubara dari pasar batubara lintas samudera, sehingga pasar ini mengalami kekurangan pasokan. Selain dari pengendalian suplai oleh China, produsen batubara di Indonesia, Rusia, Kolombia dan Australia menghadapi tantangan cuaca dan infrastruktur yang semakin mengetatkan suplai di pasar lintas samudera. Melesatnya harga batubara hingga mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir kemudian secara tak terduga terjadi di China dan pasar lintas samudera lainnya di semester kedua 2016, yang sekali mengukuhkan pengaruh China terhadap keseimbangan suplai dan permintaan, dan karenanya juga mempengaruhi harga batubara. Setelah terjadi lonjakan harga batubara, China melonggarkan kebijakan pembatasan hari kerja demi memastikan kecukupan suplai di pasar domestik.

Goncangan suplai di China meningkatkan permintaan terhadap batubara negara tersebut di pasar lintas samudera, walaupun awalnya diperkirakan akan terjadi penurunan impor. Impor batubara termal oleh China tumbuh 30% y-o-y menjadi 185 Mt, lebih tinggi daripada India yang mengimpor 158 Mt, sehingga China menjadi negara pengimpor batubara terbesar di tahun 2016. Mayoritas impor China berasal dari Indonesia, diikuti oleh Australia, Mongolia dan Rusia. Selain dari China dan negara-negara Asia Tenggara, tidak banyak permintaan batubara dari negara lain di pasar lintas samudera.

REVIEW OF THE COAL MARKET

Dalam dokumen AR ADARO 2016 Final (Halaman 50-52)

Dokumen terkait