• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEUANGAN UNTUK TAHUN

Dalam dokumen AR ADARO 2016 Final (Halaman 104-116)

FINANCIAL PERFORMANCE REVIEW TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

TINJAUAN KEUANGAN UNTUK TAHUN

Di tengah volatilitas pasar batubara, PT Adaro Energy Tbk (AE) masih dapat membukukan hasil yang memuaskan dan mencapai target dengan dukungan keunggulan operasional dan disiplin biaya. Hasil tahun 2016 yang memuaskan menunjukkan daya tahan model bisnisnya yang terintegrasi secara vertikal. Pengembangan berkelanjutan terhadap tiga motor pertumbuhan AE telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang yang ada di sepanjang rantai pasokan, meningkatkan produktivitas, dan memberikan ruang keleluasaan dalam menghadapi volatilias pasar.

neraca yang sehat merupakan elemen penting untuk melindungi perusahaan dan mendukung pertumbuhan di masa yang sulit. AE menerapkan strategi untuk menjaga kas, memperkuat struktur permodalan, dan menjaga arus kas bebas yang solid. EBITDA operasi dan laba inti yang telah dihasilkan mencerminkan kekuatan laba AE yang fundamental. Selain itu, AE membayar dividen secara konsisten sekalipun dalam masa yang paling sulit, sebagai manifestasi komitmen manajemen untuk memberikan pengembalian kepada para pemegang saham dan terus menciptakan nilai.

Total produksi

Pada tahun 2016, Grup Adaro memproduksi 52,64 Mt batubara, atau naik 2% y-o-y, sesuai panduan produksi yang ditetapkan pada rentang 52 – 54 Mt. Tambang Tutupan meliputi 78% dari total produksi sedangkan sisanya diproduksi oleh tambang Paringin, Wara, Balangan Coal Companies, dan Adaro MetCoal Companies.

Sales volume

Total sales in 2016 were 54.09 Mt, a 2% growth y-o-y, with domestic sales accounted for 25% of total sales. This is consistent with our strategy to prioritize domestic volume and parallel with the 11% y-o-y increase in Indonesia’s domestic coal demand.

Overburden removal

We removed a total of 234.13 Mbcm in 2016, a decline of 12% y-o-y, with the blended average strip ratio of 4.45x. Although this was below our 4.71x planned strip ratio for 2016, on average we are still in the range of our life of mine strip ratio and are not affecting our long-term coal reserves. The lower strip ratio was mainly due to prolonged rain in our South Kalimantan operations.

Operating Segment | Segmen Operasi

  Revenue | Pendapatan Usaha Proit for the year | Laba Tahun Berjalan

(US$ million) | (AS$ juta) FY16 FY15 % Change

Perubahan % FY16 FY15

% Change

Perubahan %

Coal mining & trading

Pertambangan & perdagangan batubara 2,347 2,491 -6% 292        196 49%

Mining services Jasa pertambangan 111 123 -10% 38       20 90% Others Lainnya 66 70 -6% 33       (14) 336% Elimination Eliminasi - - - (22)        (50) 56%

Adaro Energy Group

Grup Adaro Energy 2,524 2,684 -6% 341        151 126%

Operating Segments

We are a vertically integrated coal and energy producer with three pillars of growth comprised of coal mining, mining services and logistics, and power. Currently, more than 90% of revenue still comes from our coal mining pillar. Non coal mining business continued to

contribute to our proitability with operational EBITDA

contribution of 31% in 2016. We continued to develop all three pillars of growth and contributions from our non-coal mining businesses will continue to expand and strengthen our business sustainability.

Volume penjualan

Total penjualan di tahun 2016 mencapai 54.09 Mt, atau naik 2% y-o-y, dengan penjualan domestik meliputi porsi 25% dari total penjualan. Hal ini sejalan dengan strategi untuk memprioritaskan volume dalam negeri dan paralel dengan peningkatan sebesar 11% y-o-y terhadap permintaan batubara domestik Indonesia.

Pengupasan lapisan penutup

Pengupasan lapisan penutup mencapai 234,13 Mbcm pada 2016, atau turun 12% y-o-y, dengan nisbah kupas gabungan rata-rata 4,45x. Walaupun lebih rendah daripada nisbah kupas yang direncanakan pada 4,71x untuk tahun 2016, secara rata-rata angka ini masih dalam rentang nisbah kupas umur tambang dan tidak mempengaruhi cadangan batubara jangka panjang. nisbah kupas yang lebih rendah ini terutama merupakan akibat musim hujan berkepanjangan di wilayah operasi perusahaan di Kalimantan Selatan.

Segmen Operasi

Grup Adaro adalah produsen batubara dan energi yang terintegrasi secara vertikal dengan tiga pilar pertumbuhan yaitu pertambangan batubara, jasa pertambangan dan logistik, dan ketenagalistrikan. Saat ini, lebih dari 90% pendapatan perusahaan masih berasal dari pilar pertambangan batubara. Bisnis non-pertambangan batubara terus berkontribusi terhadap profitabilitas dengan kontribusi EBITDA operasional sebesar 31% di tahun 2016. Perusahaan terus mengembangkan ketiga pilar pertumbuhan ini dan kontribusi bisnis non-pertambangan batubara akan terus meningkat dan memperkuat keberlanjutan bisnisnya.

Financial Performance | Kinerja Keuangan (US$ million, except otherwise stated)

(AS$ juta, kecuali dinyatakan lain) FY16 FY15 % Perubahan% Change

Net Revenue

Pendapatan usaha bersih 2,524 2,684 -6%

Cost of Revenue

Beban pokok pendapatan (1,839) (2,141) -14%

Gross Proit Laba kotor 685 543 26% Operating Income Laba usaha 588 332 77% Core Earnings1 Laba inti1 398 294 35% Operational EBITDA2 EBITDA operasional2 893 730 22% Total Assets Total aset 6,522 5,959 9% Total Liabilities Total kewajiban 2,736 2,606 5% Stockholders’ Equity

Modal pemegang saham 3,786 3,353 13%

Interest-Bearing Debt Utang berbunga 1,450 1,567 -7% Cash Kas 1,077 702 53% net Debt Utang bersih 373 865 -57% Capital Expenditure3 Belanja modal3 80 98 -18%

Free Cash Flow4

Arus kas bebas4 479 458 5%

1) Proit for the year excluding non-operational accounting items net of tax (amortization of mining properties, prior year tax assessment, gain on acquisition, impairment of goodwill, impairment of mining properties, other provisions).

2) EBITDA excluding foreign exchange gain, prior year tax assessment, gain on acquisition, impairment of goodwill, impairment of mining properties, other provisions.

3) Regular capital expenditure consists of regular capital spending excluding non-recurring capital spending. Total capital expenditures deined as: Purchase of ixed assets – proceed from disposal of ixed assets + payment for addition of mining properties + addition of ixed assets through inance lease. 4) Operational EBITDA – taxes – change in net working capital – capital expenditure (including non-recurring capital expenditure,

excluding addition of ixed assets through inance lease).

1) Laba tahun berjalan tidak termasuk komponen akuntansi non operasional setelah dikurangi pajak (amortisasi properti pertambangan, hasil pemeriksaan pajak tahun sebelumnya, keuntungan dari akuisisi, penurunan nilai goodwill, penurunan nilai properti pertambangan, provisi lainnya).

2) EBITDA tidak termasuk keuntungan selisih kurs, hasil pemeriksaan pajak tahun sebelumnya, keuntungan dari akuisisi, penurunan nilai goodwill, penurunan nilai properti pertambangan, provisi lainnya.

3) Belanja modal regular terdiri dari pengeluaran modal regular tidak termasuk pengeluaran modal yang tidak berulang. Total belanja modal dideinisikan sebagai: pembelian aset tetap – perolehan dari pelepasan aset tetap + pembayaran untuk tambahan properti pertambangan + penambahan aset tetap melalui utang sewa pembiayaan.

4) EBITDA operasional – pajak – perubahan pada modal kerja bersih – belanja modal (termasuk belanja modal yang tidak berulang, tidak termasuk penambahan aset tetap melalui utang sewa pembiayaan).

Financial Ratios | Rasio Keuangan

  FY16 FY15 % Perubahan% Change

Gross Proit Margin (%)

Marjin laba kotor (%) 27.1% 20.2% 34%

Operating Margin (%)

Marjin usaha (%) 23.3% 12.4% 88%

Operational EBITDA Margin (%)

Marjin EBITDA operasional (%) 35.4% 27.2% 30%

net Debt to Equity (x)

Utang bersih terhadap ekuitas (x) 0.10 0.26 -

net Debt to last 12 months Op.EBITDA (x)

Utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir (x) 0.42 1.18 -

Cash from Operations to Capex (x)

Kas dari operasi terhadap belanja modal (x) 6.18 5.20 -

Total assets

Total assets increased by 9% to US$6,522 million. Current assets increased by 46% to US$1,593 million, mainly due to a higher cash balance and trade receivables. non-current assets increased by 1% to US$4,930 million.

Total liabilities

Total liabilities grew 5% to US$2,736 million with higher current liabilities and lower non-current liabilities. Current liabilities increased by 42% to US$645 million. non-current liabilities declined by 3% to US$2,092 million mainly due to lower long-term bank loans as we made regular loan payments to deleverage and strengthen our capital structure. As a result, our total bank loans decreased by 8% to US$1,364 million. The balance sheet remained healthy with net debt to last 12 months operational EBITDA of 0.42x and net debt to equity of 0.10x.

Total equity

Total equity rose 13% to US$3,786 million due to higher retained earnings as our proit for the year increased, demonstrating strong performance on the back of cost discipline and eficiency. This further strengthened our capital structure and provided more lexibility to capitalize on opportunities and face market volatility.

Total aset

Total aset naik 9% menjadi AS$6,522 juta. Aset lancar naik 46% menjadi AS$1.593 juta, terutama karena kenaikan saldo kas dan piutang. Aset non lancar naik 1% menjadi AS$4.930 juta.

Total kewajiban

Total kewajiban naik 5% menjadi AS$2.736 juta akibat kenaikan kewajiban lancar dan penurunan kewajiban non lancar. Kewajiban lancar naik 42% menjadi AS$645 juta. Kewajiban non lancar turun 3% menjadi AS$2.092 juta terutama karena penurunan pinjaman bank jangka panjang karena perusahaan melakukan pembayaran pinjaman secara berkala untuk mengurangi porsi utang dan memperkuat struktur permodalan. Sebagai hasilnya, total pinjaman bank berkurang 8% menjadi AS$1.364 juta. neraca tetap sehat dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA operasi 12 bulan terakhir sebesar 0,42x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,10x.

Total ekuitas

Total ekuitas naik 13% menjadi AS$3.786 juta karena kenaikan laba ditahan seiring dengan kenaikan laba, yang menunjukkan kinerja yang kuat dengan dukungan disiplin biaya dan eisiensi. Hal ini semakin memperkuat struktur permodalan dan memberikan ruang keleluasaan yang lebih besar untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi volatilitas pasar.

Net revenue and average selling price

We recorded an 8% lower average selling price compared to the same period last year but our sales volume increased slightly to 54.1 Mt in 2016. As a result, we booked US$2,524 million of revenue, a 6% decline from the same period last year.

Cost of revenue

Our cost of revenue decreased 14% to US$1,839 million due to a lower strip ratio, continuous efforts to boost efficiency, and a lower than expected fuel price. Our strip ratio for the year was 4.45x, slightly below guidance of 4.71x due to above average rainfall at our operations.

We have hedged approximately 10% of our fuel requirements for 2017 at prices below our budget to mitigate risks associated with oil price luctuations in the coming year.

Royalties to Government

Due to the lower revenue, the royalties to the Government of Indonesia that accounted for 14% of the total cost of revenue in FY16 fell 6% to US$259 million.

Operational EBITDA

Operational EBITDA increased by 22% to US$893 million, higher than our operational EBITDA guidance of US$450 million to US$700 million, as we continued

to obtain cost discipline and eficiency across our

operations. Our operational EBITDA excluded among others US$197 million gain on acquisition, US$110 million impairment of goodwill, and US$32 million impairment of mining properties. We booked a 35.4% operational EBITDA margin which remains as one of the highest among Indonesian coal and energy producers.

Pendapatan usaha bersih, harga jual rata-rata dan produksi

Harga jual rata-rata tercatat 8% lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya namun volume penjualan mengalami sedikit kenaikan menjadi 54,1 Mt pada tahun 2016. Dengan demikian, perusahaan membukukan pendapatan usaha sebesar AS$2,524 juta, atau turun 6% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Beban pokok pendapatan

Beban pokok pendapatan turun 14% menjadi AS$1.839 juta akibat penurunan nisbah kupas, upaya-upaya eisiensi yang berkelanjutan, dan harga bahan bakar yang lebih rendah daripada perkiraan. nisbah kupas tahun ini mencapai 4,45x, atau sedikit lebih rendah daripada panduan perusahaan yang ditetapkan pada 4,71x, akibat curah hujan di wilayah operasi yang lebih tinggi daripada rata-rata.

Untuk memitigasi risiko yang terkait dengan luktuasi harga minyak di tahun yang akan datang, perusahaan telah melakukan lindung nilai terhadap sekitar 10% kebutuhan bahan bakar tahun 2017 pada harga yang lebih rendah daripada anggaran.

Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah

Karena penurunan pendapatan usaha, royalti kepada Pemerintah RI yang meliputi 14% dari

total beban pokok pendapatan turun 6% menjadi AS$259 juta.

EBITDA operasional

EBITDA operasional naik 22% menjadi AS$893 juta, atau lebih tinggi daripada panduan EBITDA operasi yang berada di kisaran AS$450 juta sampai AS$700 juta, sebagai hasil disiplin biaya dan eisiensi di seluruh operasi perusahaan. EBITDA operasi tidak menyertakan beberapa komponen, antara lain keuntungan akuisisi sebesar AS$197 juta, penurunan nilai goodwill sebesar AS$110 juta, dan penurunan nilai properti pertambangan sebesar AS$32 juta. AE membukukan marjin EBITDA operasi sebesar 35,4%, yang tetap merupakan salah satu yang tertinggi di antara produsen batubara dan energi Indonesia.

We continued our strategy to keep growing the three pillars of growth of our company, while at the same time executing operational excellence and improving

eficiency. Core earnings

Core earnings rose 35% to US$398 million, relecting the strength of our after-tax earnings derived from our solid core business. Our core earnings excluded among others US$91 million amortization of mining properties, US$197 million gain on acquisition, US$110 million impairment of goodwill, and US$24 million impairment of mining properties.

Cash lows from operating activities

Cash lows from operating activities increased 32% to US$676 million on the back of eficient operations. Cash lows from investing activities

We booked US$228 million in net cash lows used in investing activities, mainly for the acquisition of a metallurgical coal deposit and for the purchase of ixed assets.

Cash lows from inancing activities

net cash low used in inancing activities was US$73 million in FY16. We made total bank loan principal repayments of US$144 million, distributed US$75 million in cash dividend to shareholders for the year 2015, and received a US$164 million capital injection from non-controlling interests.

Current maturity of long-term borrowings

The current portion of long-term borrowings increased 25% to US$154 million as the non-current portion of long-term borrowings became current.

Perusahaan melanjutkan strategi untuk terus menumbuhkan ketiga motor pertumbuhannya, dan sekaligus mengeksekusi keunggulan operasi serta meningkatkan eisiensi.

Laba inti

Laba inti AE naik 35% menjadi AS$398 juta, yang mencerminkan kekuatan laba setelah pajak yang dihasilkan oleh bisnis inti. Laba inti tidak menyertakan beberapa komponen, antara lain amortisasi properti pertambangan sebesar AS$91 juta, keuntungan akuisisi sebesar AS$197 juta, penurunan nilai goodwill sebesar AS$110 juta, dan penurunan nilai properti pertambangan sebesar AS$24 juta.

Arus kas dari aktivitas operasi

Arus kas dari aktivitas operasi meningkat 32% menjadi AS$676 juta sebagai hasil dari kegiatan operasi yang eisien.

Arus kas dari aktivitas investasi

AE membukukan arus kas bersih yang digunakan pada aktivitas investasi sebesar AS$228 juta, terutama untuk mengakuisisi deposit batubara metalurgi dan pembelian aset tetap.

Arus kas dari aktivitas pembiayaan

Arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan pembiayaan mencapai AS$73 juta untuk tahun 2016. AE membayar pokok pinjaman bank sebesar AS$144 juta, membagikan dividen tunai sebesar AS$75 juta kepada para pemegang saham untuk tahun 2015, dan mendapatkan suntikan modal sebesar AS$164 juta dari para pemegang saham minoritas.

Bagian lancar dari pinjaman jangka panjang

Bagian lancar dari pinjaman jangka panjang naik 25% menjadi AS$154 juta karena bagian non lancar dari pinjaman jangka panjang menjadi lancar.

Long-term borrowings, net of current maturity

The non-current portion of long-term borrowings, mainly consisting of long-term bank loans, declined by 10% to US$1,296 million as we continued to pay down debt.

Debt management and liquidity

Prudent debt management has kept our liquidity sound. We repaid US$144 million of bank loans during the period and reduced our net debt by 57% year-on-year to US$373 million as we generated a solid cash position and continued regular payment of the loans. We have access to US$1,157 million of liquidity, consisting of US$1,077 million in cash and US$80 million in undrawn loan facilities. Our average debt repayment schedule from 2017 to 2021 is at a manageable level of around US$278 million per year. We will continue to deleverage and strengthen our capital structure.

Capital expenditure and free cash low

Our capital expenditure for regular maintenance and other routine spending during FY16 decreased 18% to US$80 million. Total capital expenditure, including non-recurring capital spending, was US$146 million, including US$66 million heavy equipment purchased for our mining contracting business. We will continue to allocate capital to develop our three engines of growth in a strategic and selective manner.

We maintained a positive free cash low of US$479 million on the back of the solid operational EBITDA and prudent capital spending.

Business prospect

In 2017, we expect more stability in the market. We are cautiously optimistic with improvement of the coal market fundamentals as demand growth is slower than expected. China supply-side reform is expected to continue and will help rebalance supply and demand. In 2017, China’s thermal coal imports are expected to decline given the rising domestic production and falling domestic prices.

Pinjaman jangka panjang, setelah dikurangi bagian lancar Bagian non lancar dari pinjaman jangka panjang, yang terutama terdiri dari pinjaman bank jangka panjang, turun 10% menjadi AS$1.296 juta karena AE terus mencicil pokok utangnya.

Pengelolaan utang dan likuiditas

Pengelolaan utang secara hati-hati menjaga likuiditas AE tetap sehat. AE membayar pinjaman bank sebesar AS$144 juta pada periode ini dan mengurangi utang bersih sebesar 57% yoy hingga menjadi AS$373 juta karena perusahaan menghasilkan posisi kas yang solid dan terus mencicil pinjaman secara berkala. AE memiliki akses likuiditas sebesar AS$1.157 juta, yang terdiri dari AS$1.077 juta dalam bentuk kas dan AS$80 juta dalam bentuk fasilitas pinjaman yang belum dipakai. Jadwal pembayaran utang rata-rata dari tahun 2017 sampai 2021 berada pada tingkat yang terkendali, atau sekitar AS$278 juta per tahun. Perusahaan akan terus berupaya untuk mengurangi jumlah hutang dan memperkuat struktur permodalan.

Belanja modal dan arus kas bebas

Belanja modal untuk pemeliharaan rutin dan pengeluaran rutin lainnya pada tahun 2016 turun 18% menjadi AS$80 juta. Total belanja modal, termasuk pengeluaran modal yang tidak berulang, mencapai AS$146 juta, termasuk pembelian alat berat sebesar AS$66 juta yang dilakukan untuk bisnis perusahaan sebagai kontraktor pertambangan. AE akan terus mengalokasikan modal untuk mengembangkan tiga motor pertumbuhan secara strategis dan selektif. AE mempertahankan arus kas bebas yang positif sebesar AS$479 juta dengan dukungan

EBITDA operasi yang solid dan pembelanjaan modal yang hati-hati.

Prospek bisnis

Di tahun 2017, kondisi pasar diperkirakan akan lebih stabil. AE optimis namun waspada terhadap peningkatan fundamental pasar batubara karena permintaan tumbuh lebih lambat. Reformasi pasokan China diharapkan akan terus berlanjut dan mendukung keseimbangan permintaan dan pasokan. Di tahun 2017, impor batubara termal China diperkirakan akan berkurang akibat peningkatan produksi dan penurunan harga batubara di dalam negara tersebut.

India’s thermal coal imports are expected to decline in 2017 due to improved domestic output. Demand growth is expected to come from Indonesia and other South East Asian countries comprising Malaysia,

Philippines, Thailand, and Vietnam, as new coal-ired

power plant projects are expected to come online in the coming years. The supply and demand situation is expected to improve. Coal will remain as the main contributor of Indonesia’s future energy mix. Many countries are still building coal-ired power plants with an increase of demand for high eficiency and low emission technology, a positive sign for long-term demand of coal. The expected increase of steel demand going forward due to higher construction activities, will also positively affect to our metallurgical asset. We will continuously develop our metallurgical asset across all aspects of infrastructure, product, market, people, and environment.

On our non-coal businesses, the upcoming operations of all coal-ired power plants under the 35,000 MW program, including Adaro’s own power plant, will bring opportunities for our mining services and logistics business in increasing their overburden removal, coal production, coal barging, and coal loading activities. Our new power projects are progressing well and will start to contribute to Adaro’s earnings in 2019.

At the same time, we continue to evaluate other Independent Power Producer projects in Indonesia that offer commercial value as well as strategic beneits for Adaro’s long-term plan. We aim to become a major player in the Indonesian power sector by strengthening our three engines of growth and committing to support the government in pursuing economic growth and increasing electriication ratio of the country.

Impor batubara termal India diperkirakan juga akan berkurang di tahun 2017 karena peningkatan produksi domestiknya. Pertumbuhan permintaan diperkirakan akan datang dari Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, karena proyek-proyek PLTU baru akan mulai beroperasi di beberapa tahun ke depan. Kondisi suplai dan permintaan diperkirakan akan membaik.

Dalam dokumen AR ADARO 2016 Final (Halaman 104-116)

Dokumen terkait