• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III : PERJANJIAN KREDIT PADA BANK

E. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Baku 38 F.

Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku (standard Contract), dimana isi atau klausal– klausal perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir (blanko), tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu (vorn vrij). Calon nasabah debitor tinggal membubuhkan tanda tangannya saja apabila bersedia menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberikan kesempatan kepada calon debitor untuk membicarakan lebih lanjut isi atau klausal – klausal yang diajukan pihak Bank. Perjanjian baru ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya praktis dan kolektif. Pada tahap ini, kedudukan calon debitur sangat lemah, sehingga menerima apa saja syarat – syarat yang disodorkan oleh pihak bank, karena jika tidak demikian calon debitor tidak akan mendapatkan kredit yang dimaksud.

Beberapa pakar hukum menolak kehadiran perjanjian baku ini karena dinilai : a. Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk Undang-

Undang swasta (Legio Particuliere wetgever), karenanya perjanjian baku bukan perjanjian;

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

c. Negara – negara Common Law System menerapkan doktrin unconscionability. Doktrin unconscionability memberikan wewenang kepada perjanjian demi menghindari hal – hal yang dirasakan sebagai bertentangan dengan hati nurani. Perjanjian baku dianggap meniadakan keadilan.

Sebaliknya beberapa pakar hukum menerima kehadiran perjanjian baku sebagai suatu perjanjian, hal ini karena :

a. Perjanjian baku diterima sebagai suatu perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (Fictie van wil en vertrouwen) yang membangkitkan kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian ini.

b. Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggungjawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertanda tangan mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani, tidak mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.

c. Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.

Dengan demikian keabsahan perjanjian baku terletak pada penerimaan masyarakat dan lalu lintas bisnis untuk memperlancar arus lalu lintas perdagangan dan bisnis. Dunia perdagangan dan bisnis membutuhkan kehadiran perjanjian baku guna menunjang dan menjamin kelangsungan hidup usaha perdagangan dan bisnis. Perjanjian baku pada umumnya mengandung klausal yang tidak setara antara pihak yang mempersiapkan dan pihak lainnya. Isi, aturan atau ketentuan dan syarat - syarat klausal terlebih dahulu dipersiapkan dan ditetapkan secara sepihak oleh yang membuat perjanjian

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh pihak lainnya. Perjanjian baku yang tidak setara ini perlu diwaspadai.

Sutan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa berbeda dengan perjanjian – perjanjian baku pada lazimnya, dalam perjanjian kredit Bank bahwa Bank tidak hanya mewakili dirinya sebagai perusahaan Bank saja akan tetapi juga mengemban tugas kepentingan masyarakat, yaitu masyarakat penyimpan dana dan selaku bagian dari sistem moneter.13

Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung kembali pembayaran suatu utang.

Oleh karena itu, dalam menentukan apakah suatu klausal ini memberatkan, baik dalam bentuk klausal eksemsi atau dalam bentuk yang lain, perimbangannya sangat berbeda bila dibandingkan dengan menentukan klausal – klausal dalam perjanjian – perjanjian baku, pada umumnya yang para pihaknya adalah perorangan atau perusahaan biasa. Atas dasar perimbangan inilah maka tidak dapat dianggap bertentangan dengan ketertiban umum dan keadilan apabila di dalam perjanjian kredit dimuat klausal yang dimaksudkan justru untuk mempertahankan atau untuk melindungi eksistensi Bank atau bertujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang moneter.

F. jaminan kredit

1. pengertian dan kegunaan jaminan Kredit

14

13

Sutan Remi Syahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank diIndonesia, hal 208

14

Thomas Suyitno,dkk Dasar-Dasar Perkreditan, Bandung, Armedia, 1992, hal 88

Jaminan merpakan salah satu elemen penting bagi bank dalam memberian kredit, baik itu perbankan konvensional, maupun perbankan syariah. Pentingnya jaminan ini pada umumnya adalah disebabkan bank ingin kepastian bahwa kredit yang diberikan

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

kepada debitor dapat diterima kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama dengan kata lain adnya jaminan akan memberikan kekuasan pada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan tersebut.

Selain itu jaminan juga berguna untuk memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali dana yang sudah dipinjamkan kepadanya, agar barang yang dijaminkan tidak disita atau bahkan dilelang oleh bank sebagai pemenuhan perjanjian kreditnya. Dalam praktek perbankan di indonesia pemberian kredit pada umumnya di ikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usaha bagi pemohon kredit karena pengusaha kecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikannya jaminan tersebut.

Dalam pengembanganya untuk membantu masyarakat memperoleh dengan mudah yang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan nasional khususnya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah melalui Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan tidak mewajibkan pemberian kredit harus di ikuti dengan kewajiban pemohon kredit harus menyediakan jaminan. Dalam Pasal 8 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Undang-Undang tersebut wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan hutangnya yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dari Pasal ini persyaratan adanya jaminan untuk memberikan

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

kredit tidak menjadi keharusan bank hanya diminta untuk menyakini berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. Ukuran itikad baik ini tidak mudah untuk menentukanya sedangkan kemampuan dapat dianalisis dari pendapatan debitur dalam usaha atau pendapatan dari perkerjaanya seorang pemohon kredit.

Adapun yang dimaksud jaminan dalam pemberian kredit menurut Pasal 2 Ayat 1 surat keputusan direksi bank no 23/69/kep/dir tanggal 28 februari tentang jaminan kredit bank yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan, sedangkan guna memperoleh jaminan tersebut maka bank belum memberikan kreditnya harus melakukan penelitian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.15

Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran hutang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat kreditur dengan debitur. Pentingnya jaminan ini dalam pemberian kredit pada dunia perbankan terlihat pada Pasal 8 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. menyatakan pentingnya kedudukan jaminan ini dimana Bank dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan kredit dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan16

15

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan diIndonesia, Bandung, PT Cipta Aditia Bakti, 2000 hal. 393

16

lihat Pasal 8 (Dan Penjelasan Undang-Undang No 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan)

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Pasal tersebut dapat diketahui bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya Bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat untuk mengurangi resiko tersebut. Jaminan kredit itu lebih dititik beratkan kepada keyakinan atas pelunasan kredit oleh nasabah, sedangkan untuk memperoleh keyakinan tersebut harus melalui penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur.

Adapun yang dimaksud dengan asas-asas perkreditan yang sehat adalah : A. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis. B. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian.

C. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham, modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham

D. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit.17

2. Jaminan agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan

Kegunaan jaminan kredit adalah :

1. Memberikan hak dan kekuasaan pada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan jaminan kredit tersebut apabila debitur melakukan cidera janji yaitu untuk membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

17

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

merugikan diri sendiri atau perusahaanya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil terjadinya.

3. memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit khusunya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

Dapat disimpulkan bahwa jaminan kredit bank berfungsi untuk menjamin pelunasan utang debitur apabila debitur cidera janji atau pailit jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit perbankan.

Rachmadi mengatakan bahwa karena lembaga jaminan mempunyai tugas melancar dan mengamankan pemberian kredit maka jaminan yang baik adalah

1. yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak yang memerlukan.

2. yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan (meneruskan usahanya)

3. yang memberikan kepastian kepada sipemberi kredit dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu ia untuk dieksekusi, yaitu bila diperlukan dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang sipenerima (mengambil) kredit18

jaminan yang lahir karena Undang-Undang karena jaminan yang adanya karena Undang-Undang, tidak perlu adanya perjanjian antara kreditur dan debitur

Jenis-jenis Jaminan Kredit:

A.jaminan yang lahir karena Undang-Undang

19

18

Rachmadi Usman op,cit hal 289

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

debitur berhutang kepada debitur maka seluruh harta kekayaan debitur menjadi jaminan atas hutang debitur berlaku bagi seluruh debitur kreditur, artinya setiap debitur yang memberikan pinjaman/ hutang kepada debitur kepada maka secara otomatis seluruh kekayan debitur menjadi jaminan. Dalam hukum kreditur yang mempunyai kedudukan yang sama disebut sebagai kreditur kongkuren yang secara bersama-sama memperoleh jaminan umum yang diberikan oleh undang-undang)20

jaminan lahir karena perjanjian adalah jaminan ada karena diperjanjikan terlebih dahulu antara debitur dan kreditur, seprti hak tanggungan / hipotek, fiducia dan gadai

perwujudan dari jaminan yang lahir karena Undang-Undang ini adalah Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata

B. jaminan yang lahir karena perjanjian

21

19

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, Alfabeta, 2003,hal 144

20

Ibid hal 145

21

Rachmadi Usman op.cit hal 287

.

contohnya bank mandiri memberikan kredit kepada debitur dengan jaminan berupa tanah berikut rumahnya dilokasi tertentu tanah berikut rumah yang ditunjuk khusua menjadi jaminan tersebut ada karena diperjanjikan terlebih dahulu antara debitur dan Bank mandiri selaku kreditur.

Dokumen terkait