• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III : PERJANJIAN KREDIT PADA BANK

C. Syarat-syarat Perjanjian Kredit

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

Perjanjian suatu kredit adalah harus mempunyai ketentuan – ketentuan atau syarat – syarat agar kredit tersebut dapat diberikan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga pihak – pihak dalam perjanjian pemberian kredit ini dikemudian hari merasa dirugikan ataupun mengalami kerugian.

Yang menjadi syarat – syarat Perjanjian kredit adalah sebagai berikut 1. Adanya permohonan kredit

Pemberian kredit dimulai dengan adanya suatu permohonan dari calon debitor, karena dalam hal ini yang lebih dulu mempunyai kepentingan adalah debitor, permohonan kredit dibuat berdasarkan permintaan atau keinginan dari pihak kreditor (pihak Bank), yaitu apa – apa saja yang harus diberikan/dilampirkan dalam permohonan tersebut.

Permohonan kredit ini dinyatakan sebagai suatu syarat dalam pemberian kredit adalah karena dengan adanya permohonan inilah maka ada suatu aksi balasan dari pihak kreditor/Bank untuk terjadinya pemberian kredit tersebut, karena hanya dengan permohonan inilah maka pihak Bank dapat mengetahuinya.

2. Pemakaian kredit harus sesuai dengan norma atau etika yang ada/berlaku yaitu sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah

Tujuan kredit merupakan suatu elemen Perjanjian kredit yang tidak bisa diabaikan. Pemberian kredit harus tidak bertentangan dengan ketentuan atau norma yang ada seperti garis kebijaksanaan pemerintah. Tujuan pemberian kredit ini digolongkan sebagai suatu syarat pemberian kredit adalah hanya dengan penggunaan kredit yang sesuai dengan norma/etika serta untuk meningkatkan perekonomian guna membangun masyarakat yang adil dan makmur.

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

3. Adanya agunan/jaminan

Jaminan adalah merupakan elemen yang harus ada dalam pemberian kredit. Yang mendasari pentingnya jaminan/agunan menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :

”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.

Menurut Edy Putra Tje’ Aman, pentingnya jaminan/agunan adalah

”karena Bank ingin mendapatkan kepastian bahwa kredit yang akan diberikan kepada nasabah dapat diterima kembali sesuai dengan syarat – syarat yang telah disetujui bersama.”10

4. Adanya persetujuan dari pihak Bank

Sesuai dengan keterangan diatas, jelaslah mengapa jaminan/agunan ini menjadi suatu hal yang pokok yang menjadi suatu syarat dalam pemberian kredit.

Pemberian kredit adalah tidak terlepas dari persetujuan pihak Bank, karena pihak Bank adalah merupakan pihak yang mempunyai wewenang dalam pemberian kredit tersebut. Persetujuan adalah pengabulan permohonan kredit dari calon debitor. Persetujuan ini termasuk sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi karena dengan adanya persetujuan ini maka pemberian kredit dapat dilaksanakan.

5. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak

Kesepakatan antara kedua belah pihak ini adalah merupakan tindak lanjut dari persetujuan pihak Bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu akta perjanjian yang memuat hal – hal yang menyangkut hak dan kewajiban para pihak dalam pemberian

10

.Edy Putra Tje’ Aman. Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis. Penerbit Liberty. Yogyakarta. 1985. hal.40

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

kredit tersebut. Kesepakatan ini merupakan syarat dalam pemberian kredit, karena dengan kesepakatan inilah yang dimuat dalam perjanjian kredit tersebut diatur hubungan hukum kedua belah pihak.

1. Syarat Membuat Perjanjian Kredit

Pada prakteknya bentuk dan isi perjanjian kredit berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya. Pada dasarnya suatu perjanjian kredit/pengakuan hutang harus memenuhi 6 syarat adalah sebagai berikut :

1. Jumlah hutang 2. Besarnya bunga 3. Waktu pelunasan 4. Cara-cara pembayaran 5. Klausal opeisbaarheid 6. Barang jaminan11

Apabila keenam syarat tersebut dikembangkan isi dari perjanjian kredit/pengakuan hutang yang termuat dalam Pasal – Pasal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Jumlah maksimum kredit (plafond) yang diberikan oleh bank kepada Debitornya. 2. Cara/media penarikan kredit yang diberikan dilakukan di kantor Bank yang

bersangkutan. Penarikan dan pembayaran akan dicatat pada pembukuan Bank dan rekening debitor.

3. Jangka waktu dan cara pembayaran sampai jatuh tempo.

11

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

4. Mutasi keuangan debitor dan pembukuan Bank berbentuk rekening koran, diberikan salinannya setiap bulan oleh Bank kepada Debitor yang bersangkutan.

5. Pembayaran bunga, administrasi, provisi, dan denda.

6. Klausal opeisbaarheid yaitu klausul yang memuat hal – hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi debitor untuk mengurus harta kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian debitor untuk memenuhi ketentuan – ketentuan dalam perjanjian kredit atau pengakuan hutang sehingga debitor harus membayar secara seketika dan sekaligus lunas.

2. Hal – Hal yang Diatur dalam Perjanjian Kredit

Ada beberapa hal – hal yang diatur dalam akta perjanjian kredit adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan Pembuktian

Pada suatu akta otentik terdapat 3 macam kekuatan pembuktian yaitu:

a. Membuktikan antara para pihak, bahwa mereka sudah menerangkan apa yang tertulis dalam akta tadi (kekuatan pembuktian formal)

b. Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan, bahwa sungguh – sungguh peristiwa yang disebutkan telah terjadi (kekuatan pembuktian meterial atau yang kita namakan kekuatan pembuktian mengikat)

c. Membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi juga terhadap pihak ketiga bahwa pada tanggal tersebut dalam akta kedua belah pihak tersebut sudah menghadap di muka notaris dan menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut (kekuatan pembuktian keluar)

Zaki Alyamani : Tinjauan Hukum Atas Perjanjian Kredit Serbaguna Mikro Mandiri (Studi Pada Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan), 2008.

USU Repository © 2009

2. Grosse Akta Pengakuan Hutang

Kelebihan lain daripada akta perjanjian kredit/pengakuan hutang yang dibuat secara natariil (otentik) adalah dapat dimintakan Grosse Akta Pengakuan Hutang. Grosse Akta Pengakuan Hutang ini mempunyai kekuatan eksekutorial, artinya disamakan dengan keputusan hakim yang oleh bank diharapkan pelaksanaan eksekusinya tidak perlu lagi melalui proses gugatan yang biasanya menyita waktu lama dan memakan biaya yang besar.

3. Ketergantungan terhadap Notaris

Notaris dituntut untuk berperan aktif guna memeriksa segala aspek hukum dan kelengkapan yang diperlukan di dalam mengadakan perjanjian kredit. Notaris harus dianggap sebagai mitra dalam pelaksanaan suatu perjanjian kredit. Dalam hubungan itu bank akan meminta notaris yang bersangkutan untuk berpedoman kepada model perjanjian kredit yang telah ditetapkan oleh bank.

Dokumen terkait