Pengertian "utang yang telah jatuh waktu" dan "utang yang telah dapat ditagih" berbeda. "Utang yang telah jatuh waktu", atau utang yang telah expired, dengan sendirinya menjadi "utang yang telah dapat ditagih", namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu. Utang hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang-piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi oleh Debitor sebagaimana ditentukan di dalam perjanjian itu. Misalnya saja telah sampai jadwal cicilan bagi pelunasan kredit investasi yang ditentukan bertahap, misalnya setiap 6 (enam) bulan sekali setelah masa tenggang (grace period) lampau, dan harus telah dilunasi seluruhnya pada akhir perjanjian yang bersangkutan. Namun, suatu utang sekalipun jatuh waktunya belum tiba, mungkin saja utang itu telah dapat ditagih, yaitu karena telah terjadi salah satu peristiwa yang disebut events of default sebagaimana ditentukan ai dalam perjanjian itu.
Maka seyogianya kata-kata di dalam Pasal 1 ayat (1) UUK yang berbunyi "utang yang telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih" diubah menjadi cukup berbunyi "utang yang telah dapat ditagih" baik utang tersebut telah jatuh waktu atau belum".
Dikalangan kita kebanyakan tidak mempunyai hutang, terutama dibank. Pusing katanya mikirin hutang, malas katanya dikejar perasaan harus membayar. Kalangan yang mempunyai paham ini biasanya adalah kalangan biasa atau kalangan
pegawai utamanya. Untuk pengusaha jarang rasanya suka mempercepat melunasi hutangnya, mereka bila mempunyai dana lebih biasanya lebih suka menginvestasikan ke usaha lain.
Bagi yang mempunyai paham tidak mau mempunyai hutang ada beberapa hal yang perlu dilakukan bila ingin melakukan pelunasan hutangnya sebelum jatuh tempo (pelunasan dipercepat). Hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Minta print out kepada petugas bank untuk mengetahui outstanding kewajiban kita di bank masih ada berapa. Cermati, jumlah pokok yang perlu dilunasi masih ada berapa dan berapa rupiah bunga terakhir yang kudu dibayar pada bulan tersebut. Sebesar itulah yang harus anda lunasi. Bunga sisanya tidak perlu anda lunasi karena anda tidak menggunakan dana bank lagi setelahnya. Biasanya pada beberapa bank ada yang menerapkan penalti atas pelunasan dipercepat.
2. Buatlah surat pemberitahuan kepada Kepala Cabang Bank tersebut, bahwasanya kredit anda akan anda selesaikan atau istilahnya pelunasan dipercepat. Sampaikan saja bahwa sesuai dengan print out bank, anda akan membayar total pokok bank Rp…….(yang belum terbayar) dan bunga pada bulan tersebut sekian untuk melunasi kewajiban anda.
3. Dalam surat pemberitahuan pelunasan dipercepat, sampaikan juga bahwasanya Surat jaminan yang ada dibank akan anda ambil pada hari tersebut. Bila surat tanah yang anda jaminkan, jangan lupa mohon dibuatkan surat Roya Bank untuk mengurus di Kantor BPN bahwa tanah anda tidak sedang dijaminkan Bank.
4. Saat pelunasan sudah anda lakukan, jangan lupa mintalah surat keterangan lunas dari Bank. Surat ini merupakan ijazah bagi anda, yang dapat anda gunakan sebagai lampiran bila anda ingin berhubungan dengan Bank lagi. Setidaknya record dapat dipercaya dan record amanah dapat anda ditunjukkan sebagai pertimbangan bank nantinya.
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN HUTANG DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK
A. Pelaksanaan pemberian kredit Bank
Adapun Pelaksanaan pemberian kredit Bank yakni : 1. Permohonan Kredit
a. Permohonan fasilitas kredit
b. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. c. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
d. Permohonan perpanjangan/pembaharuan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.
e. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/ pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
2. Berkas
Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari :
a. Surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah. b. Daftar isian yang disediakan oleh Bank yang secara sebenarnya dan
lengkap diisi oleh nasabah.
c. Daftar lampiran lainnya yang diperluakn menurut jenis fasilitas kredit.
3. Pencatatan
Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.
4. Kelengkapan dan Berkas Permohonan.
Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.
5. Formulir daftar isian permohonan kredit
Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh nasabah, formulir neraca, daftar rugi/laba.
6. Penyidikan dan Analisa Kredit
a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan, baik data ekstren/intern. Termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan pada daftar hitam dan daftar kredit macet.
c. Pemeriksaan/ penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.
7. Keputusan atas permohonan kredit
Setiap keputusan permohonan kredit harus memperhatikan penilaian syarta-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analis kredit, bahan pertimbangan atau informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi).
8. Persetujuan permohonan kredit
Adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, biasanya ditegaskan syarat-syarat fasilitas kredit atau prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah.
Pada lokasi penulis melakukan riset yaitu BRI Cabang Putri Hijau, Persetujuan Kredit dilakukan dengan penanda tanganan formulir Persetujuan Pemberian Kredit, dan ditindaklanjuti lagi dengan pembuatan Akta kesepakatan bersana dihadapan Notaris yang bersisikan :
Pasal 1 : Jumlah, Bentuk dan penggunaan Kredit Pasal 2 : Besarnya Provisi Kredit
Pasal 3 : Besarnya Bunga dan Denda Bunga Kredit Pasal 4 : Jangka Waktu Kredit
Pasal 5 : Pengakuan Hutang Pasal 6 : Syarat-syarat Kredit Pasal 7 : Perjumpaan Hutang
Pasal 8 : Pelanggaran Atas Ketentuan Pemberian Kredit (event Of Default) Pasal 9 : Ketentuan Pelunasan Sebelum Berakhirnya Jangka Waktu
Pasal 10 : Jaminan
Pasal 11 : Asuransi Terhadap Barang Jaminan
Pasal 12 : Asuransi Terhadap Kredit atau Jiwa Pengambil Kredit Pasal 13 : Pemeriksaan dan Pengawasan
Pasal 14 : Pernyataan
Pasal 15 : Biaya biaya lainnya Pasal 16 : Domisili
Pasal 17 : Ketentuan ketentuan Lain
Pasal 18 : Kuasa Pemindah bukuan Secara otomatis
Dari pasal-pasal tersebut di atas, terdapat beberapa pasal yang menjadi aspek yuridis yang akan berkaitan dengan wanprestasi yaitu :
Pasal 5 : yang berbunyi :
“Pengambil Kredit dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya dan secara sah mengaku berhutang kepada Bank sejumlah uang yang ditariknya menurut rekening korannya, rekening-rekening yang berkenaan dengan bunga,
denda bunga serta biaya-biaya lain maunpun catatan lainnya kepada Bank sehubungan dengan perjanjian ini”
Pasal 14 point 4 : yang antara lain berbunyi :
“Bilamana Kredit tidak dibayar lunas pada waktu yang ditetapkan, maka Bank berhak untuk menjual seluruh jaminan sehubungan dengan kredit ini, baik secara dibawah tangan maupun dimuka umum, untuk mana atas permintaan tertulis yang pertama kalinya dari bank dan atas kerelaan sendiri tanpa paksaan, Pengambil Kredit dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya akan menyerahkan/mengosongkan rumah/bangunan yang dijadikan sebagai jaminan berdasarkan akta ini”.
Setelah persetujuan kredit dilaksanakan, maka dalam proses berikutnya pihak bank tidak akan berlepas diri mengawasi pelaksanaan penggunaan dana yang dikucurkannya kepada Debitur tersebut. Maka dalam tindakan ini selanjutnay akan diberikan pengawasan dan pembinaan kredit oleh pihak bank kepada Penerima Kredit.
B. Penyelesaian pengakuan hutang dalam perjanjian kredit bank bermasalah Dalam prakteknya, BRI Cabang Putri Hijau Medan menyelesaikan kredit yang bermasalah dengan 2 (dua) alternatif, yaitu negosiasi dan litigasi :
Cara penyelesaian kredit bermasalah di BRI Cabang Putri Hijau Medan yaitu:
BRI Cabang Putri Hijau Medan menyelesaikan kredit bermasalah dengan negosiasi ini dilakukan terhadap debitur yang usahanya masih berjalan meskipun tersendat-sendat, dan tidak dapat membayar angsurannya.
Bahkan, terhadap debitur yang usahanya sudah tidak berjalanpun dapat dilakukan penyelesaian dengan negosiasi. Apabila ratio agunan/jaminan kredit masih mencukupi dan ada usaha yang dianggap lebih layak dan dapat menghasilkan, maka debitur yang bersangkutan dimungkinkan untuk diberikan suntikan baru yang hasilnya dapat dipergunakan untuk membayar seluruh kewajibannya.
Semua upaya tersebut dengan kredit yang diselamatkan, yaitu kredit yang semula tergolong bermasalah kemudian terjadi kesepakatan antara debitur dan BRI Cabang Putri Hijau Medan untuk diperbaiki, yang tentunya diikuti dengan suatu perjanjian kredit yang baru, baik berupa novasi, subrogasi, kompensasi atau hanya berupa addendum atas perjanjian kredit yang telah ada.
Adapun bentuk penyelamatan kredit di BRI Cabang Putri Hijau Medan adalah antara lain:
a. Rescheduling (Penjadwalan kembali)
Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang. Termasuk apabila terjadi atau tidak terjadi perubahan besarnya angsuran.
b. Reconditioning (Persyaratan Kembali)
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
c. Restructuring (Penataan kembali).
Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana, dan atau konveksi seluruh dan sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan.
“Pada dasarnya tujuan dilakukannya rescheduling, restructuring dan reconditioning adalah dalam rangka upaya BRI Cabang Putri Hijau Medan untuk membantu nasabahnya yang beritikad baik, pada saat mengalami kesulitan dalam mengelola usahanya yang menyebabkan berkurangnya/melemahnya kemampuan untuk memenihi kewajibannya kepada BRI Cabang Putri Hijau Medan. Dengan demikian tindakan ini bank memberikan kesempatan kepada debiturnya untuk berusaha lagi.”48
2. Penyelesaian dengan litigasi
Pada sisi lain, penyelesaian kredit bermasalah dengan negosiasi ini tidak selalu berakhir dengan keadaan-keadaan di atas, melainkan dapat saja terjadi dengan pelaksanaan penjualan agunan/jaminan kredit. Penjualan agunan/jaminan kredit tersebut dilakukan secara bersama-sama atau bank sendiri tanpa adanya perselisihan. Hal ini dapat saja terjadi, utamanya apabila debitur yang bersangkutan mempunyai itikad yang baik dan masih dapat bekerjasama, dan telah didukung oleh isi pasal-pasal akta tersebut di atas. Penyelesaian kredit dengan cara penjualan jaminan ini yang sering terjadi bagi nasabah-nasabah yang tidak dapat lagi mengenbangkan usahanya karena bangkrut.
48
Penyelesaian kredit bermasalah dengan litigasi ini dilakukan apabila cara negosiasi mengalami jalan buntu atau jaminan yang diagunkan mengalami masalah, baik terhadap debitur yang usahanya masih berjalan maupun terhadap debitur yang usahanya tidak lagi berjalan, terhadap debitur yang usahanya masih berjalan dilakukan apabila yang bersangkutan tidak mau melaksanakan kewajibannya untuk membayar hutangnya, baik pokok maupun bunganya. Sedangkan terhadap debitur yang usahanya sudah tidak berjalan lagi dilakukan apabila yang bersangkutan tidak dapat bekerjasama.
Adapun pihak yang dapat menentukan apakah usaha yang dijalankan oleh ketentuan dewan Pengawas BRI Cabang Putri Hijau Medan. Oleh karena itu sebagai jalan agar pihak BRI berhak untuk dapat memasuki tempat usaha dan tempat-tempat lainnya untuk mengadakan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi yang berhubungan dengan dijalankannya usaha tersebut oleh BRI Cabang Putri Hijau Medan.
Pada prakteknya, BRI Cabang Putri Hijau Medan belum pernah menyelesaikan kredit dengan litigasi ini, namun apabila suatu saat harus dilakukan maka akan dilakukan dengan pengajuan gugatan/eksekusi kepada kantor Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara (KPPLN) karena Bank adalah milik Pemerintah.
Penyelesaian/penagihan dapat diajukan sejak piutang Negara telah jatuh tempo dan penanggung hutang wanprestasi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di instansi-instansi dan badan-badan yang bersangkutan dan setelah dilaksanakan penagihan tetapi tidak membawa hasil karena tidak ada kesediaan penanggung hutang untuk menyelesaikan hutangnya.
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) bertugas dengan dasar UU No. 49 Prp Tahun 1960. Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) bertugas menyelesaikan piutang negara yang telah diserahkan kepadanya oleh instansi Pemerintah atau badan-badan negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara termasuk bank penyelesaian kredit macetnya harus dilakukan melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), dimana dengan adanya penyerahan piutang kepada badan tersebut secara hukum wewenang penguasaan atas hak tagih dialihkan kepadanya.
Penyerahan piutang macet ini di dalam Keputusan Menteri keuangan No. 293/KMK/09/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 tentang Pengurusan Piutang Negara disebut Pengalihan Pengurusan Piutang Negara.
Piutang Negara yang penagihannya wajib diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) adalah piutang negara macet, yang ada dan besarnya telah pasti menurut hukum, jadi sebelumnya harus diteliti terlebih dahulu secara seksama berapa jumlah tagihan, termasuk bagaimana keadaan fisik barang jaminan dan atau harta kekayaan lainnya milik penanggung hutang/penjamin hutang. Sebelum menyerahkan penagihannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), instansi atau badan Negara tersebut, harus terlebih dahulu berusaha dan berupaya secara intern untuk menagih, namun ternyata tidak berhasil, maka diwajibkan/diharuskan untuk menyerahkan pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
Dengan diterbitkannya Surat Pengalihan Pengurusan Piutang Negara (SP3N) pengurusan piutang negara beralih kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan penyelenggaran pelaksanaan piutang negara dimaksud dilakukan oleh KPPLN.
Penyerahan piutang wajib menyerahkan semua dokumen asli kepemilikan barang jaminan dan pengikatannya kepada KPPLN.
Untuk penetapan piutang negara perbankan, hal-hal yang perlu diketahui yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri keuangan tersebut adalah :
a. Bank wajib memberikan data dan informasi secara lengkap mengenai piutang yang diserahkan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
- hutang pokok, bunga denda dan beban lainnya.
- Cara penyelesaian kredit dengan angsuran atau tanpa angsuran.
- Jumlah angsuran hutang pokok, bunga, denda dan beban lainnya yang telah dibayar.
- Rincian penyelesaian kredit.
b. Penetapan besarnya piutang negara perbankan didasarkan atas peraturan kolektibilitas kredit perbankan yang berlaku, dengan ketentuan bahwa jangka waktu yang dapat diperhitungkan untuk pembebanan bunga, denda dan beban lainnya paling lama 21 bulan sejak piutang tersebut dikategorikan diragukan.
c. Perhitungan penetapan besarnya piutang negara perbankan dilakukan sebagai berikut :
- Angsuran yang dilakukan oleh penanggung hutang setelah piutang dinyatakan macet diperhitungkan sebagai pengurangan.
- Biaya pengamanan barang jaminan berupa polis asuransi, pemasangan Hak tanggungan, perpanjangan hak atas tanah yang masa berlakunya telah habis, pengukuhan hak atas tanah dan biaya pemeliharaan barang jaminan berupa sewa gudang diperhitungkan sebagai penambahan.
Selain beberapa cara penyelesaian kredit tersebut di atas, dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 1991 dan Keputusan presiden No. 55 tahun 1991 Tentang penyelesaian Piutang Negara, pihak bank (bank milik negara) dapat meminta bantuan (dengan kuasa) pihak kejaksaan guna penyelesaian kredit bermasalah tersebut.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1991 dan keputusan presiden No. 55 Tahun 1991 tersebut, Kejaksaan dengan kuasa dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. Oleh karena itu peranan Kejaksaan dalam bidang hukum perdata tersebut dapat disejajarkan dengan
Government’s Law Office atau advokat/pengacara negara. Dengan demikian kejaksaan dapat mewakili bank-bank milik negara dalam penyelesaian kredit bermasalah, termasuk masalah hukum yang timbul dari hubungan pemberian kredit antara bank dengandebitur, bilamana debitur tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi) kepada bank.
Perjanjian kredit perbankan di Indonesia mempunyai arti yang khusus dalam rangka pembangunan, tidak merupakan perjanjian pinjam meminjam uang biasa. Perjanjian kredit menyangkut kepentingan nasional. Hal ini dapat dibaca dari penjelasan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 yang antara lain menyatakan sebagai berikut :
Perbankan memiliki peranan yang strategis di dalam trilogi pembangunan, karena perbankan adalah suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan nasional dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kea rah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.49
49
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,1999, hal 72
Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.
Menghimpun dan menyalurkan dana tersebut merupakan salah satu usaha dari perbankan. Untuk melaksanakan peran tersebut, perbankan harus memiliki perangkat hukum yang ampuh (solid) baik yang menjadi dasar hukumnya maupun perangkat hukum operasionalnya.
Jika kita meninjau dari perjanjian kredit perbankan dalam kaitannya dalam ingkar janji, acuannya adalah ketentuan pinjam meminjam uang. Pendekatan demikian belum dapat memecahkan seluruh masalah yang terkait dengan kredit macet, karena pengertian kredit tidak hanya terbatas dalam perjanjian kredit yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 12 UU Perbankan saja. Perjanjian kredit mempunyai arti yang luas, karena ada sejumlah perjanjian yang diatur di dalam perbankan yang namanya bukan perjanjian kredit, akan tetapi karakternya menunjukkan perjanjian kredit. Misalnya perjanjian anjak piutang, perjanjian sewa guna usaha, perjanjian kartu kredit (perjanjian kuasi kredit). Di dalam perjanjian tersebut terdapat juga kemacetan, hanya belum diangkat ke permukaan. Dilihat dari perangkat aturan yang sudah ada mengenai kredit perbankan hingga saat ini seyogianya kemacetan itu tidak akan terjadi karena UU Perbankan telah memberikan pengawasan yang ketat terhadap perjanjian kredit dan juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan yang jika pengawasan ini tidak
diperhatikan. Bank Indonesia dan menteri keuangan berwenang memberikan sanksi administratif.
Namun kenyataan yang menunjukkan keadaan kredit itu sedemikian rupa, sehingga dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi pembangunan, maka harus dicarikan penyelesaian yang bersifat menyeluruh.
Berdasarkan pada KUH Perdata Pasal 1750 menyatakan bahwa pemberi penjaman tidak dapat meminta kembali barang yang dipinjamkannya kecuali bila sudah lewat waktu yang ditentukan, atau dalam hal tidak ada ketentuan tentang waktu peminjaman usaha kecil menengah itu, bila barang yang dipinjamkan itu telah atau dianggap selesai digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.
C. Cara penanganan hutang dalam perjanjian kredit bermasalah
Penanganan hutang dalam perjanjian kredit bermasalah sebelum diselesaikan secara yudisial dilakukan melalui penjadwalan (rescheduling), persyaratan (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Penanganan dapat melalui salah satu cara ataupun gabungan dari ketiga cara tersebut. Setelah ditempuh dengan cara tersebut dan tetap tidak ada kemajuan penanganan, selanjutnya diselesaikan secara yudisial melalui jalur pengadilan, pengadilan Niaga, melalui PUPN, dan melalui Lembaga Paksa Badan.
Upaya
momok pembicaraan para bankir khususnya pejabat kredit. Mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati. Mencegah kredit bermasalah adalah mudah dan sukar. Mudah untuk mengatakan dan sukar melaksanakan. Malaksanakan adalah mudah berdasarkan pengetahuan.
Dan untuk mencegah kredit bermasalah kita memerlukan pengetahuan gaya
kredit
1. Gaya kredit.
Besar kecilnya jumlah kredit bermasalah dipengaruhi sistem dan proses pemberian kredit. Sistem dan proses tersebut, hadir sesuai dengan gaya kredit yang dianut manajemen bank terkait. Bila bergaya profit tinggi dan pencarian nasabah pun gencar yang seringkali kualitas kredit terabaikan. Bila bergaya likuid maka profit tidak optimal. Manajemen bank mencari jalan tengah konflik profit likuid yang lantas merumuskannya dalam target kredit yang diinginkan, batas-batas kerugian atas penghapusan pinjaman yang ditolerir. Tidak ada titik tengah sempurna antara profit dengan likuid, yang ada adalah situasi dasar penggunaannya. Dalam hal gaya profit ditetapkan maka menjaga kualitas kredit dipertahankan sebagai upaya mencegah kredit bermasalah.
2. Kebijakan.
Kebijakan kredit merupakan sarana utama mengkomunikasikan gaya kredit. Dalam kebijakan kredit memuat petunjuk yang dirancang sebagai panduan pemberian kredit. Agar kredit tidak bermasalah maka kebijakan tersebut disosialisasikan secara lengkap dan jelas pada semua karyawan yang terlibat. Kegagalan implementasi kebijakan seringkali karena rendahnya komitmen manajemen, kurang disosialisasikan, bertentangan dengan kebiasaan formal yang dianut manajemen.
3. Proses.
Proses kredit tidak lain the second line of defence dalam mencegah kredit bermasalah. Proses ini menuntut kejelasan penyajian, bila tidak jelas maka kredit akan terus mengalami penurunan kualitas yang terkadang luput dari perhatian manajemen. Proses mencakup proses pemberian kredit, proses pembinaan kredit, proses review kredit, dan proses informasi manajemen untuk portfolio kredit.
4. Orang.
Orang merupakan the first line of defence dalam mencegah kredit bermasalah. Bila setiap kredit didasari kebijakan yang baik, proses yang baik maka kesempatan kredit bermasalah dapat diminimalisasi. Pejabat kredit yang menjadi contact person utama bagi nasabah seharusnya menjadi yang pertama mengetahui gejala kredit bermasalah dan juga yang pertama memulai langkah-langkah penyelamatan. Untuk memastikan bahwa account officer memiliki kemampuan mencegah dan mendeteksi kredit bermasalah, maka perekrutan tidak ada jalan pintu belakang serta selalu membekali account officer dengan pendidikan latihan secara berkala.50
Untuk mengatasi hutang dalam perjanjian kredit pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat
50