• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kredit bukan lagi kata yang asing bagi anggota masyarakat. Oleh karena itu selain pengertian kredit menurut peraturan perundang-undangan, setiap orang mempunyai pendapat sendiri mengenai pengertian kredit sesuai dengan tingkat pemikirannya masing-masing.2

Terdapat perbedaan pengertian kredit antara kalangan masyarakat awam dengan kalangan pelaku bisnis. Kata kredit di kalangan masyarakat awam secara sederhana diartikan sebagai pembelian sesuatu barang/benda tertentu dengan membayar secara dicicil. Sementara itu dikalangan pelaku bisnis, atau kaum industriawan, kata kredit lebih dikenal sebagai pemberian sejumlah uang tertentu oleh suatu bank kepada pihak lain yang memerlukannya untuk keperluan usahanya, dimana pihak lain akan melunasinya dalam pihak tertentu dengan membayar sejumlah bunga yang telah ditentukan.

Perkataan kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan. Berpijak dari sini, maka dapat diketahui bahwa dasar pemberian kredit adalah kepercayaan. Oleh karena itu seseorang yang memperoleh kredit berarti ia telah mendapat kepercayaan dari bank. Memang kepercayaan merupakan dasar bagi pemberian kredit kepada nasabah.

2

Menurut Muchdarsyah Sinungan, pengertian kredit adalah :

Suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu pada waktu yang akan datang dengan kontra prestasi berupa bunga.3

Peristiwa menyerahkan secara suka rela sejumlah uang dipergunakan secara bebas oleh si penerima kredit, penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu di belakang hari.

Di lain pihak, Levy merumuskan kredit sebagai :

4

a. Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat-syarat perjanjian kredit/perjanjian pinjaman biasa dilakukan oleh kreditur atau debitur.

Gejala kredit bermasalah adalah :

b. Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari keterlambatan pembayarannya.

c. Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai menunggak dan membayar tidak tepat waktu.

d. Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar atau sama sekali tidak ada laporannya.

e. Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas asset dan agunan yang telah ditentukan dalam perjanjian.

f. Adanya pergantian pengurusan tanpa persetujuan kreditur baik jabatan, pemegang saham maupun posisi-posisi yang penting.

g. Adanya penjualan pribadi atau keluarga yang dibawa kedalam perusahaan atau permasalahan diantara pengurus.

h. Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan. i. Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu

kestabilan perusahaan.5

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit. Berbagai unsur seperti suku bunga, Jaminan/Agunan, perjanjian kredit pun dalam perundang-undangan/peraturan perlu mendapatkan

3

Muchdarsyah Sinungan, Kredit, Seluk-beluk dan Pengelolaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1980, hlm. 12.

4

Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 24.

5

perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit.6

Dalam melakukan usahanya bank berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian, maka dalam memberikan kredit bank tidak sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi debitur. Kriteria-kriteria itu ada lima, yang disebut dengan lima analisis kredit (The Five’s Of Credit Analysis). Kelima kriteria itu adalah sebagai berikut :

1. Watak (character)

Watak debitur yang dinilai adalah kepribadian, moral dan kejujuran dalam mengajukan permohonan kredit, karena debitur yang berwatak buruk tidak dapat dipercaya, padahal syarat pemberian kredit yang utama adalah kepercayaan. 2. Kemampuan (capacity)

Kemampuan yang dinilai adalah kemampuan debitur dalam mengembalikan, memimpin dan menguasai bidang usahanya serta kemampuannya melihat prospek masa depan sehingga usaha permohonan yang dibiayai dengan kredit itu berjalan baik dan menguntungkan.

3. Modal (capital)

Sebelum mengajukan permohonan kredit kepada bank, pemohon diwajibkan telah memiliki modal sendiri dan bukan bergantung sepenuhnya kepada kredit bank. Di sini kredit dari bank hanya bersifat melengkapi dan bukan pokok.

4. Kondisi ekonomi (conditional of economic

6

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 92

Kondisi ekonomi di sini adalah kondisi ekonomi pemohon untuk mengetahui apakah dengan kondisi ekonominya yang sekarang pemohon memiliki kesanggupan untuk mengembalikan pinjamannya.

5. Jaminan (collateral

Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai jaminan guna kepastian pelunasan dikemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi hutangnya.

Jika bank menilai bahwa seorang calon debitur telah memenuhi kriteria di atas, barulah bank mau memberikan kredit yang diminta debitur tersebut.

Ketika debitur melakukan permohonan kredit biasanya disertai dengan jaminan. Jaminan ini berfungsi sebagai pegangan bagi bank apabila debitur tidak dapat menyelesaikan kreditnya, maka bank berhak untuk menjual barang jaminan yang diberikan debitur sebagai pelunasan hutangnya. Jika hasil penjualan itu melebihi hutang debitur maka sisanya dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan.

Untuk mendapatkan kredit dari bank, nasabah perlu membuat suatu perjanjian kredit. Sebagai salah satu bentuk perjanjian, hal-hal yang berlaku pada perjanjian pada umumnya berlaku juga pada perjanjian kredit, seperti asas-asas perjanjian, syarat sah perjanjian, wanprestasi dan overmacht, serta hal-hal yang mengakhiri perjanjian.

)

Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit wajib disertai dengan suatu jaminan yang merupakan pasangan dari perjanjian kredit. Dasar dari pemberian kredit adalah unsur kepercayaan dari pihak pemberi kepada penerima kredit, bahwa kredit akan dapat dikembalikan pada jangka waktu yang telah

ditetapkan dan dengan jumlah yang telah diperjanjikan. Dengan adanya jaminan kredit maka semakin kuatlah kepercayaan yang diberikan bank akan kemampuan membayar kembali debiturnya. Selain memuat tentang jaminan kredit, perjanjian kredit memuat pula ketentuan mengenai bunga, sanksi bagi kredit tertunggak, dan lain-lain.

Salah satu benda tetap yang sering dijadikan objek jaminan utang adalah tanah. Dalam perkembangan terbaru, dengan keluarnya Undang-undang Hak Tanggungan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah, maka semua benda yang berkaitan dengan jaminan utang atas tanah diatur dalam Undang-undang ini.

Dalam prakteknya, kreditur sering kali melengkapi perjanjian kredit dengan grosse akta pengakuan hutang guna memperkuat kedudukannya dalam meminta kembali pinjaman yang diberikannya kepada debitur. Selain itu eksekusi pembayaran hutang dapat lebih cepat karena dengan adanya grosse akta pengakuan hutang, maka kreditur dapat langsung mengeksekusi jaminan debitur tanpa perlu menunggu putusan hakim. Bagi kreditur hal ini lebih menguntungkan, karena semakin lama jaminan tidak dieksekusi, kerugian yang akan diderita kreditur akibat wanprestasi debitur akan semakin besar.

Dokumen terkait