• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGGUNAAN AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DALAM

B. Perjanjian penggunaan ATM

Perjanjian ATM dibuat seperti perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, tapi dengan tambahan fasilitas kartu ATM. Perjanjian pembukaan rekening ini merupakan salah satu bentuk penghimpunan dana yang dilakukan bank untuk penerimaan simpanan dari masyarakat. Perjanjian yang ditandatangani nasabah bank tersebut tentunya sudah dalam bentuk perjanjian baku yang dibuat oleh pihak bank dan disetujui dengan ditandatangani oleh nasabah bank. Dalam hal ini hubungan antara bank dengan nasabah bank pengguna ATM adalah hubungan hukum bank dengan nasabah penyimpan dana. Bank adalah pihak yang mempunyai kemungkinan terbesar harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita nasabah pengguna ATM. Dalam perjanjian ATM, calon nasabah bank

menyimpan identitasnya di bank yang bersangkutan dan menyimpan atau menyetor sejumlah uang yang menjadi saldo pertama calon nasabah tersebut. Perjanjian itu memuat syarat-syarat yang tidak diatur secara khusus oleh KHUPerdata. Oleh karena itu, landasan hukum yang digunakan dalam perjanjian ATM ini masih menggunakan dasar atau landasan hukum perjanjian, sebagaimana diatur dalam buku ketiga KUHPerdata tentang perikatan.

Adapun yang menjadi landasan hukum perjanjian ATM ini menurut KUHPerdata adalah :

1. Pasal 1319 KUHPerdata, yang berbunyi :

“Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan nama suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan- peraturan umum”.

2. Pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi :

“untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat : a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. suatu hal tertentu;

d. suatu sebab yang halal.”

3. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi :

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.”

Perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan suatu perikatan. Perikatan paling banyak diterbitkan oleh adanya suatu perjanjian, sumber lain yang melahirkan perikatan adalah Undang-Undang. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa tertentu. Suatu

perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Perjanjian dan persetujuan mempunyai arti yang sama.47

1. Prinsip Konsensualitas (Kesepakatan)

Selain itu dalam perjanjian penggunaan ATM yang peraturannya dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip hukum perjanjian yang terdapat dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Prinsip-prinsip itu antara lain:

Prinsip ini diartikan sebagai suatu kesamaan kehendak dari para pihak untuk mengadakan hubungan hukum yang mengikat para pihak dalam segala konsekuensinya sejauh materi yang diatur dalam perjanjian itu. Dalam penggunaan jasa ATM. Prinsip konsensualitas ini tercermin dari adanya formulir yang harus ditandatangani oleh nasabah.

2. Prinsip Openbaarheid (Keterbukaan)

Dilihat dari prinsip-prinsip hubungan antara bank dengan nasabahnya maka bank dalam menjalankan usahanya tidak hanya bertindak untuk kepentingan bank sendiri, tetapi juga haru memperhatikan kepentingan nasabah yang telah mempercayakan uang mereka kepada bank. Adanya hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan maka mewajibkan kedua belah pihak yang terkait untuk menjaga hubungan itu dengan itikad baik dan pelayanan yang sesuai dengan pa yang dijanjikan.

Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu48

47

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT.Intermasa, Cetakan XII,1990), hal. 1-3.

48

Pada pasal 1233 KUHPerdata menyebutkan :

“tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, atau karena Undang-Undang. Artinya bahwa persetujuan atau perjanjian merupakan salah satu sumber timbulnya perikatan”

Subjek-subjek perikatan adalah kreditur atau si berpiutang, yaitu pihak yang berhak atas prestasi dan merupakan pihak yang aktif, dan debitur atau si berhutang, yaitu pihak yang wajib memenuhi prestasi atau pihak yang pasif.49

Objek dari perikatan adalah prestasi, yang pihak debitur berkewajiban, atau suatu prestasi, yaitu debitur berkewajiban atas suatu pemenuhan presatasi dan pihak kreditur berhak atas suatu prestasi tertentu.50

Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa dasar hubungan hukum antara bank dengan nasabah adalah perjanjian pembukaan rekening. Perjanjian tersebut telah dibuat dalam bentuk tertulis yang dicetak dan berbentuk satu formulir, dimana perjanjian tersebut memuat ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dibuat oleh salah satu pihak yaitu pihak bank. Dengan demikian nasabah hanya tinggal memilih untuk menerima atau menolak menggunakan jasa perbankan di bank tersebut. Nasabah tidak mempunyai kewenangan untuk mengajukan syarat-syarat yang diinginkannya. Perjanjian ini disebut juga perjanjian standard atau perjanjian baku yang sifatnya “take it or leave it”.51

“Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya telah dibakukan dan dituangkan dalam suatu bentuk formulir. Dapat juga dikatakan bahwa perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang berlaku dan akan mengikat antara pihak yang saling berkepentingan dan yang isinya dituangkan dalam suatu bentuk tertentu yang dijadikan tolak ukur oleh pihak yang

49

R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung :Putra Abardin, 1999), hal. 3.

50

Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, (Bandung : Alumni, 1996), hal. 3.

51

Gunawan widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 53.

satu tanpa membicarakan isinya terlebih dahulu dengan pihak yang lain, tetapi para pihak dianggap telah menyetujuinya.”52

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisinya dapat lebih kuat. Adapun ciri-ciri perjanjian baku adalah :

2. Pihak yang menjadi debitur sama sekali tidak turut menentukan isi perjanjian. 3. Bentuknya tertulis.

4. Telah terlebih dahulu dipersiapkan secara missal.53

Walaupun demikian, suatu perjanjian yang dibuat antara bank dan nasabah tersebut tetap harus tunduk dan patuh pada ketentuan-ketentuan perjanjian pada umumnya dan sama sekali tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata yang mengikat para pihak sebagai Undang-Undang.

Penggunaan jasa ATM juga termasuk dalam perjanjian baku, sebagai mana umumnya hubungan hukum yang berlangsung antara masyarakat dengan perusahaan pengguna jasa, dalam hal ini antara nasabah dan bank. Syarat-syarat baku dari perjanjian itu dituangkan dalam suatu dokumen sebagai suatu kesepakatan para pihak. Perjanjian ini dipandang sebagai suatu kekuatan mengikat bagi para pihak tentang maksud dan tujuan mengadakan perjanjian serta sebagai jalan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjian.

Materi perjanjian penggunaan jasa ATM ini pada umumnya berkisar pada masalah-masalah sebagai berikut :

a. Kartu ATM adalah milik bank dan tidak dapat dipindahtangankan;

52

Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 37.

53

Sudaryanto, Hukum Dan Advokasi Konsumen, (Bandung : PT. Citra Aditnya Bakti, 1999), hal. 93.

b. Kartu ATM sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank;

c. Pengguna Kartu ATM hanya untuk transaksi yang telah disepakati;

d. Adanya kewajiban untuk merahasiakan PIN (Personal Identification Number) atau sandi pengenal.

e. Bank tidak bertanggung jawab atas pengguna kartu oleh orang lain;

f. Kehilangan kartu harus dilaporkan pada bank dalam tenggang waktu tertentu; g. Bank diberikan kekuasaan untuk mendebetkan rekening pemegang kartu

sejumlah penarikan kartu;

h. Pemegang kartu tidak akan melakukan penarikan uang melalui saldonya; i. Bila terjadi hal-hal diluar kekuasaan bank, maka gagalnya transaksi keuangan

dengan kartu bukan tanggung jawab bank;

j. Pemegang kartu tunduk pada ketentuan-ketentuan bank, terutama mengenai sistem, tata cara kerja mesin dan lain-lain;

k. Bank berhak untuk merubah ketentuan-ketentuan bank, maka gagalnya transaksi keuangan dengan kartu bukan tanggung jawab bank;

l. Adanya kemungkinan untuk mengakhiri perjanjian;

m. Bank berhak untuk mengakhiri perjanjian dalam hal pemegang kartu lalai mentaati peraturan atau pemegang kartu pailit dan sejenisnya, atau pemegang kartu meninggal dunia;

Didalam penggunaan jasa ATM tentang berakhirnya perjanjian dihubungkan dengan pasal 1381 KUHPerdata54

Terhadap pembatalan yang dilakukan pihak bank, merujuk pada pasal 1319 KUHPerdata

, ada dua cara berakhirnya perjanjian yang ditentukan dalam isi perjanjian tersebut.

Pertama, berakhirnya perjanjian karena lampau waktu. Masa berlaku kartu ATM, adalah dua tahun sejak diterbitkan oleh pihak bank. Jika perjanjian ini berakhir pada waktu yang telah ditentukan, hal inimerupakan alat untuk membebaskan para pihak dari ikatan perjanjian. Perpanjangan perjanjian tidak menutup untuk dilaksanakan jika dikehendaki oleh para pihak, sekurang- kurangnya satu hari sebelum batas waktu yang ditetapkan sebagai akhir perjanjian. Perpanjangan perjanjian dapat dilakukan dengan menerbitkan kartu baru melalui pembuatan kembali suatu perjanjian baru. Jika batas waktu perjanjian berakhir, maka kartu harus dikembalikan kepada pihak bank selaku pemilik kartu untuk dimusnahkan.

Kedua, berakhirnya perjanjian dapat terjadi karena salah satu pihak membatalkan perjanjian. Dalam hal ini pembatalan dilakukan oleh pihak bank jika ternyata saldo nasabah telah dikategorikan dalam penabung pasif atau jumlah saldo telah nihil. Pembatalan ini dilakukan dengan cara menutup rekening nasabah, dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

55

54

Hapusnya perikatan karena : pembayaran, pembaharuan utang, kompensasi,

pencampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan, dank arena lewatnya waktu.

55

Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.

1266 KUHPerdata56

Dokumen terkait