• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine (Studi: Bank Sumut-Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine (Studi: Bank Sumut-Medan)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi

Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine

(Studi : Bank Sumut -Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

VERAWATI

060200049

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi

Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine

(Studi : Bank Sumut -Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : VERAWATI

NIM : 060200049

DEPARTEMEN : HUKUM PERDATA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Perdata

Prof.Dr.Tan Kamello,SH.M.S NIP. 196204211988031004

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Runtung,SH.M.Hum Puspa Melati Hsb,SH.M.Hum NIP. 19511101985031022 NIP.196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan atas segala kasih dan berkat Tuhan Yesus yang melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: ”

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi

Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine (Studi : Bank Sumut

-Medan) sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelah Sarjana Hukum di Jurusan Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak. DR. Runtung Sitepu, SH.M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak DR. Suhaidi, SH. MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bapak Syafruddin Hsb SH, MH, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dan Bapak Muhammad Husni, SH, MH selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Tan Kamello,SH.M.S selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan juga kepada Bapak Prof.Dr.Runtung,SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Puspa Melati Hsb,SH.M.Hum selaku dosen Pembimbing II, yang keduanya dengan penuh kesabaran membimbing Penulis selama melakukan penulisan skripsi ini hingga selesai.

(4)

Hukum Universitas Sumatera Utara, dan para pegawai yang juga telah membantu Penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Keluarga saya tercinta: Kedua orang tua saya Alm.M.silitonga dan L.Marbun, atas segala kasih sayang, kesabaran, motivasi, dukungan serta doa-doanya yang telah menjadi sumber kekuatan bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sedalam-dalamnya atas kasih sayang kalian yang tanpa henti membimbingku hingga saat ini. Serta terima kasih juga kepada kakak-kakak dan abangku, suryani silitonga, indra mariode sujana silitonga, riana uli sari silitonga, yang juga telah mendukungku di setiap hariku.

5. Kepada sahabat-sahabatku dan teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terutama angkatan 2006, terima kasih atas segala pengertian dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari sebagai seorang pemula dalam penulisan suatu karya ilmiah masih mempunyai banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan baik dalam isi, penyusunan kalimat, maka Penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat membuat karya ilmiah yang lebih sempurna kemudian.

Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih, Semoga Tuhan kiranya memberi perlindungan, petunjun dan anugerah-Nya bagi kita sekalian dalam kehidupan sehari-hari di dalam mengemban tugas yang akan datang.

(5)

Medan, April 2010

(6)

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi

Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine

(Studi : Bank Sumut Medan)

Abstraksi Verawati*

Prof.Dr.Runtung,SH.M.Hum** Puspa Melati Hsb,SH.M.Hum***

Adanya sistem transaksi elektronik ini sangat mendukung pergerakan ekonomi dalam hal mempercepat transaksi-transaksi bisnis baik yang sifatnya sektoral maupun lintas sektoral. Sehingga mendorong kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi yang secara nyata mengutamakan kecepatan dan efisiensi yang memberikan kemudahan-kemudahan, kenyamanan, biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat dan efesien, lebih aman bagi nasabah serta dapat mendukung kinerja dan aktivitas masyarakat secara luas. Fasilitas transaksi elektronik yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah ATM. Hal ini disebabkan karena semua kalangan dapat mempergunakannnya asal saja mereka merupakan nasabah dari suatu bank. Penggunaan ATM selain memberikan berbagai kemudahan bagi nasabah ternyata dapat menimbulkan masalah bagi pemakainya, seperti dalam transaksi penarikan, uang tidak keluar tetapi rekening terdebet ataupun dalam kasus pembobolan ATM yang menggunakan metode skimmer, phising, penyadapan nomor PIN, penggunaan kamera tersembunyi dan lain sebagainya. Dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pihak bank terhadap kerugian yang diderita nasabah dalam penggunaan ATM ataupun yang diakibatkan oleh pihak ke tiga, serta perlindungan hukum menurut beberapa aturan hukum di Indonesia.

Penulisan skripsi ini memakai metode penelitian: penelitian hukum normative dan field research (studi penelitian lapangan). Pengumpulan Data yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik Pengumpulan Data melalui studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu layanan internet (internet services) seta melakukan wawancara terhadap Bank Sumut Medan guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan ATM.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang……….1

B. Perumusan masalah……...……….….8

C. Tujuan dan manfaat penulisan……….…9

D. Metode penulisan………10

E. Tinjauan kepustakaan………..11

F. Keaslian penulisan………….………..14

G. Sistematika penulisan………...14

BAB II TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH A. Hubungan Bank dengan Nasabah………...16

B. Asas-asas dalam Hubungan Bank dengan Nasabah 1. Hubungan Kepercayaan (Fiduciary Relation) ……...………...20

2. Hubungan Kehati-hatian (Prudential Relation) ………...……….…21

3. Hubungan Kerahasiaan (Confidental Relation) …………..… .……22

C. Hak dan Kewajiban Antar Bank dengan Nasabah 1. Hak dan Kewajiban Bank………...………...24

2. Hak dan Kewajiban Nasabah…………...………...30

BAB III PENGGUNAAN AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Sistem Automated Teller Machine (ATM) sebagai bagian dari Electronic Funds Transfer System (EFTs) 1. Pengertian Elektronik Funds System (EFTs) ……….33

2. Sistem Elektronik dalam lintas Transfer Perbankan……….……..34

(8)

4. Risiko-risiko penggunaan ATM……….……….40

B. Perjanjian penggunaan ATM………...………..49

C. Sistem keamanan dalam penggunaan ATM………..56

D. Peraturan penggunaan ATM……….……...…………..62

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI MELALUI ATM DI BANK SUMUT CABANG USU A. Layanan jasa Automated teller machine (ATM) pada Bank Sumut cab.USU Medan….………..………….…….70

B. Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Bank dalam penggunaan ATM………...75

C. Perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam kaitannya dengan beberapa D. aturan hukum di Indonesia ….……….……….….85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ….……….………...………..101

B. Saran….……….………...……….103

(9)

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Yang Melakukan Transaksi

Elektronik Banking Melalui Automated Teller Machine

(Studi : Bank Sumut Medan)

Abstraksi Verawati*

Prof.Dr.Runtung,SH.M.Hum** Puspa Melati Hsb,SH.M.Hum***

Adanya sistem transaksi elektronik ini sangat mendukung pergerakan ekonomi dalam hal mempercepat transaksi-transaksi bisnis baik yang sifatnya sektoral maupun lintas sektoral. Sehingga mendorong kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi yang secara nyata mengutamakan kecepatan dan efisiensi yang memberikan kemudahan-kemudahan, kenyamanan, biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat dan efesien, lebih aman bagi nasabah serta dapat mendukung kinerja dan aktivitas masyarakat secara luas. Fasilitas transaksi elektronik yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah ATM. Hal ini disebabkan karena semua kalangan dapat mempergunakannnya asal saja mereka merupakan nasabah dari suatu bank. Penggunaan ATM selain memberikan berbagai kemudahan bagi nasabah ternyata dapat menimbulkan masalah bagi pemakainya, seperti dalam transaksi penarikan, uang tidak keluar tetapi rekening terdebet ataupun dalam kasus pembobolan ATM yang menggunakan metode skimmer, phising, penyadapan nomor PIN, penggunaan kamera tersembunyi dan lain sebagainya. Dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pihak bank terhadap kerugian yang diderita nasabah dalam penggunaan ATM ataupun yang diakibatkan oleh pihak ke tiga, serta perlindungan hukum menurut beberapa aturan hukum di Indonesia.

Penulisan skripsi ini memakai metode penelitian: penelitian hukum normative dan field research (studi penelitian lapangan). Pengumpulan Data yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik Pengumpulan Data melalui studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu layanan internet (internet services) seta melakukan wawancara terhadap Bank Sumut Medan guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan ATM.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu Negara tidak mungkin terlepas dari kegiatan ekonominya. Salah satu lembaga keuangan yang sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara adalah bank. Hal ini disebabkan karena bank merupakan instrument yang turut berperan dalam perputaran uang pada kegiatan perekonomian. Dalam hal menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional dalam kegiatan ekonomi maka perlu didukung dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dalam bidang perbankan, sehigga kini hukum mempunyai kajian bidang perbankan sendiri yaitu hukum perbankan.

Hukum perbankan adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan lainnya.1

Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kesinambungan dan peningkatan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian,

1

(11)

keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.2

Kegiatan yang dilakukan oleh bank sebagai lembaga keuangan antara lain:3

1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat atau penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima dana-dana yang berupa simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan rekening giro. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun dana dari pihak ketiga.

2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberian kredit. Dengan ini dapat dikatakan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif.

3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran uang dalam valuta asing.

Selain kegiatan diatas, bank juga menyediakan fasilitas berupa tempat penyimpanan barang dan surat berharga yang disebut dengan Save Deposit Box (SDB) serta mentransfer dana untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah lainnya.

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu bank perlu diperkenalkan kepada masyarakat umum dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan tepat serta informasi yang jelas, sehingga menarik perhatian masyarakat untuk mengenal lebih jauh dunia perbankan serta produk-produk yang ditawarkan oleh

2

Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, alinea pertama.

3

(12)

bank tersebut dan meningkatkan kepercayaan nasabah atau konsumen bahwa bank dapat memberikan pelayanan yang cepat, bersifat pribadi, dan berkualitas.

Pada awalnya, kegiatan pelayanan bank dilakukan dengan sistem teller klasik, yang bertugas menerima dan membayarkan uang pada nasabah secara prosedural. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan pelayanan yang praktis dan cepat, pelayanan perbankan melebarkan sayapnya ke sistem teller modern yang mengarahkan pada layanan elektronik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan dunia usaha yang terus-menerus melakukan inovasi dan kreasi menyangkut sarana atau fasilitas transaksi bisnis.

Ada beberapa ciri dari transfer elektronik yang membedakannya dengan sistem konvensional yang memakai warkat (Paper Based). Ciri-ciri dari transfer elektronik tersebut adalah sebagai berikut:4

1. Pemakaian Sistem Elektronik Yang Canggih

Tahap transfer yang dahulu digunakan dengan warkat dan dikirim dengan surat, sekarang ini diganti dengan sistem elektronik teknologi yang merupakan telegraph, teleks, telepon, computer to computer, mesin ATM bahkan internet merupakan teknologi yang semakin memainkan peranan penting dalam suatu proses transfer uang antarbank.

2. Batch transmission

Trasmisi rame-rame (Batch transmission) merupakan ciri lain dari transfer elektronik ini. Dengan berbagai pertimbangan, seperti kepraktisan, penghematan biaya, maka Batch transmission digunakan, yakni beberapa transfer yang diakumulasikan menjadi satu dan dilakukan sekali transfer untuk

4

(13)

kesuluruhan transfer tersebut. Dalam hal ini setelah dilakukan Batch transmission diikuti pula oleh penyerahan fisik dari peralatan computer. Batch ini sering diberikan atau dipertukarkan antara satu bank ke bank lain (interbank). Akan tetapi, tidak tertutup pula kemungkinan dibuat dan diberikan oleh nasabah (pengirim dana). Bahkan, bank tertentu membenarkan pihak nasabah untuk menyerahkan sendiri peralatan memori komputer kepada Automated Clearing House.

3. Transfer Yang Lebih Mengaktifkan Nasabah

Pada sistem konvensional hampir seluruh proses dan administrasi pengiriman uang dilakukan oleh pegawai bank. Melalui transfer elektronik ini pihak nasabah pengirim uang lebih berperan dan mengambil beberapa porsi dari kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh pegawai bank tersebut. Bahkan, dapat dilakukan transfer uang dimana hanya nasabah pengirim uang yang melakukannya dengan memasukkan data ke dalam sistem perbankan dan diproses langsung oleh sistem komputer perbankan tanpa sama sekali ikut campur tangan pihak pegawai bank yang bersangkutan. Dalam hal ini penggunaan kode-kode rahasia seperti nomor Personal Identification Number (PIN) sangat memainkan peranan penting, sehingga transaksi tersebut aman dari campur tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

4. Pergantian Terhadap Beberapa Langkah Dalam Sistem Warkat

(14)

praktis,cepat, efesiensi, dan aman tentu tidak menjadi soal dengan apa uang tersebut dikirim. Dalam hal pemakaian alat-alat elektronik yang canggih harus memenuhi unsur-unsur tersebut, asalkan dilakukan dengan cukup hati-hati, disertai dengan aturan main dan alat pengamanan yang jelas. Karena itu, bukan menjadi alasan bagi bank untuk tidak menggunakan sistem elektronik ini. Tugas utama dari bank adalah melakukan konversi sebanyak mungkin apa yang dahulunya dilakukan dengan warkat ke dalam system elektronik. Dalam hal ini apa yang dahulunya digunakan warkat, sekarang ini digunakan system elektronik. Diantaranya adalah pergantian instruksi dengan warkat dengan magnetic tape, peralatan memori computer, pengiriman instruksi credit transfer dengan peralatan komunikasi.

Selain itu Adapun jenis dari transfer elektronik meliputi : 1. Point Of Sale Terminals (POS)

Pos ini memungkinkan pelaksanaan transfer dana rekening seseorang kepada rekening orang lain dengan memakai terminal pos yang didirikan di tempat-tempat bisnis.

2. Automated Teller Machine (ATM)

(15)

dengan menggunakan kode rahasia yang dinamakan PIN (Personnal Identification Number) yang hanya diketahui oleh pemegang kartu sendiri. 3. Phone Banking

Yaitu jenis pengiriman uang dengan mempergunakan handphone. Yang mana handphone ini berfungsi sama sebagai mesin ATM. Tetapi dimiliki secara pribadi.

Adanya sistem transaksi elektronik ini sangat mendukung pergerakan ekonomi dalam hal mempercepat transaksi-transaksi bisnis baik yang sifatnya sektoral maupun lintas sektoral. Sehingga mendorong kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi yang secara nyata mengutamakan kecepatan dan efisiensi yang memberikan kemudahan-kemudahan, kenyamanan, biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat dan efesien, lebih aman bagi nasabah serta dapat mendukung kinerja dan aktivitas masyarakat secara luas.

Diantara jenis EFT diatas, fasilitas yang paling terkenal dan sering digunakan adalah ATM. Hal ini disebabkan karena semua kalangan dapat mempergunakannnya asal saja mereka merupakan nasabah dari suatu bank. Pada saat ini ATM sudah banyak dipasang di berbagai tempat, terutama tempat-tempat ramai seperti pusat-pusat perbelanjaan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya masyarakat menggunakan ATM yang penggunaannya dapat menghemat tenaga dan waktu.

(16)

kredit modal kerja tetapi lebih dari itu yakni sebagai tempat pembayaran berbagai kebutuhan masyarakat dan sangat signifikan bagi bank pada masa kini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan jasa pelayanan bank.

Selain keuntungan dan kemudahan yang dimiliki oleh transaksi secara elektronik, khususnya ATM, fasilitas tersebut tentunya juga memiliki kekurangan atau dampak negatif yang perlu diperhatikan. Dampak-dampak negatif tersebut antara lain adalah:

1. Terjadinya perdebetan yang tidak dikehendaki oleh pemilik rekening 2. Kerusakan mesin sehingga nasabah tidak bisa mengambil uangnya 3. Terjadinya kesalahan transfer yang dilakukan melalui ATM

4. Terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga, salah satu contohnya pembobolan ATM.

Dampak negatif tersebut dapat mengurangi keunggulan jasa elektronik dalam perbankan serta menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah bank pengguna ATM. Dilihat dari kedudukan nasabah bank dalam perjanjian ATM, tentunya pihak nasabah bank memerlukan perlindungan-perlindungan khusus agar tidak menderita kerugian, dimana kiranya agar kerugian yang mungkin diderita nasabah dapat ditutupi oleh pihak yang berkewajiban untuk itu. Namun, umumnya perjanjian ATM hanya dibuat dalam bentuk perjanjian pembukaan rekening tabungan biasa, yang bentuknya sudah dibuat oleh salah satu pihak saja, yaitu pihak bank dengan tambahan fasilitas ATM.

(17)

berlapis untuk transaksi elektronik ini. Namun, tetap saja masih ada celah-celah. Sehingga, masih ada pengguna jasa yang dirugikan seperti halnya dampak negative yang telah dipaparkan diatas.

Munculnya dampak negatif adalah semakin tinggi efektifitas dan efesiensi maka semakin tinggi resikonya. Seyogyanya pemakaian peralatan elektronik dapat dimulai setelah perlatan pencegahan penyalahgunaan diprogramkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan secara serius dari segi hukum berkenaan dengan perkembangan perbankan yang menggunakan kemajuan teknologi serta dampaknya antara laon kejahatan yang mungkin terjadi dalam system perbankan elektronik dengan menggunakan mesin ATM untuk mendapatkan dana secara melawan hukum atau, transfer dana tidak sah, penggunaan kartu kredit atau kartu ATM yang tidak sah, mengubah data pada pusat data bank untuk kepentingan pelaku dan lain-ain yang semuanya jika tidak dijalankan secara hati-hati masih menggambarkan rawannya perbankan elektronik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana bentuk layanan jasa yang diberikan oleh Bank Sumut cab.USU-Medan terhadap penggunaan Automated teller machine (ATM)?

2. Bagaimana Tanggung Jawab Bank kepada Nasabah Bank terhadap risiko-risiko dalam penggunaan ATM?

(18)

C. Tujuan dan Manfaat penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk layanan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah pemegang kartu ATM.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban yang dapat diberikan oleh bank berkenaan dengan kerugian yang diderita nasabah bank pengguna ATM dalam melakukan transaksi, baik yang disebabkan oleh kesalahan manusia maupun karena kerusakan mesin.

3. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman nasabah tentang perlindungan hukum terhadap pemegang kartu ATM bila tejadi permasalahan dengan pihak Bank dikemudian hari.

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian terhadap perkembangan hukum perbankan di I ndonesia.

2. Secara Praktis

(19)

D. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar dapat mencapai tujuan dan dapat lebih terarah serta dapat dipertanggungjawabkan, maka penulisan menggunakan jenis penelitian hukum normative dan field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti dan melakukan penelitian lapangan.

2. Alat Pengumpulan Data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :5

5

Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum (Medan : Penerbit Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), hal.3-4 Bahan Hukum Primer, yaitu :

a. Dokumen-dokumen hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang seperti peraturan dasar perundang-undangan. Dalam tulisan ini antara lain adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10, LN No.182, tahun 1999 tentang perbankan serta peraturan-peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu :

(20)

c. bahan hukum tersier, yaitu :

bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan dari bahan hukum primer seperti kamus bahasa asing, kamus istilah dalam hukum ekonomo dan juga mengenai metode penelitian hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan skripsi

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dari penulisan skripsi ini, penulisan lakukan melalui studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu layanan internet (internet services). Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis menafsirkan, membandingkan serta menterjemahkan berbagai buku dan artikel yang berhubungan dengan perlindungan hukum bagi nasabah bank melalui transaksi ATM, serta buku-buku mengenai peraturan hukum ATM.

4. Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini akan mengolah dan menyajikan data tentang permasalahan hukum mengenai perkembangan ATM. Pendekatan ini juga akan dipakai dalam analisa dan konstruksi dari data yang telah diolah tersebut. Sehingga akan diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

E. Tinjauan Kepustakaan

(21)

yang kini banyak digunakan di dunia perbankan, termasuk perbankan di indonesia. Sistem ini lebih dipilih oleh masyarakat luas umumnya karena mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem pembayaran konvesional lainnya. Apabila pada masa sekarang ini dimana transaksi-transaksi bisnis nasional maupun internasional dituntut untuk melakukan secara cepat dan efisien.

Salah satu produk EFTs adalah dalam hal penggunaan kartu ATM, nasabah bank tidak perlu datang ke bank bersangkutan hanya untuk menarik dana dari rekening miliknya, tapi cukup dengan menggunakan kartu ATM, dan memberikan nomor identitas khusus di mesin ATM yang tersedia. Dengan begitu nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar kemanapun ia pergi. Penggunaan ATM yang sangat praktis inilah yang menarik nasabah untuk menggunakannya dalam melakukan aktifitas khususnya dalam hal perbankan.

ATM juga dapat dipergunakan untuk kemudahan–kemudahan lainnya, seperti fungsinya sebagai kartu debit belanja yaitu : sebagai sarana pembayaran berbagai rekening (rekening listrik, rekening telefon, angsuran kredit), atau fungsi-fungsi lainnya yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak bank. Ternyata dalam praktek penggunaanya, kartu ATM tidak lagi hanya sebagai kartu untuk layanan transfer secara elektronik, tetapi juga telah berkembang menjadi kartu yang multiguna.

(22)

yang ada, patut diperhatikan adanya kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam transaksi melalui ATM, misalnya dengan penggunaan langsung kartu ATM nasabah yang telah diketahui nomor PIN (Personal Identification Number)-nya, pemalsuan kartu, atau pencurian data nasabah pengguna ATM untuk melakukan pembobolan ATM yang pada saat ini sedang marak terjadi.

Dalam hal ini bank sebagai lembaga kepercayaan yang diharuskan untuk menerapkan prisip kehati-hatian dalam melaksanakan segala kegiatan usahanya, dalam hal ini termasuk layanan transfer melalui sistem ATM, usaha yang dapat dilakukan bank untuk menciptakan kepercayaan nasabahnya adalah dengan memberikan jaminan keamanan yang jelas dan transparan.

Adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut diatas, hukum muncul sebagai kekuatan yang memberikan solusi antara lain memberikan perlindungan terhadap kemungkinan pelanggaran hak dan sebagainya terhadap semua pihak yang beritikad buruk.6

Hukum merupakan alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat yang sedang membangun dan berkembang termasuk indonesia, yang dalam defenisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak mungkin memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu.7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa judul skripsi iini dapat didefenisikan sebagai suatu hak nasabah bank dalam menggunakan transaksi elektronik ATM

6

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2000), hal 33.

7

(23)

yang harus dilindungi keamanannya oleh pihak bank dan oleh pemerintah melalui suatu peraturan ATM yang sah menurut hukum.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap judul-judul skripsi di perpustakaan belum ada tulisan yang mengangkat mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah yang melakukan transaksi elektronik banking melalui automated teller machine. Penulisan ini penulis angkat karena banyaknya dampak negatif yang mengurangi keunggulan jasa elektronik dalam perbankan serta menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah bank pengguna ATM.. Dilihat dari kedudukan nasabah bank dalam perjanjian ATM, tentunya pihak nasabah bank memerlukan perlindungan-perlindungan khusus agar tidak menderita kerugian, dimana kiranya agar kerugian yang mungkin diderita nasabah dapat ditutupi oleh pihak yang berkewajiban untuk itu.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan ATM serta perlindungan hukum. Oleh karena itu penulisan ini adalah asli karya penulis.

G. Sistematika Penulisan

(24)

BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis menggambarkan hal-hal yang bersifat umum, yang diikuti dengan alas an pemilihan judul, kemudian dilanjutkan dengan permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, Metode penulisan, Tinjauan kepustakaan dan Keaslian penulisan. Bab ini kemudian ditutup dengan memberikan sistematika dari penulisan skripsi ini.

BAB II : Dalam bab ini akan diulas mengenai tinjauan umum hubungan antara bank dengan nasabah yang terdiri dari prinsip-prinsip hubungan bank dengan nasabah, serta hak dan kewajiban antara bank dengan nasabah. BAB III : Dalam bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum mengenai transaksi

melalui ATM. Yang terdiri dari penjelasan mengenai Pengertian Elektronik Funds System (EFTs), Perjanjian penggunaan ATM dan Sistem keamanan dalam penggunaan ATM, serta Peraturan penggunaan ATM di Indonesia saat ini.

BAB IV : Bab ini akan mengulas mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi melalui ATM yang terdiri dari layanan apa saja yang disediakan dalam hal penggunaan ATM, dan bagaimana tanggung jawab bank terhadap segala macam risiko-risiko dalam penggunaan ATM serta dalam kaitannya dengan beberapa utaran-aturan hukum di Indonesia.

(25)

BAB II

TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH

A. Hubungan Bank Dengan Nasabah

Hubungan bank dengan nasabah pada prinsipnya didasarkan oleh dua unsur, yaitu hukum dengan kepercayaan. Kepercayaan ini berupa masyarakat menyimpan sejumlah dana miliknya kepada bank melalui jasa produk perbankan. Kemudian pihak bank menggunakan dana yang disetorkan tersebut untuk melakukan suatu kegiatan perbankan dan pengembangan usaha bank. Dengan dasar kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilitas dana dari masyarakat untuk diaplikasikan pada banknya, kemudian bank akan memberikan jasa-jasa perbankan. Hampir sebagian besar dana yang digunakan oleh bank bukan berasal dari modal pemilik atau pengelola bank, melainkan dana masyarakat atau lembaga lain.8

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Lebih lanjut diuraikan oleh pasal 3 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Udang No.10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa :

9

Ada dua hubungan hukum antara bank dengan nasabah yaitu:10 1. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah nyimpan dana

8

Ronny Sautama Hotma Bako, Hubungan Bank Dengan Nasabah Terhadap Produk

Tabungan Dan Deposito, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal.32

9

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Mengenai Perubahan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992, LN No.182, Tahun 1999, tentang Perbankan Pasal 3

10

(26)

Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat. Bentuk hubungan hukum yang muncul dari produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan sebagainya. Bentuk hubungan itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus didapati oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan yang tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening tabungan.11

Berdasarkan Pasal 1765 KUHPerdata tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana adalah perjanjian peminjaman uang dengan bunga. Sehingga dana yang diserahkan oleh nasabah adalah milik bank selama dalam jangka waktu penyimpanan bank. Maka dari itu, sebelum diambil oleh nasabah atau telah dijatuh tempo, bank dapat menggunakannya untuk keperluan praktek pelayanan perbankan.

Pasal 1765 KUHPerdata menyebutkan bahwa :

Untuk peminjaman uang atau barang yang habis dalam pemakaian, diperbolehkan membuat syarat bahwa atas pinjaman itu akan dibayar bunga.

12

11

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1765

12

(27)

2. Hubungan Hukum Antara Bank Dan Nasabah Debitur

Artinya bank menempatkan dirinya sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit, modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil.13

Basis hubungan hukum antara bank dan para nasabahnya adalah hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual ini baru terjadi pada saat nasabah melakukan hubungan dengan pihak bank, seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito dan produk perbankan hak dan kewajiban. Dalam Undang-Undang perbankan tidak ditemukan ketentuan yang mengatur tentang hubungan hukum antara bank dan nasabah. Namun jika dilihat dari beberapa ketentuan yang dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bank dan nasabah diatur dalam perjanjian, yaitu Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Ketentuan dapat berupa simpanan yaitu dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainna yang dipersamakan dengan itu.14

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal dan perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.15

13

Ibid.

14

Ibid.

15

Suberkti, Hukum Perjanjian, Cet.14, (Jakarta: Intermedia, 1992), hal.1.

(28)

dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah yang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Selain itu, dalam perjanjian juga memuat asas konsesualisme (kesepakatan) yang lazimnya disimpulkan dari pasal Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat-syarat perjanjian. Asas konsesualisme pada dasarnya ialah perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.16

Asas kebebasan berkontrak dan asas konsesualisme dapat diterapkan dalam hubungan antara bank dan nasabah, apabila posisi tawar-menawar (Bargaining Position) para pihak adalah setara. Artinya para pihak dapat saling mengemukakan kehendak masing-masing. Dalam praktek, pada umumnya bank telah membuat formulir tersendiri. Dalam formulir telah tertera segala persyaratan-persyaratan yang harus ditentukan oleh bank. Inilah yang oleh para ahli hukum tersebut perjanjian baku artinya perjanjian yang telah dibukukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.17

Dalam praktek perbankan, bank berhak memakai dana yang disimpan di kas bank sekehendaknya. Sementara itu, nasabah penyimpan dana tidak mempunyai hak apapun untuk memakai dana tersebut. Hak nasabah penyimpan dana hanya untuk menagih dan mendapatkan kembali dana tersebut. Dengan kata lain, bahwa dana yang disimpan oleh nasabah merupakan kekayaan bank selama dalam penyimpanan bank.18

16

Ibid., hal.15

17

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Cet.2, (Bandung: Alumni,1983), hal.48

18

(29)

Maka berlakulah ketentuan bahwa nasabah yang menyimpan atau menyetorkan uangnya kepada bank dilakukan bukan dengan cuma-Cuma artinya, pihak bank harus memberikan bunga kepada nasabahnya.

B. Asas-Asas Dalam Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah

Hubungan hukum antara bank dan nasabah berlandaskan pada beberapa asas antara lain yaitu :

1. Hubungan Kepercayaan (Fiduciary relation)

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang mengatakan bahwa usaha bank dilandasi hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan pinjam-meminjam yang antara debitor (bank) dan kreditor (nasabah penyimpan dana) yang dilandasi oleh asas kepercayaan. Dengan kata lain, bahwa menurut Undang-Undang Perbankan, hubungan antara bank dengan nasabah bukan hanya hubungan kontraktual biasa antara debitor dan kreditor yang diliputi oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan yang diliputi asas kepercayaan secara ekspilit Undang-Undang mengakui hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kepercayaan, yang membawa konsekuensi bank tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan nasabah.19

Hubungan antara nasabah juga bersifat sebagai hubungan kepercayaan yang membebankan kewajiban kepercayaan (Fiduciary

19

(30)

obligation) kepada bank terhadap nasabah. Oleh karena itu, masyarakat bisnis dan perbankan Indonesia berpendapat bahwa hubungan antara bank dengan nasabah debitur juga hubungan yang berdasarkan kepercayaan.20

Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang perbankan bahwa:

Hubungan antara bank dengan nasabah bukan sekedar hubungan kontraktual belaka, melainkan juga hubungan kepercayaan. Dengan demikian, bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah debitor atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitor mampu dan mau membayar kembali kredit tersebut demikian pula hubungan antara bank dan nasabah debitor yaitu hubungan perjanjian kredit, bukanlah hubungan kontraktual biasa melainkan juga hubungan kepercayaan.

21

2. Hubungan Kehati-Hatian (Prudential Relation)

Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.

Dengan demikian bank harus memperhatikan kepentingan nasabah, karena Undang-Undang pun mengakui bahwa antara bank dan nasabah adalah hubungan kepercayaan.

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.

20

Ibid.

21

(31)

Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar bank selalu dalam keadaan liquid dan solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia tidak ragu-ragu menyimpan dana di bank.22

Prinsip kehati-hatian harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat dan bukan hanya nasabah dari bank itu saja.23 3. Hubungan Kerahasiaan (Confidential Relation)

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain dari nasabah bank yang merupakan kelaziman dunia perbankan (wajib) dirahasiakan. Karena ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang mampu menyimpan uangnya di bank.24

22

Sutan Remy Sjahdeini, (B), Sudah Memadaikah Perlindungan Yang Diberikan Oleh

Hukum Kepada Nasabah Penyimpan Dana, (Surabaya : Orasi Ilmiah Universitas Airlangga, 1994)

23

Ibid., hal. 170

24

Ibid., hal. 171

(32)

Keterkaitan bank terhadap ketentuan atau kewajiban merahasiakan keadaan nasabahnya menunjukan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karena itu, hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kerahasiaan.

Di Indonesia kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 45 Dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998.25

25

Sjahdeini, (B), ibid., hal. 173 Pasal 40

Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Dan Pasal 44.

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Pasal 41

Untuk kepentingan perpajakan, menteri berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah tertentu kepada pejabat pajak. Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus menyebutkan nama pejabat

pajak dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya. Pasal 42

untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, menteri dapat memberi izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa pada bank.

Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, Atau Ketua Mahkamah Agung.

Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan nama dan jabtan polisi, jaksa atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, sebab-sebab keterangan diperlukan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan-keterangan yang diperlukan.

Pasal 43

(1) Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasi kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.

Pasal 44

(1) Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepda pihak lalin.

(2) Ketentuan mengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh bank Indonesia.

Pasal 45

(33)

C. Hak Dan Kewajiban Antara Bank Dengan Nasabah

Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban yang dipikul oleh masing-masing pihak. Lazimnya suatu perjanjian adalah timbal balik atau bilateral. Artinya, suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikannya dari hak-hak yang diperolehnya. Selanjutnya suatu pihak yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap sebagai kebalikannyanya kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya.26

1. Hak dan Kewajiban Bank Hak-hak bank antara lain :

a. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 mengatur hak-hak bank antara yaitu :27

i. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan.

Pasal 47

(1) barang siapa tanpa membawa perintah tertulis dari menteri kepada bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 atau tanpa izin menterti sebagaimana dimaksud dalam pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 3000.000.000,- (Tiga milyar rupiah)

(2) anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut pasal 40, diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 2000.000.000,- (dua milyar rupiah)

26

Subekti, Op. Cit., hal. 29

27

(34)

ii. Memberikan kredit; iii. Menerbitkan surat utang;

iv. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya;

v. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabahnya;

vi. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;

vii. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

viii. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

ix. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

x. Melakukan penempatan dana dari nasabaha kepada nasabah lainnyadalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

xi. Ketentuan dalam huruf ini telah dihapus oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998;

(35)

xiii. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

xiv. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

b. Dalam Pasal 7 Undang-Undang perbankan juga disebutkan hak-hak bank berupa:28

i. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

ii. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

iii. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaanya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

iv. bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana pension sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

28

(36)

c. Hak mendapatkan bunga dari pokok pinjaman dana atau kredit sesuai dengan perjanjian antara bank dengan nasabah.29

d. Hak mendapatkan komisi dari nasabah atas jasa produk perbankan sesuai dengan perjanjian antara bank dengan nasabah.30

Bank mempunyai beberapa kewajiban berupa:31

a. Memelihara bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rehabilitas, solvabitas, dan aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian;

b. Memiliki dan menerapkan system pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank sesuai dengan prinsip kehati-hatian;

c. Menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan danaya kepada bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya.

d. Menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transasksi nasabah yang dilakukan melalui bank untuk kepentingan nasabah. Informasi tersebut perlu diberikan apabila bank bertindak sebagai perantara penempatan dana dari nasabah, atau pembelian atau penjualan surat berharga untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Informasi dimaksud dapat memuat keadaan bank, termasuk kecukupan modal dan kualitas asset;

29

Subekti, Op. Cit., hal. 35

30

Ibid., hal. 36

31

(37)

e. Memberikan keterangan dan penjelasan. Dimana Bank Indonesia berwenang mewajibkan seluruh bank untuk menyampaikan segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan pasal 30 Undang-Undang Perbankan dan pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Apabila diperlukan, kewajibn tersebut dikenakan pula terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi. Tujuan penyampaian keterangan dan penjelasan oleh bank kepada Bank Indonesia untuk memantau keadaan dari suatu bank; f. Memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia untuk memeriksa

buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan. Keterangan tentang bank yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan tersebut tidak diumumkan dan bersifat rahasia;

(38)

h. Kewajiban untuk menjaga rahasia keuangan nasabah. Bentuk hubungan transaksi antara bank dan nasabah wajib dirahasiakan kepada pihak manapun terutama mengenai keadaan keuangan nasabah, kecuali dalam hal-hal tertentu;

i. Kewajiban untuk mengamankan dana nasabah. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, maka bank telah diwajibkan untuk menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank bersangkutan berupa pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS);

j. Kewajiban untuk menerima sejumlah uang dari nasabah dan mengumpulkan bon-bon untuk rekening nasabah. Nasabah yang memasukkan uang kedalam rekeningnya, dia harus mengisi slip setoran dan mendapatkan stempel dari kasir penerima. Setelah divalidasi oleh bank slip setorannya, maka bank berkewajiban untuk menyimpan uang tersebut pada rekening nasabah, misalnya tabungan atau deposito. Dengan diterimanya sejumlah uang dari nsabah tersebut, maka bank akan menyalurkan ke dalam produk perbankan yang lain, misalnya kredit;

k. Kewajiban untuk menghormati cek nasabah. Bank harus menghormati cek yang dikeluarkan oleh nasabah, yaitu :

- dibuat dengan cara yang benar;

(39)

- tidak ada alas an hukum yang membuat pemberian fasilitas (Overdraft) dibatalkan

l. Kewajiban untuk mengetahui secara mendalam tentang nasabahnya. Sesuia dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenai Nasabah (Know your Customer), maka bank wajib meminta keterangan bukti diri dari nasabah. Maksudnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

2. Hak Dan Kewajiban Nasabah Hak-hak nasabah antara lain :32

a. Hak untuk mendapatkan pembayaran kembali. Uang yang ada pada rekening adalah dapat dibayarkan kembali kepada nasabah atas perintah nasabah selama pembayan kembali tersebut dilakukan pada tanggal tertentu atau pada akhir periode yang telah ditetapkan selama hari kerja bank;

b. Hak untuk menulis cek. Dengan memiliki rekening dibank, maka nasabah memiliki hak untuk menulis cek. Bank berkewajiban untuk menghormati semua cek yang ditandatangani oleh nasabahnya, karena cek adalah perintah tertulis yang ditunjukan kepada bank untuk membayarkan sejumlah uang;

c. Hak untuk mendapatkan bunga atas produk tabungan dan deposito yang telah diperjanjikan terlebih dahulu;

32

(40)

d. Janji bank untuk membayar kembali uang nasabah, tidak termasuk janji untuk membayar bunga. Biasanya bank membayar bunga atas simpanan uang nasabah di bank. Bunga yang dibayarkan oleh nasabah tersebut dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku;

e. Hak untuk mengetahui secara terperinci tentang produk-produk perbankan yang ditawarkan. Hak ini merupakan hak utama dari nasabah, karena tanpa penjelasan terperinci dari bank melalui customer service-nya, maka akan sangat sulit bagi nasabah untuk memilih produk perbankan yang sesuai dengan kehendaknya;

Sedangkan kewajiban nasabah yaitu:33

b. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank. Sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan oleh calon nasabah secara tepat dan jelas;

c. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank termasuk menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank sesuai dengan jenis layanan jasa yang diinginkan;

d. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank; e. Menyerahkan buku cek atau giro bilyet tabungan;

f. Kewajiban untuk berhati-hati dalam menulis cek. Sebuah cek yang ditulis oleh nasabah adalah pemberian suatu mandate hukum kepada bank untuk membayar cek sesuai dengan jangka waktu berlakunya cek tersebut. Nasabah yang tidak berhati-hati dalam menuliskan cek, dalam

33

(41)

hal ini nasabah beritikad buruk, maka ia dapat dianggap berusaha jika kemudian mengakibatkan kerugian terhadap bank atas tindakannya tersebut;

(42)

BAB III

Penggunaan Automated Teller Machine (ATM) Dalam Transaksi Elektronik

A. Sistem Automated Teller Machine (ATM) sebagai bagian dari Electronic

Funds Transfer System (EFTs)

Sistem ATM merupakan sistim transfer yang banyak digunakan oleh masyarakat, nasabah pada khususnya. Sistim ini merupakan bagian atau salah satu dari produk Elektronik Funds Transfer System (EFTs) yang secara sederhana adalah sistim transfer dana yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik dan juga komputer.

1. Pengertian Electronic Funds Transfer System (EFTs)

Dalam dunia elektronik perbankan Indonesia, penggunaan teknologi bukanlah hal yang asing lagi, sebaliknya sekarang ini merupakan suatu keharusan yang dituntut oleh tingginya mobilitas masayarakat dan pesatnya perkembangan teknologi yang ada. Dalam hal transfer dana atau uang, perbankan di Indonesia telah memanfaatkan teknologi yang menggunakan komputer, yaitu melalui Electronic Funds Transfer System (EFTs).

Electronic Funds Transfer System (EFTs) di Indonesia merupakan bagian dari teknologi sistim informasi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan bank kepada pihak masyarakat luas.

(43)

seseorang dapat melakukan pemindahan/transfer uang dari suatu bank kepada bank lain secara otomatis tanpa bantuan tenaga manusia.34

2. Sistem Elektronik Dalam Lalu Lintas Transfer Perbankan

Menurut UU no.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

Pada dasarnya EFTs adalah transfer dana, yaitu pemindahan uang dari satu lokasi ke lokasi yang lain, yang dilakukan dengan suatu sistem komputerisasi tanpa menggunakan dokumen kertas.

Melalui sistim komputerisasi tersebut, hanya dengan memberi perintah atau petunjuk melaui peralatan elektronik yang telah tersedia, maka nasabah dapat melakukan transfer pada saat itu juga, tanpa harus datang ke bank. Transfer melalui EFTs ini jauh lebih efisien dan sangat membantu nasabah yang mempunyai mobilitas tinggi.

Transfer adalah salah satu jenis pelayanan perbankan yang banyak digunakan oleh masyarakat pengguna jasa perbankan. Berbagai macam transaksi dapat dilaksanakan melalui transfer perbankan. Cara ini lebih aman dan efesien bagi nasabah karena nasabah tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar pada saat bepergian.

Pengertian transfer atau mentransfe adalah :35 1. Memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain 2. Menyerahkan atau mengalihkan hak milik kepada orang lain

34

Dedi Rusmadi, Kamus Komputer,(Bandung:M2S, 1989),hal. 104

35

(44)

3. Mengirim 4. Mengalihkan

Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan. Transfer dana adalah pengiriman uang lewat bank, yang dalam bahasa inggris disebut remittance atau bank transfer. Transfer dapat terjadi karena pembayaran dimana pembayaran dan penerima pembayaran tidak saling bertemu misalnya karena keduanya berada di lain kota atau lain Negara.36

Electronic transfer merupakan transfer dana dimana satu atau lebih bagian dalam transfer dana yang dahulu digunakan dengan memakai warkat atau transfer secara fisik diganti dengan teknik elektronik. Bagian-bagian yang dalam transfer dana sebelumnya memakai paper based, diganti dengan sistem elektronik, antara lain sebagai berikut :

Transfer dana yang menggunakan peralatan elektronik dan teknologi komputer sebenarnya bukan merupakan barang baru lagi bagi perbankan Indonesia. Perkembangannnya mulai tahun 1980-an yang kemudian menjadi lebih pesat dengan dikeluarkannya kebijakan yang menyebabkan menjamurnya bank-bank di Indonesia. Walaupun penggunaan EFTs di Indonesia masih sangat jauh dibandingkan dengan EFTs yang berkembang di luar negeri, namun perkembangan di Indonesia menunjukan arah yang positif, karena ternyata kini EFTs menjadi salah satu kebutuhan dan keharusan.

37

1. Pengirim pesan elektronik antara bank pengirim dengan bank penerima. Misalnya model lama telegraphic transfer diganti dengan instruksi pembayaran via teleks atau hubungan komputer to komputer ;

36

Thomas Suyatno, Lalu Lintas Pembayaran Dalam Dan Luar Negeri, (Jakarta :PT.Gramedia, 1990), Hal.33

37

(45)

2. Data penting yang dahulunya dibuat dengan paper based diganti dengan sistem data yang terekam dengan mesin seperti magnetic ink character recognition (MICR) atau optical character recognition (OCR) ;

3. Penggunaan data, terminology dan dokumentasi pengiriman yang standar ; 4. Pembuatan instruksi transfer dengan komputer ;

5. Menciptakan sistem elektronik yang baru dimana tidak hanya sekedar menggantikan sistem lama yang berdasarkan paper based.

Ciri transfer elektronik adalah :38

a. Pemakaian sistem elektronik yang canggih

Teknologi yang berupa telegraph, teleks, telepon, komputer to komputer, mesin ATM, bahkan internet merupakan teknologi yang semakin memainkan peranan penting dalam proses transfer uang antar bank.

b. Batch Transmission

Batch Transmission adalah beberapa transfer yang diakumulasi menjadi satu dan dilakukan sekali transfer untuk keseluruhan transfer tersebut. Dalam hal ini biasanya setelah dilakukan Batch Transmission diikuti oleh penyerahan fisik dari peralatan memori komputer.

c. Transfer yang lebih mengaktifkan nasabah

Nasabah pengirim uang lebih aktif dalam memasukkan data kedalam sistem perbankan dan diproses langsung oleh sistem komputer perbankan tanpa sama sekali ada campur tangan pegawai bank yang bersangkutan.

38

(46)

d. Penggantian terhadap beberapa langakah dalam sistem warkat

Dalam hal ini apa yang dahulunya digunakan warkat, sekarang ini digunakan sistem elektronik, diantaranya adalah pergantian instruksi warkat dengan magnetic tape, peralatan memori komputer, dan pengiriman instruksi kredit dengan peralatan telekomunikasi.

3. ATM sebagai salah satu jenis EFTs

Kemajuan teknologi inforamsi telah mengubah masyarakat kita melalui berbagai kemudahan, dan fasilitas yang dapat menciptakan transaksi bisnis semakin banyak dilakukan secara elektronik, mengingat efesiensi dan keamanan yang ditawarkan. Tidak terkecuali transaksi yang dilakukan oleh nasabah perbankan, termasuk pelayanan transfer.

Ada dua macam EFTs yaitu :39

1. Sistem EFTs yang tidak mengaktifkan nasabah

Sistem ini digunakan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya untuk transfer dana antar bank. Nasabah bank tidak mempunyai akses langsung dengan sistem ini. Dalam hal ini pegawai bank lah yang lebih aktif.

2. Sistem EFTs yang diaktifkan oleh nasabah bank

Sistem ini dikembangkan didunia perbankan untuk memberikan kemudahan dan akses langsung bagi nasabah bank kerekening dana mereka. Contoh produk EFTs adalah ATM, electronic pre-payment cards, teleshopping, dan home banking.

Sejak dikeluarkannya produk kartu oleh Barclaycard pada tahun 1960-an, penggunaan kartu kredit dan bentuk-bentuk kartu plastic lainnya

39

(47)

berkembang dengan sangat pesat. Pada dasarnya ada empat bentuk kartu yaitu: kartu cheque, kartu debit, kartu kredit, dan ATM.40

Perkembangan uang plastic ini akan terus berlanjut dan harus diantisipasi sejak dini. Hal ini dikarenakan tingkat keamanannya yang tinggi dan tingkat pengawasan bank yang tinggi, yang dilakukan secara komputerisasi dengan sistem online, sehingga pemilik kartu dapat mengetahui beberapa jumlah dana dalam rekeningnya pada saat dilakukan transaksi.

ATM bukanlah cara pembayaran tapi dapat memberikan nasabah uang tunai dan pelayanan pembayaran. Nasabah memasukkan kartu kedalam mesin dan memberikan nomor PIN sebagai identitasnya. Kartu ATM hanya dapat digunakan di mesin-mesin ATM dari bank yang mengeluarkan kartu dan bank-bank lain yang telah mengadakan perjanjian dengan bank tersebut.

41

Fungsi ATM mula-mula dimaksudkan untuk meningkatkan rekening cek sebagai alternatif yang memberikan kenyamanan bagi fungsi-fungsi kasir Automated Teller Machine (ATM) pada dasarnya merupakan terminal EFTs yang mampu melakukan beberapa jenis pelayanan rutin perbankan kepada nasabah. Sistem ATM dapat menangani tranksaksi transfer, informasi saldo nasabah, penarikan tunai ataupun angsuran kredit kecil. Sistem ini biasanya dioperasikan selam 24 jam sehari dan berlokasi tidak hanya dilingkungan bank sendiri, tetapi juga di pusat-pusat perbelanjaan ataupun sarana umum lainnya. Sistem ATM dapat dioperasikan sendiri oleh masing-masing bank ataupun melalui kerjasama beberapa bank dengan membentuk suatu jaringan ATM bersama (Shared ATM network).

40

Marcus Smith and Patricia Robertson, Plastic Money Law Of Bank Payment, (London, sweet & Maxwell, 1999), hal.161

41

(48)

dalam menguangkan uang. Dalam istilah sederhana, ATM adalah mesin elektro mekanis yang dipakai oleh nasabah bank untuk mendapatkan jasa perbankan. Sebuah ATM biasanya memuat tiga tempat untuk masukan (input) informasi ke dalam sistem dan tiga tempat untuk keluaran (output).

Tempat masukan itu adalah :42

1. Masukan/ bacaan kartu (card input/reade) 2. Numeric Keyboard

3. Function keyboard

Sedangkan tempat keluaran (Output) adalah :43 1. Penayangan pesan (message display panel) 2. Cash dispenser untuk mengeluarkan uang

3. Recipt printer untuk mengeluarkan balance statement.

Kartu ATM digunakan nasabah dengan nomor PIN yang merupakan nomor identitas pribadi dari pemegang/pemilik kartu ATM. PIN ini adalah terdiri dari suatu jajaran digit unik yang dapat mengidentifikasi penggunaan komputer yang dimaksud guna memberikan pengamanan terhadap nasabah pemilik kartu ATM tersebut. Nomor-nomor ini tentunya berbeda untuk masing-masing pemegang kartu, yang biasanya dapat disusun sendiri oleh pemegang kartu.

Sistem pengamanan terhadap komunikasi elektronik harus dapat memberikan perlindungan terhadap hal-hal sebagai berikut :44

42

Allen H Lipis, dkk, Perbankan Elektronik diterjemahkan oleh A. Hasyim Ali, (Jakarta:Rineka Cipta,1992), hal. 20

43

Ibid,

44

(49)

a. Pengubahan, penambahan atau perusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap data-data dan informasi baik selama dalam penyimpanan maupun selama proses transmisi oleh pengirim kepada sipenerima sedang berlangsung;

b. Perbuatan pihak yang tidak bertanggung jawab yang berusaha untuk dapat memperoleh informasi-informasi yang dirahasiakan, baik diperoleh langsung dari penyimpannya maupun ketika ditransmisi oleh pengirim kepada penerimanya (penyadap).

4. Risiko-risiko penggunaan Automated Teller Machine (ATM)

Penggunaan pelayanan ATM ini seperti yang diketahui masyarakat pada umumnya relatif aman, karena pengguna layanan ini selain harus memiliki kartu ATM-nya sendiri, pengamanan juga ditambah dengan penggunaan angka PIN yang hanya diketahui oleh nasabah tersebut, tetapi dalam kenyataannya penggunaaan ATM banyak dijumpai masalah-masalah yang mengakibatkan risiko – risiko seputar penggunaan ATM.

Risiko – risiko tersebut antara lain : 1. Besifat Finansial

Ada beberapa risiko yang bersifat financial dalam hal penggunaan ATM:45 a. Pencurian Uang

Salah satu bentuk paling sederhana dalam melakukan kecurangan di ATM adalah mencuri uang hasil pengambilan yang dilakukan oleh nasabah. Tentunya pencurian disini bukan dengan menodong nasabah setelah melakukan transaksi melainkan menggunakan alat

45

(50)

“penyimpan” uang yang ditempelkan pada mesin ATM. Alat yang digunakan adalah sebuah “duplikat” tempat keluarnya uang pada mesin ATM. Dengan demikian nasabah yang melakukan transaksi tidak mencurigai perangkap tersebut. Saat nasabah melakukan transaksi tentunya diharapkan uang akan keluar dari mesin ATM. Namun, dikarenakan uang tersebut disimpan diperangkap tersebut, seolah-olah proses yang terjadi adalah mesin ATM kehabisan uang, sudah tidak ada lagi lembar uang yang tersisa di mesin ATM tersebut. b. Pencurian Kartu

(51)

Dengan menggunakan metode pencurian kartu tersebut, tentunya hal yang menjadi perhatian utama bagi pelaku kejahatan adalah mengenai nomor PIN dari kartu ATM tersebut agar dapat digunakan. Bila menggunakan cara yang telah disebutkan sebelumnya tentunya dapat menimbulkan kecurigaan bagi sang korban. Oleh karena itu, terdapat beberapa teknik lain yang digunakan untuk mendapatkan nomor PIN dari nasabah yang menjadi korban kejahatan tersebut, yaitu:

a. Penggunaan kamera tersembunyi

Teknik ini merupakan teknik yang sederhana. Dengan menempatkan kamera posisi kamera ditempat yang strategis dan tersembunyi dengan baik, pelaku kejahatan dapat dengan mudah melihat nomor PIN yang dimasukan oleh nasabah.

b. Penggunaan Tombol

Pada teknik ini digunakan kunci tombol (keypad) palsu yang berfungsi untuk mengirimkan nomor PIN yang ditekan oleh nasabah kepada pelaku kejahatan. Nasabah tidak menyadari bahwa tombol kunci yang ditekan tersebut merupakan media untuk mengirimkan nomor PIN kartu ATM tersebut karena penampilan dari tombol kunci seolah-olah merupakan bagian dari mesin ATM. c. Penyadapan nomor PIN

(52)

didalam mesin ATM. Pada saat nasabah memasukkan nomor PIN-nya dimesin ATM saat itu juga data tersebut tersimpan secara elektronik (digital) pada alat pencatatan data elektronik di mesin ATM tersebut. Dengan melakukan penyadapan terhadap akses data tersebut maka dapat diambil data-data penting yang disimpan di dalam mesin ATM tersebut salah satunya adalah nomor PIN nasabah.

d. Skimming

Metode skimming dapat dipahami sebagai metode penyaringan data pada kartu ATM nasabah. Untuk kasus kejahatan dengan metode skimming digunakan alat yang disebut skimer. Fungsi alat ini adalah untuk menyaring data-data yang terdapat didalam kartu ATM nasabah. Penempatan skimer diletakkan disekitar mesin ATM. Sehingga, seolah-olah alat tersebut merupakan bagian dari mesin ATM. Cara kerja alat ini adalah dengan menyalin data-data yang ada didalam pita magnetik kartu ATM pada saat digesekan di alat tersebut. Setelah data didalam kartu ATM disalin maka pelaku kejahatan dapat melakukan duplikasi kartu ATM dan melakukan transaksi pengambilan uang di ATM layaknya seorang nasabah. e. Phising

(53)

ataupun lembaga yang dapat dipercaya dalam melakukan transaksi atapun komunikasi secara elektronik. Umumnya penggunaan teknik penipuan ini dilakukan dengan menggunakan media internet, email, ataupun telepon. Penelepon akan mengaku sebagai orang yang dapat dipercaya melaksanakan susatu kegiatan atau transaksi tertentu. Pada bentuk penyerangan menggunakan ATM umumnya saat ini adalah dengan menggunakan fasilitas transfer yang sudah dapat dilakukan melalui mesin ATM. Dengan menggunakan nomor rekening tujuan tertentu maka proses transfer dilakukan pada saat itu juga data-data nasabah dapat diketahui oleh pelaku kejahatan.

Dalam proses komunikasi dengan menggunakan jaringan komputer tentunya dibutuhkan informasi mengenai pengirim dan penerima. Dengan menempatkan diri sebagai penerima, sang pelaku kejahatan tentunya dapat mengetahui data-data mengenai sang pengirim, dalam hal ini nasabah. Dengan metode ini, pelaku kejahatan akan mengetahui data-data dari nasabah terutama terkait dengan rekening, alamat ataupun data-data lain yang terkait.

f. PIN block attack

(54)

terenkripsi. Tentunya penyerangan ini dilakukan terhadap jaringan yang terhubung antara mesin ATM dengan jaringan perbankan. Para hacker menyerang server yang terhubung dalam jaringan dan mengambil blok-blok PIN yang terisi dengan data-data yang telah terenkripsi. Data mengenai nomor kartu, nomor rekening, nomor PIN dan jumlah dana yang transaksi. Selain itu, para pencuri juga mencuri kunci yang digunakan untuk melakukan enkripsi data-data tersebut. Dengan demikian juga memungkinkan bagi para pencuri tersebut untuk membuka data-data tersebut sehingga mengetahui nomor penting, salah satunya adalah nomor PIN nasabah. Dengan mengetahui data-data tersebut maka para pencuri tersebut bisa saja membuat duplikat kartu-kartu ATM dan melakukan penarikan dari mesin-mesin ATM yang tersedia.

2. Bersifa Non-Finansial

a. Penerbitan Kartu ATM Tidak Sesuai Dengan Janji

Janji yang diberikan tidak sesuai dengan kebenarannya misalnya kebenaran iklan layanan 24 jam padahal mesin ATM hanya sanggup beroperasi makasimal 23 jam 30 menit menurut beberapa produsen pemasok ATM.

b. Lupa nomor PIN (Personal Identification Number)

(55)

c. Kartu ATM Tertelan

Apabila nasabah memasukkan data PIN yang salah sampai tiga kali maka kartu bisa tertelan mesin ATM.

d. Mati Lampu

Dalam hal ini jika terjadi mati lampu maka mesin akan mati, dan tentunya ini menyebabkan nasabah kesulitan untuk melakukan penarikan uang ataupun menggunakan fitur ATM lainnya. Hal ini tentu menggeser arti kartu ATM yang mengunggulkan ke efesienan dan keefektifan waktu.

e. Uang dalam Mesin ATM habis

Uang dalam mesin ATM habis menyebabkan nasabah tidak dapat menggunakan fitur penarikan tunai. Hal ini akan menurunkan pamor penyelenggara transaksi elektronik yaitu bank dalam rangka meningkatkan kenyamanan.

f. Mesin Rusak

Mesin rusak menyebabkan terjadinya kerugian non financial bagi nasabah. Disini nasabah tidak dapat melakukan aktivitas didalam kartu ATM. Sehingga ATM tidak berfungsi sebagai mestinya yaitu dalam transaksi elektronik.

(56)

peralatan teknologi yang canggih tentunya juga diperhitungkan pencegahan penyalahgunaan dari penggunaan teknologi itu sendiri. Seperti halnya penggunaan PIN berupa nomor atau kata yang disandikan. Sepanjang pemakai dapat menjaga kerahasiaan, pemakaian system tersebut dianggap aman. Kartu atm magnetic dapat dipalsukan. Sedangkan nomor PIN, tidak mungkin dipalsukan, menurut pihak bank.

Oleh karena itu sebaiknya nasabah berhati-hati dalam penggunaan kartu ATM tersebut. Untuk menjaga keamanan dana yang tersimpan dalam kartu ATM, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah :46

1. Bila orang lain tahu nomor PIN, segera ganti nomor PIN; 2. Jangan menyuruh orang lain melakukan transaksi;

3. Jangan membuang slip bukti transaksi terakhir;

4. Jangan menliskan nomor PIN pada kartu ATM, dompet, buku telepon, KTP dan lain-lain;

5. Lakukan blocking apabila kartu hilang;

6. Segera hubungi bank bila ada kesalahan transaksi.

Selain itu ada beberapa masalah lain yang berhubungan dengan perjanjian standar dalam aplikasi permohonan ATM yang berat sebelah. Tentang tidak berfungsinya ATM dikarenakan :

1. Terputusnya aliran listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN); 2. Terputusnya saluran telepon dari PT.Telkom;

3. Unit ATM yang rusak;

4. Komputer pusat penerbit ATM mengalami kerusakan;

46

(57)

5. Persediaan uang dalam

Referensi

Dokumen terkait

SMK Negeri 3 Yogyakarta memiliki delapan program studi keahlian yang terbagi menjadi beberapa kompetensi keahlian: kompetensi keahlian teknik konstruksi kayu,

[r]

produits de base sont plus faibles, assurant ainsi que les investissements pour financer le développement social et économique restent constants. Le Fonds de stabilisation

Kista arachnoid ekstradural di tulang belakang merupakan kista yang langka dan jarang sebagai penyebab kompresi sumsum tulang belakang dan kista ini paling sering terjadi pada

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kematangan emosional remaja PPA IO-935

P : Saya ummi dari USU, Saya lagi mengadakan penelitian tentang skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi promosi Melalui Pemanfaatan Media Sosial Pada Perpustakaan

Kriteria yang digunakan penulis untuk menentukan tingkat validitas skala motivasi belajar anak menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Azwar (1999) yaitu suatu

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.. Intinya, motivasi