• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN

Dalam dokumen LKFS Bayan Resources Sept 13 (FC 4.7x) (Halaman 105-115)

batubara i. Coal shipping and barging contracts

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN

KONTINJENSI (lanjutan) 33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued) l. Fasilitas bank (lanjutan) l. Bank facilities (continued)

Perusahaan, IP, WBM, TSA, PIK, FKP, BE, dan

ML The Company, IP, WBM, TSA, PIK, FKP, BE, and ML

Pada tanggal 30 September 2013, Joint Facility yang telah terpakai sebesar AS$31.636.470 yang terdiri atas jaminan bank atas kontrak TSA dan FKP dengan PT Thiess Contractors Indonesia sebesar AS$26.000.000 (lihat Catatan 40c), Jaminan Bank atas kontrak Perusahaan dengan TP Utilities Pte. Ltd sebesar AS$2.467.200 (lihat Catatan 40b) dan jaminan reklamasi untuk WBM, PIK, FKP dan TSA sejumlah Rp 36.804.735.653 (AS$3.169.270), (lihat Catatan 33d ).

As at 30 September 2013, US$31,636,470 of the Joint Facility has been utilised which consists of bank guarantees for TSA and FKP under the contracts with PT Thiess Contractors Indonesia amounting to US$26,000,000 (refer to Note 40c), bank guarantee for the Company under the contracts with TP Utilities amounting US$2,467,200 (refer to Note 40b) and for reclamation guarantees of WBM, PIK, FKP, and TSA amounting to Rp 36,804,735,653 (US$3,169,270), respectively (refer to Note 33d).

GBP GBP

Pada tanggal 24 Agustus 2010, GBP telah menandatangani perjanjian Fasilitas Gabungan Surat Penjaminan (L/G Line) sejumlah AS$20.000.000 dengan ANZ. Fasilitas tersebut telah diperpanjang sampai 31 Maret 2014 dan kemudian akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu 6 bulan setelahnya.

On 24 August 2010, GBP entered into a US$20,000,000 Multi Option Trade Facility (L/G Line) agreement with ANZ. The facility was extended until 31 March 2014 which shall be automatically extended for another 6 months.

Pada tanggal 28 Juni 2013, GBP telah menandatangani perpanjangan perjanjian Fasilitas Gabungan Surat Penjaminan (L/G Line) dengan ANZ. Fasilitas tersebut telah diperpanjang sampai dengan 30 April 2014 dan kemudian akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu 6 bulan setelahnya.

On 28 June 2013, GBP entered into an amendment of the Multi Option Trade Facility (L/G Line) agreement with ANZ. The facility was extended until 30 April 2014 which shall be automatically extended for another 6 months.

Pada tanggal 30 September 2013, fasilitas yang telah terpakai sebesar AS$6.832.445 yang terdiri dari performance bond untuk kepentingan perjanjian penjualan batubara dengan TNBF sejumlah AS$2.748.550 dan jaminan reklamasi sejumlah Rp 47.426.278.130 (AS$4.083.895) (lihat Catatan 33d).

As at 30 September 2013, US$6,832,445 of the facility has been utilised which consists of a performance bond for a coal sales contract with TNBF amounting to US$2,748,550 and for reclamation guarantees amounting to Rp 47,426,278,130 (US$4,083,895) (refer to Note 33d).

WBM WBM

Pada tanggal 14 Oktober 2010, WBM mengadakan perjanjian fasilitas kredit dengan ANZ dalam bentuk fasilitas garansi bank untuk kepentingan performance bond dengan batas kredit sebesar AS$400.000 dan fasilitas ini berlaku sampai dengan 30 Juni 2017. Pada tanggal yang sama, ANZ menerbitkan Irrevocable Standby Letter of Credit (SBLC) senilai AS$400.000 dimana 100% dijamin dengan kas (lihat Catatan 8).

On 14 October 2010, WBM entered into a credit facility agreement with ANZ in the form of a bank guarantee facility for performance bond purposes with a credit limit of US$400,000 and this facility is valid until 30 June 2017. On the same date, ANZ issued an Irrevocable Standby Letter of Credit (SBLC) amounting to US$400,000 which was 100% cash collaterised (refer to Note 8).

Pada tanggal 28 Juni 2013, WBM telah menandatangani perpanjangan perjanjian fasilitas kredit dengan ANZ dan fasilitas ini diperpanjang sampai dengan 30 April 2014.

On 28 June 2013, WBM entered into an amendment of the credit facility agreement with ANZ and extended the facility to 30 April 2014. Pada 19 April 2013, WBM menerbitkan

performance bond dari ANZ di bawah kontrak penjualan dengan TNBF sebesar USD 2.663.010. Jaminan ini berlaku sampai 22 April 2014.

On 19 April 2013, WBM issued a performance bond from ANZ under the sales contract with TNBF amounting to USD 2,663,010. This guarantee is valid until 22 April 2014.

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTINJENSI (lanjutan)

33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)

l. Fasilitas bank (lanjutan) l. Bank facilities (continued)

BT dan FSP BT and FSP

Pada tanggal 14 Desember 2011, FSP dan BT mengadakan perjanjian fasilitas kredit dengan ANZ dalam bentuk fasilitas garansi bank untuk kepentingan jaminan bank dengan batas kredit sebesar AS$500.000 dan fasilitas ini berlaku sampai dengan 31 Maret 2012, yang akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu enam bulan atau tanggal dimana FSP dan BT telah memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian ini atau tanggal lainnya yang ditentukan atas kebijakan ANZ.

On 14 December 2011, FSP and BT entered into a credit facility agreement with ANZ in the form of a bank guarantee facility to be used for bank guarantee with a credit limit of US$500,000 and this facility is valid until 31 March 2012, which shall be automatically extended for another six months or when FSP and BT have fulfilled its obligation under this facility agreement or such other extension at the discretion of ANZ.

Pada tanggal 4 Juni 2012, fasilitas tersebut ditingkatkan menjadi sebesar AS$1.000.000 dan diperpanjang hingga 31 Maret 2013.

On 4 June 2012, the credit facility agreement was increased to US$1,000,000 and extended until 31 March 2013.

Pada tanggal 28 Juni 2013, FSP dan BT telah menandatangani perpanjangan perjanjian fasilitas kredit dengan ANZ. Fasilitas tersebut telah diperpanjang sampai dengan 30 April 2014 dan kemudian akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu 6 bulan setelahnya

On 28 June 2013, FSP and BT entered into an amendment of the credit facility agreement with ANZ. The facility was extended until 30 April 2014 which shall be automatically extended for another 6 months.

Pada tanggal 30 September 2013, fasilitas yang telah terpakai sebesar AS$568.899 yang terdiri dari jaminan reklamasi untuk FSP dan BT sejumlah Rp2.912.499.610 dan Rp 3.694.133.088 (AS$250.796 dan AS$318.103) (lihat Catatan 33d).

As at 30 September 2013, US$568,899 of the facility has been utilised which consists of reclamation guarantees for FSP and BT amounting to Rp2,912,499,610 and Rp 3,694,133,088 (US$250,796 and US$318,103) respectively (refer to Note 33d). m. Perjanjian sewa operasi peralatan berat m. Heavy equipment operating lease contract

Grup - kecuali ML The Group - except ML Pada tanggal 29 Juli 2008, Grup, kecuali ML,

mengadakan perjanjian induk sewa dengan PT Nirmala Matranusa, pihak berelasi, untuk penyewaan peralatan berat selama periode sepuluh tahun.

On 29 July 2008, the Group, except ML entered into a master lease agreement with PT Nirmala Matranusa, a related party, for various leases of heavy equipment during a period of ten years.

Pada tanggal 30 September 2013, Grup, kecuali ML, belum menyewa peralatan tersebut.

As at 30 September 2013, the Group, except ML has not yet leased any heavy equipment.

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTINJENSI (lanjutan)

33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)

n. Perjanjian penggunaan haulroad n. Agreement for the use of haul road Pada tanggal 8 Desember 2009, GBP dan PT

Diva Kencana Borneo mengadakan perjanjian penggunaan haul road di wilayah GBP. Perjanjian ini berlaku sampai dengan enam tahun.

On 8 December 2009, GBP and PT Diva Kencana Borneo entered into an agreement for the use of GBP’s haul road. This agreement is valid for six years.

WBM WBM

Pada tanggal 24 Agustus 2007, WBM mengadakan perjanjian dengan PT Arutmin Indonesia, untuk memperbolehkan WBM menggunakan jalan pengangkutan batubara di daerah PKP2B Arutmin sehingga WBM memperoleh akses bebas hambatan dalam mengangkut batubara di sepanjang jalan tersebut. WBM memperkirakan bahwa kontrak ini akan tetap berlaku sampai akhir masa tambang.

On 24 August 2007, WBM entered into an agreement with PT Arutmin Indonesia to allow WBM to use a haul road within the Arutmin CCoW area, to provide WBM unimpeded access for transporting coal along the haul road. WBM expects this agreement to remain in place for the life of the mine.

o. Perjanjian pertambangan batubara di daerah perbatasan bersama

o. Agreement for the mining of coal on the common boundary

Pada tanggal 24 Agustus 2007, WBM dan PT Arutmin Indonesia mengadakan perjanjian pengelolaan pertambangan batubara di perbatasan daerah pertambangan mereka. Perjanjian ini bertujuan untuk memaksimalkan pengambilan cadangan batubara di dekat daerah perbatasan. Perjanjian tersebut mengatur biaya dan kewajiban atas aktivitas penambangan tersebut.

On 24 August 2007, WBM and PT Arutmin Indonesia entered into an agreement for the mining of coal on the common boundary of their mining areas. The purpose of the agreement is to maximise the exploitation of coal reserves near the boundary area. The agreement governs the costs and liabilities which may arise from the mining activities.

p. Iuran kehutanan p. Forestry fee

WBM, GBP, FKP, dan MCM WBM, GBP, FKP and MCM Berdasarkan Peraturan Pemerintah, seluruh

perusahaan yang memiliki aktivitas di dalam area hutan produksi dan hutang lindung namun kegiatannya tidak berhubungan dengan kegiatan kehutanan memiliki kewajiban untuk membayar iuran kehutanan sebesar Rp 1.000.000 sampai Rp 3.000.000 per hektar per tahun. Iuran ini berlaku mulai 2008. WBM, GBP, FKP, dan MCM mengakui iuran ini dengan dasar akrual. Grup berpendapat bahwa tidak ada aktivitas lain yang berhubungan dengan iuran tersebut.

Based on Government Regulations, all companies which have activities in production and protected forest areas which are not related to forestry activities will have an obligation to pay a forestry fee ranging from Rp 1,000,000 to Rp 3,000,000 per hectare annually. This fee is effective from 2008. WBM, GBP, FKP and MCM has recognised this fee on an accrual basis. The Group believes that it does not have other operations subject to this fee.

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTINJENSI (lanjutan)

33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)

q. Kewajiban atas IUP Eksplorasi q. Exploration IUP Obligation Berdasarkan IUP eksplorasi, BAS, DE, TJ, TA,

OM, SK, SA, MBE, MEL, BKL diwajibkan untuk membayar iuran tetap sesuai ketentuan yang berlaku

Pursuant to the Exploration IUP, BAS, DE, TJ, TA, OM, SK, SA, MBE, MEL, BKL shall pay dead rent based on the prevailing regulation.

r. Penundaaan kegiatan eksploitasi r. Suspension of exploitation activity Pada tanggal 25 Mei 2012, FKP menerima Surat

Persetujuan Perpanjangan Penundaan Kegiatan (suspensi) dari DJMBP terhitung mulai tanggal 27 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2012 untuk area KW.05PB0108.

On 25 May 2012, FKP received an approval letter for the extension of suspension from the DGMCG which is valid from 27 October 2011 until 26 October 2012 for area KW.05PB0108. Pada tanggal 2 Mei 2013, FKP menerima Surat

Persetujuan Perpanjangan Penundaan Kegiatan (suspensi) dari DJMBP terhitung mulai tanggal 27 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2013 untuk area KW.05PB0108.

On 2 May 2013, FKP received an approval letter for the extension of suspension from the DGMCG which is valid from 27 October 2012 until 26 October 2013 for area KW.05PB0108. s. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009 s. Mining Law No. 4/2009

Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia meloloskan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru (“Undang-Undang”), yang telah disetujui oleh Presiden pada 12 Januari 2009, menjadi UU No. 4/2009. Sistem PKP2B dimana beberapa entitas anak Grup beroperasi sudah tidak tersedia bagi para investor. Meskipun Undang-Undang mengindikasikan PKP2B yang ada, seperti yang dimiliki Grup, akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak, ketentuan peralihan tidaklah jelas dan mengharuskan klarifikasi lebih lanjut dalam peraturan pemerintah yang akan diterbitkan. Terdapat sejumlah permasalahan yang sedang dianalisis pemegang PKP2B, termasuk Grup. Beberapa diantaranya termasuk:

On 16 December 2008, the Indonesian Parliament passed a new Law on Mineral and Coal Mining (the “Law”), which received the assent of the President on 12 January 2009, becoming Law No. 4/2009. The CCoW system under which several of the Group’s subsidiaries operate will no longer be available to investors. While the Law indicates that existing CCoWs, such as those held by the Group, will be honoured, the transition provisions are unclear, and will require clarification in yet to be issued government regulations. There are a number of issues which existing CCoW holders, including the Group, are currently analysing. Among others these include:

 ketentuan peralihan atas PKP2B. Undang- Undang menjelaskan bahwa PKP2B yang ada akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak. Namun, Undang- Undang juga menetapkan bahwa PKP2B yang ada harus disesuaikan dalam jangka waktu satu tahun terhadap ketentuan Undang-Undang (kecuali untuk penerimaan negara - yang tidak didefinisikan, tetapi diasumsikan termasuk royalti dan pajak); dan

the CCoW transition provisions. The Law notes that existing CCoWs will be honoured until their expiration. However, it also states that existing CCoWs must be amended within one year to conform with the provisions of the Law (other than terms related to State revenue - which is not defined, but presumably includes royalties and taxes); and

 keharusan bagi pemegang PKP2B yang telah memulai aktivitasnya untuk, dalam waktu satu tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang, menyerahkan rencana kegiatan pertambangan untuk keseluruhan area kontrak. Jika rencana ini tidak dilaksanakan, area kontrak dapat dikurangi menjadi hanya seluas area yang diperbolehkan untuk Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Undang- Undang.

the requirement for CCoW holders which have already commenced some form of activity to, within one year of enactment of the Law, submit a mining activity plan for the entire contract area. If this plan is not fulfilled, the contract area may be reduced to that allowed for licences under the Law.

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTINJENSI (lanjutan)

33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)

s. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009

(lanjutan)

s. Mining Law No. 4/2009 (continued)

Diperkirakan para pemegang PKP2B, dengan dukungan dari asosiasi industri pertambangan, akan mempertahankan hak mereka berdasarkan kontrak yang sekarang berlaku. Terdapat kemungkinan bahwa ketentuan arbitrase akan dipakai jika pemerintah mencoba untuk memaksa perubahan ketentuan PKP2B tanpa persetujuan pemegang PKP2B. Grup sedang menganalisa dampak situasi ini terhadap operasinya, dan yakin bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan dalam waktu dekat, karena industri pertambangan dan pemerintah bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang ada.

It is expected that CCoW holders, with the support of mining industry associations, will vigorously defend their rights under their existing contracts. It is possible that the arbitration provisions of the CCoWs will be invoked if the government attempts to force changes in CCoW terms without the agreement of the contractors. The Group is analysing the impact of this situation on its operations, and believes that there will be no significant impact in the near term, as the industry and the government work towards a consensus on these issues.

Setelah keluarnya Undang-Undang tersebut, DJMBP menerbitkan Surat Edaran (“SE”) No. 03.E/31/DJB/2009 sehubungan dengan KP yang menjadi dasar operasi FSP, BT, BAS, TA, DE, SK, SA, TJ, OM, MCM, MBE, MEL, dan BKL. Beberapa di antaranya adalah:

Following the issuance of the Law, DGMCG issued Circular Letter No. 03.E/31/DJB/2009 with respect to Mining Rights under which FSP, BT, BAS, TA, DE, SK, SA, TJ, OM, MCM, MBE, MEL and BKL operation. The Circular states that, among others:

 KP yang ada pada saat diberlakukannya Undang-Undang masih berlaku hingga jangka waktu berakhirnya KP tetapi wajib dikonversi menjadi IUP sesuai dengan Undang-Undang, paling lambat 11 Januari 2010.

Mining Rights in force at the time the Mining Law was enacted will remain valid until the expiration of the Mining Right but must be converted to IUP by 11 January 2010 at the latest.

 Tata cara penerbitan IUP akan diterbitkan

oleh DJMBP. 

The procedures for IUP issuance will be issued by the DGMCG.

 Semua pemilik KP eksplorasi dan eksploitasi diwajibkan untuk menyerahkan rencana aktivitas seluruh KP hingga berakhirnya jangka waktu KP, paling lambat enam bulan setelah disahkannya Undang-Undang, yaitu 11 Juli 2009.

All existing exploration and exploitation Mining Rights holders are required to deliver an activities plan for the whole Mining Right area covering the period until expiration of the Mining Right term, at the latest within six months of the enactment of the new Mining Law, i.e. by 11 July 2009.

Pada bulan Pebruari 2010, Pemerintah Indonesia mengeluarkan dua peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No. 22/2010 dan 23/2010 (“PP No. 22” dan “PP No. 23”), sehubungan dengan penerapan Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009. PP No. 22 mengatur tentang pembentukan area pertambangan melalui sistem IUP yang baru. PP No. 23 memperjelas prosedur untuk memperoleh IUP. PP No. 23 menyatakan bahwa PKP2B yang ada akan tetap diakui oleh Pemerintah, namun demikian perpanjangan atas PKP2B tersebut akan dilakukan melalui penerbitan IUP. PP No. 23 juga mewajibkan agar KP diubah menjadi IUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya PP No. 23.

In February 2010, the Government of Indonesia released two implementing regulations for Mining Law No. 4/2009, i.e. Government Regulations Nos. 22/2010 and 23/2010 (“GR No. 22” and “GR No. 23”). GR No. 22 deals with the establishment of mining areas under the new Mining Business Licence system. GR No. 23 provides clarifications surrounding the procedures to obtain new IUPs. GR No. 23 indicates that existing CCoWs will be honoured by the Government although any extension of existing CCoWs will be through the issuance of an IUP. GR No. 23 also requires a KP to be converted into an IUP within 3 (three) months of the issuance of GR No. 23.

33. PERJANJIAN PENTING, KOMITMEN, DAN KONTINJENSI (lanjutan)

33. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES (continued)

s. Undang-Undang Pertambangan No. 4/2009

(lanjutan)

s. Mining Law No. 4/2009 (continued) Pada tanggal 5 Juli 2010, PP No. 55/2010

dikeluarkan. PP ini untuk mengatur pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.

On 5 July 2010, GR No. 55/2010 was issued. This GR deals with the guidance and supervision of mineral and coal mining business in Indonesia.

Pada tanggal 10 Januari 2012, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres No.3/2012) tentang Tim Evaluasi untuk penyesuaian Kontrak Karya dan PKP2B. Tim Evaluasi (“Tim”) akan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Alam untuk aktivitas harian. Selain itu, Tim juga dibantu oleh anggota kabinet lainnya (Menteri Keuangan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Kehutanan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan lain-lain).

On 10 January 2012, the President issued a Presidential Decree (Keppres No.3/2012) on Evaluation Team for Contract of Work (“COW”) and CCoW. The Evaluation Team ("Team") will be chaired by the Coordinating Minister of Economy and co-chaired by the Minister of Energy and Mineral Resources for its daily activities. The Team is also assisted by the current Cabinet Members (Ministry of Finance, Ministry of Justice and Human Rights, Ministry of Forestry, Indonesia Investment Coordinating Board, et al).

Tugas Tim meliputi: (1) evaluasi ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal Kontrak Karya dan PKP2B; (2) penetapan luas wilayah kerja dan penerimaan negara; dan (3) menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan kewajiban pemegang Kontrak Karya dan PKP2B, terhadap pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara.

The Team's task consists of the following: (1) evaluating the articles in the COW and CCoW; (2) determine the COW and CCoW areas and state income/revenue; and (3) determine steps to be taken for the implementation of the COW and CCoW holder’s obligations, on the processing and/or refinery of mineral and coal.

Pada tanggal 21 Pebruari 2012, Pemerintah Indonesia mengubah PP No. 23 dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 24/2012 (“PP No. 24”), yang mengatur mengenai pengalihan IUP, divestasi, dan wilayah pertambangan.

On 21 February 2012, the Government of Indonesia amended GR No. 23 by issuing Government Regulation No. 24/2012 (“GR No. 24”), which regulates the transfer of IUPs, divestment and mining areas.

Pada 13 September 2013, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri No 27/2013 yang bertujuan untuk memperjelas Peraturan Pemerintah No. 23/2010 dan PP No. 24/2012 mengenai tata cara divestasi penanaman modal asing dalam Perusahaan pertambangan Indonesia. Beberapa provisi dalam PM No.27/2013 terlihat bertentangan dengan Peraturan Pertambangan No.4/2009 dan PP 23/2010. Grup sedang menganalisa dampak dari PM No 27/2013 dan mempertimbangkan dampak potensial terhadap anak perusahaan tidak langsung dibawah KRL sambil mencari kejelasan dari Kementerian melalui Asosiasi penghasil batubara APBI.

On 13 September 2013, the ministry of Energy and Mineral Resources of Indonesia issued Ministerial Regulation No. 27 of 2013 (MR No. 27/2013) which sought to expand on GR No. 23/2010 and GR No. 24/2012 in relation to the divestment of foreign share holding in an Indonesia mining Company. A number of the provisions of MR No. 27/2013 appear to also be in conflict with Mining Law No. 4/2009 and GR 23/2010. The Group is currently analyzing the impact of MR No. 27/2013 and considering its potential impact on its indirect subsidiaries held under KRL while seeking clarity from the Ministry through the coal procedurs Associations APBI.

Grup mengetahui bahwa, dengan adanya pengalihan AU, BA, CA dan TA ke dalam Grup baru-baru ini, dapat timbul beberapa masalah yang harus ditanganinya intuk memastikan izin KP di keempat (4) konsesi batubara di atas

Dalam dokumen LKFS Bayan Resources Sept 13 (FC 4.7x) (Halaman 105-115)

Dokumen terkait