• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN SISTEM DAN MEKANISME

C. Perjanjian Penyelesaian Sengketa Perdagangan

1. Perundingan Uruguay Round

Perundingan Uruguay Round, yang merupakan perundingan multilateral untuk menata kembali aturan main di bidang perdagangan internasional, telah berlangsung sejak bulan September 1986 dan berakhir April 1994. Perundingan tersebut merupakan suatu upaya untuk memperkuat sistem GATT dan mencegah

149

semakin meningkatnya kecenderungan proteksionisme di berbagai negara penting, terutama di negara maju.150

Berbeda dengan putaran perundingan multilateral di bidang perdagangan yang secara berkala diselenggarakan oleh GATT, kali ini ada sekurang-kurangnya tiga hal pokok yang membuat Uruguay Round berbeda dari putaran GATT yang sebelumnya, yakni:151

1. Substansi yang dirunding kali ini jauh lebih luas daripada substansi yang bisa ditangani dalam rangka putaran perundingan perdagangan multilateral yang diselenggarakan oleh GATT,

2. Partisipasi negara berkembang kali ini jauh lebih terasa daripada dalam putaran perundingan multilateral lainnya,

3. Perundingan kali ini juga mecakup perubahan institusional sehingga dari awal dibayangkan dapat mencapai kesepakatan agar GATT sebagai lembaga akan diperkuat secara berarti.

Ketiga hal tersebut akan mempunyai dampak yang cukup luas bagi negara- negara peserta karena hasil perundingan Uruguay Round akan menyentuh lebih banyak hal dan lebih banyak pihak daripada hasil perundingan sebelumnya.152

Perundingan Uruguay Round secara resmi dimulai dari September 1986, pada waktu para menteri negara peserta bersidang di Punta del Este, Uruguay.

150

H. S. Kartadjoemena, GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round, Op cit, hal 1 151

GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Op cit, hal 212

152

Mandat untuk perundingan Uruguay Round dirumuskan dalam Deklarasi Punta del Este, September 1986.153

Perundingan Uruguay Round, seperti yang telah ditentukan menurut pedoman perundingan, yakni Deklarasi Punta del Este, mencakup 15 bidang. Bila diklasifikasikan lebih jauh lagi, 15 bidang tersebut dapat dibagikan pada rincian yang berikut:154

1. Masalah perluasan akses ke pasar yaitu bidang yang selama ini secara

“tradisional” merupakan bidang yang ditangani oleh GATT,

2. Masalah penyempurnaan aturan main dalam GATT yang berlaku agar dapat dibuat lebih jelas dan lebih seimbang,

3. Masalah penyempurnaan institusional agar GATT sebagai lembaga dapat diperkuat untuk dapat lebih menunjang perdagangan dunia yang lebih terbuka,

4. Masalah-masalah baru atau new issues, yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh GATT, tetapi, atas desakan negara maju, telah menjadi bagian dari perundingan Uruguay Round.

Pada waktu negara-negara menyepakati untuk meluncurkan Putaran Uruguay pada tahun 1986 dengan agenda perundingan paling ambisius sepanjang sejarah GATT, perbaikan mekanisme penyelesaian sengketa masih menjadi salah satu tujuan utama diadakannya putaran perundingan tersebut, sehingga dibentuk satu grup perunding khusus untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan prosedur

153

Ibid, hal 212 154

H. S. Kartadjoemena, Substansi Perjanjian GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sistem, Kelembagaan, Prosedur, Implementasi dan Kepentingan Negara Berkembang, Op cit, hal 100

penyelesaian sengketa yang masih dirasakan sekali pun sejak Tokyo Round telah dilakukan berulang kali perbaikan. Bahkan selama berlangsungnya Putaran Uruguay, sebelum kesepakatan-kesepakatan terbaru mengenai prosedur penyelesaian sengketa dicapai dalam kerangka WTO yang akan dibentuk, para perutusan negara merasa perlu untuk memberlakukan perbaikan-perbaikan tertentu terhadap prosedur penyelesaian sengketa GATT lewat Decision on Improvements to the GATT Dispute Settlement Rules on Procedures of 12 April 1989. Perbaikan-perbaikan prosedur penyelesaian sengketa yang diputuskan tahun 1989 tersebut dipertahankan lagi lewat kesepakatan tahun 1994 oleh CONTRACTING PARTIES dengan Decision of 22 February 1994 on Extension of the April 1989 Decision on Improvements to the GATT Dispute Settlement Rules and Procedures. Dengan keputusan terakhir ini prosedur penyelesaian sengketa yang telah diperbaiki tersebut akan terus dipertahankan sampai dihasilkannya prosedur yang baru yang akan dihasilkan Uruguay Round.155

2. Deklarasi Punta del Este

Dalam Deklarasi Punta del Este, ketentuan mengenai perundingan di bidang penyelesaian sengketa dalam rangka Uruguay Round berbunyi sebagai berikut:156

―In order to ensure prompt and effective resolution of

disputes to the benefit of all contracting parties, negotiations shall aim to improve and strengthen the rules and procedures of the dipute settlement process, while recognizing the contribution that would be made by more effective and enforceable GATT rules and discplines‖

155

Hata, Op cit, hal 197-198 156

Berdasarkan deklarasi tersebut, tujuan utama perundingan di bidang penyelesaian sengketa adalah untuk memperkuat dan menyempurnakan aturan main dan prosedur dalam penyelesaian sengketa. Berkaitan dengan upaya dimaksud, deklarasi juga menekankan pentingnya sumbangan dari upaya perumusan aturan dan ketentuan GATT yang efektif dan dapat diterapkan terhadap perkembangan sistem penyelesaian sengketa yang bagus. Rumusan tersebut menekankan pentingnya upaya paralel untuk menyempurnakan aturan main dalam GATT. Upaya tersebut penting karena adanya suatu penyempurnaan terhadap mekanisme penyelesaian sengketa tanpa diikuti dengan penyempurnaan terhadap substansi aturan main itu sendiri tidak akan mencukupi. Dengan demikian, keterkaitan antara peyempurnaan mekanisme penyelesaian sengketa di satu pihak dan kegiatan dalam kelompok negosiasi di bidang rules di lain pihak merupakan hal yang penting.157

3. Perjanjian Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Hasil Perundingan Uruguay Round

Sebagai hasil perundingan Uruguay Round di bidang penyelesaian sengketa atau dispute settlement, telah disepakati suatu sistem penyelesaian sengketa yang telah disempurnakan. Ketentuan dan prosedur penyelesaian sengketa yang disepakati dalam Perjanjian dirumuskan dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes (DSU) atau Understanding. Ketentuan-ketentuan yang tercantum pada perjanjian tersebut

157

berlaku untuk seluruh sengketa yang timbul dalam kerangka WTO. Kesepakatan tersebut, merupakan suatu penyempurnaan dari sistem penyelesaian sengketa yang telah dikembangkan GATT sejak awal didirikan pada tahun 1947. Dari segi struktur kelembagaan, DSU menambah lapisan dalam hierarki sistem tersebut. Di samping adanya panel yang merupakan lembaga yang menilai dan memutuskan substansi dalam suatu sengketa, telah pula dibentuk lembaga banding atau Appellate Body apabila keputusan dari panel tidak dapat diterima oleh salah satu pihak.158

Sejak sidang Mid-Term Review di Montreal pada bulan Desember 1988, salah satu perkembangan baru yang disepakati adalah bahwa penetapan, kerangka acuan (Term of References atau TOR) dan komposisi panel yang menangani suatu sengketa tidak lagi tergantung kepada kehendak para pihak yang bersengketa. Selanjutnya DSU juga memperluas proses penyelesaian yang berlaku secara otomatis (prinsip automatically). Dalam DSU tercantum pula ketentuan bahwa hasil temuan panel maupun hasil dari setiap pengujian yang dilakukan oleh lembaga banding bersifat mengikat para pihak yang bersengketa. Lebih lanjut DSU menetapkan sistem yang terintegrasi yang memungkinkan anggota WTO untuk mengajukan tuntutan atas setiap perjanjian perdagangan multilateral yang dicantumkan dalam Annex Persetujuan Pendirian WTO. Dengan demikian maka fragmentasi atau pengkotak-kotakan yang sebelumnya terjadi, karena adanya

158

sistem penyelesaian sengketa yang berbeda berdasarkan GATT dan Tokyo Round dapat diatasi. 159

Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes, yang merupakan bagian dari Final Act, meliputi setiap aspek dari prosedur-prosedur penyelesaian sengketa. Perjanjian mengenai penyelesaian sengketa hasil perundingan Uruguay Round dapat dibagi dalam berbagai aspek yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut:160

1. Prinsip dan ketentuan umum

Sistem penyelesaian sengketa yang telah disempurnakan merupakan sistem yang diterapkan dengan berpegang pada beberapa prinsip dan ketentuan umum.

2. Ruang lingkup

Prosedur yang berlaku dalam perjanjian mengenai penyelesaian sengketa berlaku untuk semua perjanjian dalam Final Act dengan rincian penerapan yang mengandung variasi tergantung dari karakteristik perjanjian yang disepakati dalam rangka Putaran Uruguay.

3. Struktur kelembagaan

Perjanjian hasil perundingan Putaran Uruguay memberikan struktur kelembagaan di bidang penyelesaian sengketa yang lebih jelas lagi. Pada tingkatan tertinggi, General Council bertidak selaku Dispute

159

Ibid, hal 315 160

Settlement Body (DSB) apabila mereka bersidang sebagai otorita puncak untuk penyelesaian sengketa.

4. Prosedur dalam sengketa

Sistem penyelesaian sengketa dalam WTO hasil perundingan Uruguay Round menetapkan prosedur yang dirinci secara eksplisit agar proses penyelesaian sengketa mempunyai aturan pelaksanaan yang secara lengkap ditetukan sehingga diharapkan akan menjadi suatu proses yang lebih adil dan transparan.

5. Ketentuan mengenai negara berkembang

Dengan dalil bahwa sistem penyelesaian sengketa dbentuk untuk kepentingan semua pihak dan mengingat diperlukannya partisipasi yang lebih meningkat dari negara berkembang serta keadaan khusus yang dihadapi oleh negara berkembang tersebut, maka perjanjian juga mempunyai ketentuan khusus yang berlaku untuk negara berkembang.

Dokumen terkait