• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI

2. Perkembangan Anak

Periode ini adalah kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 tahun) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap Ikatan pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI), “ Perlindungan Anak: Bukan Basa Basi,” majalah Perlindungan

36

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Ciracas, Jakarta: Erlangga, Hal. 2

37

Ikatan pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI), “ Perlindungan Anak: Bukan Basa Basi,” majalah Perlindungan Anak, no.11 ( Maret 2007), hal 2

Anak, no.11 ( Maret 2007), hal, nilai, dan perilaku), psikososial serta diikuti oleh perubahan-perubahan yang lain.

Menurut Zastrow, anak yang berkembangnya normal memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan tingkat usianya. Adapun standar keterampilan yang secara umum dimiliki oleh anak usia 6 sampai 8 tahun yaitu : pada pola permainan anak-anak senang mencoba melakukan ketangkasan fisik, mulai berminat pada pertandingan, senang mengumpulkan barang dan menyukai permainan drama (imajinasi)38

a. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relativ seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama kerena bertambahnya ukuran system rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya. b. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang

38

Zastrow, charles and Karen k Kirst-A Shaman, Understanding human behavior and the sosial Environment(Chicago: Nelson-hall Publiser, 1993) hal 69

bersifat formal, seperti senam, berenang, dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain:

1. Anak usia 5 tahun mampu meloncat dan menari menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan dapat menghitung jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita, mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya, bila dilarang apa yang menjadi keinginannya, mampu membedakan besar dan kecil.

2. Anak usia 6 tahun. Ketangkasan meningkat melompat tali, bermain sepeda, mengetahui kanan dan kiri, mungkin bertindak menentang dan tidak sopan, mampu menguraikan objek-objek dengan gambar.

3. Anak usia 7 tahun. Mulai membaca dengan lancar, cemas terhadap kegagalan, peningkatan minat pada bidang spiritual, kadang malu atau sedih.

4. Anak usia 8-9 tahun. Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat, mampu menggunakan peralatan rumah tangga. Keterampilan lebih individual, ingin terlibat dalam sesuatu, menyukai kelompok dan mode, mencari teman secar aktif.

5. Anak usia 10-12 tahun. Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak, mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll, adanya keinginan anak untuk

menyenangkan dan membantu oranglain, mulai tertarik dengan lawan jenis.

c. Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Jika pada periode sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang kearah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. Menurut teori piaget, pemikiran anak-anak usia dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret operasional Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek

peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:

1. Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.

2. Hubungan timbal balik (Resipprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

3. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu dengan benda-benda yang adalah operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

a. Perkembangan Memori

Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (Memory Strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu:

1. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

2. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.

3. Image (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembanyangan dari seseorang.

4. Restieval (Pemunculan kembali): Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatuu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.

selain strategi-strategi diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.

b. Perkembangan Pemikiran

Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-inforamasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu berfikir secara reflektif dan evaluatif.

c. Perkembangan Kreativitas

Perkembangan kreativitas dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

d. Perkembangan Bahasa

Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat

bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih dsingkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat39

d. Perkembangan Psikososial

Pendekatan psikososial menurut Newman (1991) pada dasarnya memfokuskan pada pengalaman internal sebagai hasil interaksi antara proses somatic, ego, dan sosial. Proses somatic memfokuskan pada dampak dari atribut fisik dan perubahan fisik seseorang terhadap perasaan dan hubungan sosialnya. Proses ego memfokuskan pada representasi kita akan informasi dan hubungan kita mengkategorikan dan menginterpretasikan pengalaman. Sedangkan proses sosial menekankan pada cara kita terlibat dalam suatu kelompok daripada penggunaan pemikiran, perasaan dan perilaku kita.

Pendekatan psikososial berkembang untuk mendukung well-being seorang individu dan keluarga dan untuk merespon kebutuhan manusia agar bisa memulihkan fungsi sosialnya kembali dan untuk memperbaiki hubungan interpersonal mereka dan kehidupannya. Walaupun telah terjadi perubahan setelah beberapa tahun, pendekatan psikososial tetap mengakui pengaruh dari faktor biologi, internal psikologi dan proses emosional, kondisi sosial dan fisik eksternal dan saling mempengaruhi didalamnya.

39

G excess .” Perkembangan anak” dari <a href=

http://www.g-excess.com/content/view/446/title=”Perkembangan anak”>Perkembangan anak(Perkembangan Fisik,Perkembangan motorik,Perkembangan

Tahapan dasar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah pemahaman akan individu dan keluarga, sikap mereka terhadap lingkungan, dan peran “person- in situation gestalt” ( perilaku seseorang dalam situasi) sehingga penilaian yang berarti atau diagnosanya dapat disusun dengan baik (Woods and Robinson, 1996).

Istilah psikososial kemudian digunakan untuk mencerminkan perkembangan intervensi psikologi yang mengakui pentingnya aspek-aspek sosial dalam pengalaman manusia, sekaligus menjauhi istilah kesehatan mental (mental health) yang dapat menstigmasi (Laugghy dan Eyber, 2003 dalam Irwanto 2007, h 27)

Tahap psikososial merupakan tahap perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan kultur. Erikson menemukan bahwa dalam tahap-tahap kehidupan setiap individu, terdapat tugas-tugas perkembangan penting yang perlu diiselesaikan dengan baik. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan suatu tugas perkembangan awal akan menjadi dasar bagi tugas perkembangan selanjutnya, sehingga kemungkinan individu untuk dapat menyelesaikan tugas berikutnya akan lebih besar. Namun sebaliknya, kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas dalam suatu tahap perkembangan akan cenderung menghambat individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Seorang anak harus melewati tahapan perkembangan

psikososial ini secara urut dan masing-masing tahapan harus diselesaikan dengan baik.40

Menurut Erik Erickson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikososial anak:

1. Usia 0-12/18 bulan Basic trust vs mistrust ( percaya vs tidak percaya)

Pada fase ini anak mulai mengembangkan sense mengenai dunia yang baik dan aman. Pada masa ini penting bagi bayi untuk menyeimbangkan trust (yang memampukan mereka untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain) dan mistrust (yang memampukan mereka untuk melindungi diri mereka sendiri, baik dari orang asing maupun dari benda asing). Jika trust mendominasi maka anak akan mengembangkan “the virtue of hope” kepercayaan bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan dan desire yang mereka miliki (Erikson, 1982).

Jika mistrust yang mendominasi maka anak akan mempersepsi dunia sebagai tidak bersahabat dan tidak dapat diprediksi dan dikemudian hari anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial.

Pertanyaanya adalah bagaimana agar anak dapat mengembangkan trust? Critical element dari trust ini adalah pengasuhan yang sensitive,

responsive dan konsisten. Misalnya dalam hal memenuhi kebutuhan

makan si bayi, dalam hal ini ibu menjadi representasi dari dunia.

40

2. Usia 12/18 bulan-3 tahun autonomy vs shame& doubt (otonomy vs rasa malu atau ragu)

Tahap kedua ini ditandai dengan peralihan kemampuan bayi yang awalnya dikontrol oleh faktor eksternal (ibu) ke self control. Toilet traning menjadi issue yang penting pada masa ini. Toilet training yang

kurang berhasil pada tahap ini dipercaya berpengaruh terhadap kemandirian, self control dan kebiasaan anak menjaga kebersihan.

Fase yang disebut negativistic ada pada masa ini (meningkatkan pada usia 3 – 4 tahun dan akan menurun pada usia sekitar 6 tahun). itulah sebabnya orangtua perlu menghindari “ teriakan-teriakan TIDAK dan JANGAN” karena menurut penelitian hal itu akan ikut berpengaruh terhadap self control anak dan sense of competency.

3. Usia 3-6 tahun initiative vs guilt ( inisiatif vs rasa bersalah)

Pada masa ini anak belajar memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu/mencapai goal tanpa dihalangi ataupun tanpa perasaan bersalah dan takut dihukum (Erikson,1982). Dengan kata lain penting sekali untuk mendorong anak untuk mancapai tujuan tertentu dan memberikan pujian ketika ia berhasil melakukannya (hal ini sangat berguna untuk menumbuhkan motivasi internal si anak.

Jika anak tidak dapat menyelesaikan krisis pada masa ini dengan baik (misalnya: anak selalu dipersalahkan ketika melakukan sesuatu ‘tuh kan kamu sih jadi berantakan deh”, “ tuh kan mama bilang juga apa, pecah deh piring mama”) anak dapat menjadi seorang dewasa yang

mempersepsikan kesuksesan sebagai showing off bukan sesuatu datang dari dalam dirinya, anak juga akan menjadi pribadii dewasa yang intoleran, tidak spontan, dan sering mengalami psikosomatis. (psikosomatis ini adalah sakit yang disebabkan karena psikis bukan fisik, misalnya: anak sakit perut karena mau ulangan matematika, sakit kepala karena takut dimarahi, dsb)

4. Usia 6-12 tahun Industry vs inferiority ( industri vs inferitas)

Pada fase ini penting bagi seorang anak yang beranjak untuk memiliki pandangan bahwa diri memilki kemampuan untuk menguasai skill tertentu dan mampu menyelesaikan tugas (disebut juga dengan self esteem). Anak harus sudah mulai mempelajari keterampilan-keterampilan

yang baik sesuai dengan lingkungan masyarakat mereka (misalnya di kota Jakarta, pada masa ini anak mulai belajar untuk membaca dan menulis, di Alaska, anak pada masa ini belajar untuk berburu dan menangkap ikan).41 E. Pertimbangan Tumbuh Kembang terhadap Konsep Kematian

Perkembangan kognitif dan usia membentuk dasar pengertian anak terhadap konsep kematian. Pengertian muncul melalui waktu dalam pola sekuensial, akan tetapi prosesnya bervariasi pada setiap anak. Terdapat beberapa pemikiran dalam mengasuh anak berbagai usia pada akhir hidup mereka.(Rando, 1984)42

41 ibid 42

KBI Gemari,” Penderita Kanker Anak Meningkat Tajam”. Artikel diakses 28 January 2002” dari http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=1488

1. 0-2 Tahun Bayi

Perkembangan normal untuk bayi meliputi pembentukan kepercayaan pada orang tua sementara mendapatkan rasa untuk membedakan. Perpisahan dengan orang tua adalah perasaan takut yang utama. Bayi yang berada diakhir kehidupan tidak mempunyai konsep tentang kematian, serta sangat dipengaruhi keadaan fisik dan emosi keluarga. Reaksi terjadi berhubungan dengan perpisahan dari pengasuh dan perubahan rutin atau lingkungan.

Untuk mendukung anak seusia ini, orangtua dianjurkan tinggal bersama anak sebanyak mungkin sambil memberikan kelegaan dan kenyamanan fisik. Perkembangan anak kecil (toddler) meliputi pembentukan kemandirian diri orangtua sedikit demi sedikit, menginginkan rasa kendali terhadap lingkungan, dan mempelajari keterampilan dasar mengurus diri. Anak dibawah dua tahun dengan sakit terminal mempunyai pengertian terbatas tentang proses kematian. Oleh karena perbedaan dari orang lain tidak lengkap, maka anak usia dini ini dipengaruhi oleh emosi orang lain, sering bereaksi sewaktu melihat orang tuanya bereaksi.

Perawatan rumah sakit adalah hal yang sangat menekan (stressful). Mengurangi perpisahan anak dari orang tua sebanyak mungkin akan sangat mendukung, mendorong aktivitas bermain secara teratur dan memberikan rasa lega fisik dan kenyamanan yang maksimal.

Dokumen terkait