• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BATIK

3.2 Perkembangan Batik di Nusantara

Kerajinan batik merupakan salah satu kebudayaan yang ada di kerajaan Majapahit. Hal tersebut dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Pada saat kerajaan Majapahit memperluas daerah kekuasaannya, kesenian membatikpun ikut menyebar dan berkembang. Ketika tentara kerajaan Majapahit menaklukkan Tulung Agung dan tinggal di Tulung Agung dengan membawa kesenian batik. Batik yang diproduksi di daerah tersebut berwarna dasar putih dengan corak coklat dan biru tua. Zat pewarna tersebut merupakan zat pewarna alami yang diproleh dari tanaman soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi, dan lain sebagainya. Sejarah mencatat bahwa perkembangan batik berawal dari Surakarta dan Yogyakarta karena lebih terkenal dengan keorisinilan produknya.

Seni membatik mulai membudaya pada abad ke XII, mula-mula batik berkembang di pulau Jawa terutama di daerah Surakarta (Solo) dan Yogyakarta. Batik diperkirakan dikenal pada abad ke XVII. Awalnya batik ditulis di daun lontar yang didominasi bentuk binatang dan tanaman. Namun, lambat laun muncul motif batik abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber, dan lain sebagainya. Sebuah literatur menyebutkan bahwa batik baru muncul pada tahun 1518 di wilayah Galuh, disekitaran barat laut Jawa di masa pra- Islam.

Pada awalnya, batik diciptakan oleh abdi dalem kerajaan yang digunakan sebagai keperluan upacara adat dan pakaian bangsawan. Adanya interaksi antara pengikut kerajaan dan masyarakat awam yang lama-kelamaan kesenian membatik ditiru oleh masyarakat dan menjadi mata pencaharian sehari-hari.

Perkembangan batik sampai keluar pulau Jawa disebabkan oleh seringnya kerjaaan Mataram memberikan hadiah kain batik kepada raja-raja di luar Pulau Jawa. Selain itu, perkembangan batik di nusantara melalui pedagang dan utusan kerajaan yang sengaja memperkenalkan budaya membatik dari Jawa ke seluruh wilayah kerajaan Majapahit di nusantara.

Perkembangan batik di Jawa Tengah mulai pesat pada zaman kerajaan Mataram. Pada mulanya, batik merupakan pakaian raja-raja Mataram dan seluruh bangsawan serta keluarga kerajaan. Setelah itu, perkembangan batik mulai meluas keluar pulau Jawa. Perkembangan batik di seluruh nusantara mengakibatkan banyaknya muncul variasi baru dengan corak dan motif yang berbeda dan mempunyai keunikan tersendiri.

3.2.1 Perkembangan Warna Batik dari Masa ke Masa

Pada zaman dahulu, proses pewarnaan kain batik menggunakan pewarna alami yang diperoleh dari alam. Pewarna alami sangat baik digunakan karena resiko pencemaran lingkungan sangat sedikit. Pewarna alami dapat diperoleh dari beberapa tumbuh-tumbuhan yang ada di alam, diantaranya adalah pohon dan daun

kulit kayu tegeran, akar mengkudu, daun mangga kweni, buah jelawe, akar pohon jambu biji, batang dan kulit pohon secang, batang dan kulit pohon soga

Pengunaan bahan alami bisa menghasilkan warna-warna yang indah, diantaranya dengan cara:

1. Apabila menginginkan warna soga atau cokelat cukup merebus batang dan kulit pohon soga, dan apabila tidak ada batang dan kulit pohon soga maka bisa menggunakan kulit pohon tingi, mahoni, dan tegeran dengan cara merebus ketiga jenis pohon ini untuk mendapatkan warna soga yang dibutuhkan.

2. Apabila ingin mendapatkan warna biru, maka daun indigo direndam beberapa hari dengan mencampurkan kapur supaya membentuk pasta. Biasanya10 kilogram daun indigo menghasilkan 500 gram sampai dengan 1 kilogram pasta pewarna biru alami.

3. Apabila menginginkan warna kuning, maka cukup merebus buah jelawe kering dan daun mangga kweni. Biasanya warna yang di dapat dengan merebus bahan ini adalah warna kuning ke hijau-hijauan. Selanjutnya, untuk memperoleh warna kemerah-merahan dan jingga, maka cukup merebus akar mengkudu.

Pada saat sekarang ini, penggunaan warna untuk membatik sudah jarang mengunakan warna alami, karena proses pembuatan warna memakan waktu agak lama dibandingkan dengan penggunaan pewarna sintetis. Alasan pengrajin lebih memilih pewarna sintetis dibandingkan dengan pewarna alami adalah zat pewarna

sintetis lebih mudah didapatkan dan tidak memakan waktu yang lama. Keunggulan menggukan zat pewarna sintetis adalah lebih gampang dan simple. Selain itu, pewarna sintetis bisa menghasilkan beragam warna dengan cara mengkombinasikan zat pewarna yang satu dengan yang lainnya dan juga mampu menghasilkan warna yang senada sesuai dengan permintaan warna di pasar.

3.2.2 Perkembangan Batik dari Segi Motif

Perkembangan motif batik dari tahun ke tahun sangat bervariasi. Keberagaman motif batik sekarang ini tidak terpaku lagi pada motif motif batik klasik. Perkembangan batik dan motifnya sampai saat ini sangat luas dan bebas, mulai dari perkembangan unsur motif klasik sampai kepada unsur motif batik yang lebih ekspresif dengan warna-warna yang beragam. Keberagaman motif batik sangat tergantung kepada kekreatifan pengrajin. Motif batik bisa mengunakan unsur-unsur keindahan yang ada pada flora dan fauna, selain itu juga bisa diambil dari kisah-kisah kehidupan manusia di masa lalu maupun di masa sekarang.

3.2.3 Perkembangan Batik dari Segi Bahan

Bahan batik pada masa lalu berupa bahan katun atau mori. Akan tetapi, saat ini bahan batik yang digunakan sudah beragam. Selain katun mori juga menggunakan organdy21, organdy chiffon22, organdy sutra23, sutra, sutra ATBM

21 Organdi adalah kain katun tipis, kaku, dan tembus pandang dengan sistem tenun sederhana.

22

(bukan mesin), chiffon24, chiffon sutra25, denim26, suede27, dan masih banyak bahan yang lainnya.

3.2.4 Perkembangan Batik dari Segi Teknik Pembuatannya

Pada zaman dahulu, teknik batik perintangan dengan malam pada proses pembuatan batik dilakukan dengan menggunakan berbagai macam canting. Seiring berkembangnya kemampuan pengrajin dalam membatik, maka tidak hanya canting yang digunakan tetapi juga menggunakan kuas. Selanjutnya, teknik pewarnaan tidak hanya dengan mencelupkan kain saja tetapi juga bisa dengan menggunakan air-brush atau dengan teknik colet. Perkembangan teknik membatik mampu mengembangkan berbagai efek dan tekstur dalam motif batik masa kini. Perkembangan teknik pembuatan batik sampai saat ini mampu menghasilkan teknik membatik yang sangat menguntungkan bagi pengrajin tanpa menggunakan proses yang memakan waktu lama.

Adapun proses pembuatan batik melalui beberapa cara, diantaranya:

1. Ketel, yaitu perebusan kain mori dengan ramuan merang biasanya hanya

Dokumen terkait