• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN DAN PERPADUAN BATIK MEGA MENDUNG DENGAN BATIK DARI TIONGKOK

4.2 Batik Dari Tiongkok

4.2.2 Teknik Membatik Suku Minoritas Tiongkok

Teknik yang digunakan dalam membatik oleh masyarakat Tiongkok mempunyai kesamaan seperti pewarnaan pada teknik pembatikan di Indonesia yaitu teknik coletan. Canting yang digunakan tidak mempuyai kantung penyimpan malam (lilin). Jenis canting yang digunakan adalah canting yang mirip dengan pahat pada seni ukir dengan permukaan pahat sangat tajam. Akan tetapi lebih sering menyebutnya dengan pisau batik. Pisau batik ini berbentuk segitiga dengan tangkai seperti pensil dan juga pada bagian tengahnya mempunyai belahan untuk menyimpan malam. Jenis canting ini ada beberapa macam ada yang triangular,

semi sirkular, dan jenis lainya tergantung dengan pola yang akan digambar (Lihat Gambar 4.6).

Pola yang digambar menggunakan pisau batik diatas kain putih kemudian pisau batik tersebut dicelupkan ke dalam lilin yang berwarna biru tua atau nila. Untuk memperoleh warna biru tua atau nila diperoleh dari rumput biru yang terdapat di Guizhou. Rumput biru banyak ditemukan di Guizhou pada bulan Juli dan Agustus, karena pada bulan-bulan tersebut sudah bisa dipanen. Rumput tersebut bisa dipanen ketika batang rumput tersebut sudah mencapai panjang dua sampai tiga kaki. Sedangkan untuk bahan pewarna yang berwarna kuning pada batik dari Tiongkok diperoleh dari lilin lebah. Lilin lebah tersebut tidak larut dalam air, namun apabila direbus maka lilin tersebut akan mencair.

Bahan kain yang digunakan terbuat dari katun yang berwarna putih, warna putih tersebut diperoleh dari Banlangen (sejenis obat herbal). Adapun hasil kain batik yang diproduksi oleh suku minoritas Tiongkok berupa cadar, taplak meja, pakaian, dan banyak jenis lainnya. Suku minoritas Tiongkok memproduksi kain batik tidak hanya untuk keperluan pribadi saja, melainkan juga dijual kepada wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. lihat lampiran Gambar 4.4.

Desain motif batik dari Tiongkok yang paling tradisional adalah bentuk geometris dan garis-garis pada bidang putih. Hal ini dipengaruhi oleh Dinasti Han (汉 hàn) yaitu dengan desain yang lebih figuratif seperti bunga, burung, dan ikan yang telah berkembang selama berabad-abad. Pada awalnya, batik dari Tiongkok menciptakan motif-motif yang berasal dari hewan-hewan mitos Tiongkok. Adapun hewan mitos tersebut adalah burung phoenik, naga, dan kura-kura. Semua

ragam hias yang ada pada batik dari Tiongkok sering didominasi oleh warna merah, atau disisipkan juga warna biru. Pada tahun 1910, batik dari Tiongkok mulai mengambil motif-motif batik dari gambar bunga atau buketan yang terpengaruh oleh batik Belanda. Hasil produksi batik dari Tiongkok banyak ditemui pada gendongan bayi, lengan jaket, dan rok (Shopie:2009)29.

Hewan naga merupakan makhluk legendaris dalam mitologi orang Tiongkok. Naga Tiongkok sama mempunyai kesamaan dengan naga Jepang, Korea, Vietnam, Bhutan, Turki, dan Barat. Akan tetapi naga tersebut tidak sama dengan naga dari Eropa, karena naga dari Eropa mempunyai karakter yang jahat. Hewan naga biasanya digambarkan dengan makhluk ular yang panjang yang mempunyai empat kaki. Bagi orang Tiongkok, naga merupakan lambang kekuatan dan keberkahan, karena naga dianggap sebagai pusat kontrol alam, seperti mengontrol seluruh air yang ada di bumi, kemudian mengontrol atas air hujan, badai, dan banjir. Naga mempunyai makna secara simbolis, seperti yang ada pada sejarah Tiongkok bahwa Kaisar dianggap sebagai naga karena kebaikan dan sikap kebijaksanaan yang luar biasa.

Asal usul naga Tiongkok ini belum diketahui pasti, akan tetapi munculnya motif naga dalam budaya Tiongkok dapat diketahui kembali ketika ditemukannya patung naga pada beberapa ribu tahun lalu, penemuan ini pada milenium ke lima sebelum masehi dari budaya ngsh u(阳寿) di Henan pada tahun 1987. Dalam mitologi Tiongkok, naga mempunyai kaitan dengan angka sembilan,

29

seperti mempunyai sembilan orang anak, selain itu juga memiliki sembilan karakter yang berbeda. Adapun kesembilan karakter dari naga tersebut adalah:

1. Memiliki kepala seperti kepala unta.

2. Mempunyai sisik seperti sisik ikan.

3. Tanduknya seperti tanduk rusa.

4. Mata naga tersebut seperti mata siluman.

5. Telinga seperti lembu.

6. Memiliki leher seperti leher ular.

7. Perutnya seperti tiram.

8. Telapaknya seperti telapak harimau.

9. Cakar naga tersebut seperti cakar rajawali.

Dalam budaya Tiongkok naga banyak digunakan sebagai simbol kelas dalam masyarakat, naga juga termasuk kedalam tahun Tiongkok, selain itu naga juga menjadi suatu unsur yang terpenting dalam kesenian Tiongkok baik dari seni bangunan maupun seni rupa. Naga masih digunakan dalam fengshui(风水 fēng shuĭ), hiasan dalam Imlek, seni barongsai, dan juga sebagai lambang kekuatan positif Yáng (阳) serta kekuatan negatif n(阴).

Menurut kepercayaan orang Tiongkok, naga merupakan makhluk yang suci dan dijadikan sebagai makhluk spiritual yang mendapatkan penghormatan

yang tertinggi dibandingkan tiga makhluk spiritual lainnya seperti phoenik, kirin (麒麟 qílín), dan kura-kura. Selain mendapatkan penghormatan tertinggi, naga juga merupakan makhluk yang paling perkasa, sehingga naga dilambangkan sebagai makhluk yang mempunyai kekuatan tertinggi, sebagai lambang kebaikan, membawa kesuburan, dan sebagai harga diri. Sehubungan dengan hal tersebut, kaisar-kaisar Tiongkok yang mempunyai kekuatan yang tinggi, gagah, dan perkasa dianggap sebagai naga.

Pada dasarnya, naga mempunyai tiga cakar, akan tetapi bagi kebudayaan Tiongkok naga dilambangkan dengan mempuyai lima cakar karena kaisar dianggap sebagai bukan naga yang biasa. Naga bercakar lima ini hanya kaisar saja yang boleh menggunakannya, apabila ada orang yang menggunakan naga bercakar lima maka akan dihukum mati. Dalam budaya Tiongkok, naga dibedakan dalam beberapa tingkatan sesuai dengan kekuatan, warna, dan bentuknya. Selain itu, naga juga dibedakan dalam beberapa arti sesuai dengan budaya orang Tiongkok. Adapun fungsi tersebut sebagai berikut :

1. Naga Qiu Niu ( 囚牛 qíuníu) adalah anak pertama raja naga yang berwatak lemah lembut dan suka akan musik, maka naga Qiu Niu ini diukir pada bagian pemutar alat-alat musik Tiongkok, karena naga suka mendengarkan musik tradisional Tiongkok yang merdu.

2. Naga Yazi (睚訾 y z ) merupakan anak kedua raja naga, yang diukir pada pedang dan mempuyai arti bahwa naga bisa membunuh.

3. Naga Chao feng ( 嘲讽 ch o f ng) merupakan anak ketiga raja naga yang diukir di pinggir jembatan, mempunyai arti bahwa naga sebagai pemberi air.

4. Naga Pu lao ( 蒲牢 púláo) merupakan anak keempat raja naga yang diukir pada bel dan gong. Hal ini diyakini bahwa naga yang berteriak pada saat berperang dengan ikan paus, karena naga Pu Lao takut dengan ikan paus. Orang Tiongkok menggunakan kayu yang berukiran ikan paus sebagai kayu pemukul lonceng.

5. Naga Suan Ni ( 狻猊 suānní) adalah anak kelima raja naga yang mirip seperti singa yang menyukai ketenangan, biasanya diukir pada kursi tempat tahta Budha atau di perdupaan tempat abu leluhur.

6. Naga Baxia ( 霸下 bàxià) adalah naga seperti kura-kura yang diukir di bawah monumen batu, karena naga dipercaya dapat menyanggah berat batu.

7. Naga Bi An ( 狴犴 bì àn) atau juga disebut “Xianzhang” merupakan anak ketujuh raja naga yang berbentuk seperti harimau. Bi An adil dan bijak, biasanya yang diukir pada gerbang penjara mempunyai arti bahwa melambangkan keadilan.

8. Naga Fu xi ( 负屃) mirip naga namun berkepala harimau yang diukir diatas meja batu, maksudnya adalah naga sangat menyukai literatur dan menulis kaligrafi.

9. Naga Chi Wen (鸱吻 ch w n)merupakan naga yang diukir di atas atap tempat ibadah, maksudnya adalah bahwa naga bisa memberikan tanda bahaya.

Saat ini ukiran-ukiran naga tidak hanya terdapat pada benda-benda yang telah disebutkan diatas, tetapi motif naga sudah masuk kepada motif-motif batik di Indonesia. Pemakaian motif naga pada batik melahirkan suatu kebudayaan baru di nusantara. Akan tetapi, perpaduan antara motif batik dengan naga ini bukanlah sesuatu yang baru bagi kebudayaan Tiongkok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya motif-motif batik mega mendung yang di padukankan dengan naga pada bangunan-bangunan kuno Tiongkok, seperti yang ada pada Forbidden

City ( isatana terlarang) di Beijing, selain itu juga dapat dilihat pada bangunan Summer Palace ( istana musim panas) di Beijing. Tidak hanya pada kedua tempat

tersebut, tetapi masih banyak lagi terdapat pada bangunan-bangunan di Tiongkok, seperti yang terdapat pada Hangging temple yang terletak di gunung Hengshan, Shanxi, Tiongkok.

Dokumen terkait