M ili ar
Aset (Juta Rp) DPK (Juta Rp) Kredit (Juta Rp)
PERKEMBANGAN BPR
62
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan denganperkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,07%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33%.
Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan
Membaiknya risiko kredit berasal dari seluruh sektor baik rumah tangga maupun produktif. NPL untuk kredit ke sektor rumah tangga terjaga di level yang rendah yakni sebesar 0,61% kembali membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,72%. Sementara itu NPL pada sektor produktif membaik dari 5,43% menjadi 4,80%.
Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi seiring membaiknya kondisi pendapatan masyarakat khususnya pasca penyaluran THR di Bulan Juni dan Juli 2015. Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi pada jenis kredit multiguna dan kredit untuk kendaraan bermotor. Kredit multiguna yang menguasai 50,34% dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya turun dari 0,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,56%. NPL kredit untuk kepemilikan kendaraan bermotor turun dari 0,15% menjadi 0,09%.
0% 1% 1% 2% 2% 3% 3% 4% 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2014 2015 R p . ju ta Kredit (Milyar Rp) NPL's-RHS
PERKEMBANGAN NPL
Dari sektor produktif/korporasi, penurunan NPL terjadi pada kredit modal kerja maupun investasi. Di samping membaiknya kinerja ekonomi pada triwulan laporan, penurunan NPL tersebut adalah hasil dari strategi perbankan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit untuk sektor tertentu. NPL kredit modal kerja tercatat turun dari 4,98% menjadi 4,59%. Penurunan terutama terjadi pada sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor perikanan, dan sektor real estate. Perbaikan NPL sektor pertanian dan perikanan adalah efek membaiknya hasil produksi kedua sektor tersebut pada triwulan II-2015. Sementara itu, seiring meningkatnya konsumsi masyarakat, kinerja pelaku usaha di sektor perdagang dan sektor real estate juga membaik.
Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik di Maluku Utara. Seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor, NPL pelaku usaha sektor perdagangan pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 4,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,18%. Sementara itu, rasio NPL korporasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan perumahan salah satu bank serta tunggakan pembayaran vendor pembangun proyek infrastruktur pemerintah menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan masih di atas 2 digit yakni mencapai 10,69%.
4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan
Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,56 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,49% (yoy) pada triwulan III-2015 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,10% (yoy). Peningkatan ini salah satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target penyaluran kredit bagi debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah debitur UMKM yang pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 21,24 ribu orang atau tumbuh sebesar 6,03% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,67%.
Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi Malut, peningkatan kredit UMKM terjadi baik pada kredit modal kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang diterima debitur UMKM pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 16,60% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,96% (yoy). Sementara itu, kredit investasi untuk debitur
64
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
UMKM setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,08% (yoy) pada triwulan laporan tumbuh positif sebesar 2,14% (yoy).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 71,99% pada triwulan laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 11,51% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,66% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kredit untuk debitur UMKM adalah sektor konstruksi. Seiring gencarnya pembangunan ruko dan infrastruktur lainnya di Maluku Utara kredit ke sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 7% (yoy) menjadi 19,63% (yoy).
Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,29%, sudah membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,77%. Sama halnya dengan kredit secara umum, perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan yakni dari 4,87% menjadi 4,29%.
Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yang dibiayai oleh Pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.
4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan. Walaupun transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi meningkat, kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada triwulan laporan
4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Aliran uang kartal pada triwulan III-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow (uang yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor
(inflow) tercatat sebesar Rp388,12 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp831,62 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp443,50 miliar.
Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Seiring dengan meningkatnya kinerja perekonomian triwulan III-2015, volume transaksi tunai di Maluku Utara terindikasi meningkat. Jumlah uang masuk (inflow) meningkat 21,63% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya turun 10,68% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) meningkat hingga 64,79% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 24,39% (yoy). Adapun net outflow pada triwulan III-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 48,07% (yoy).
Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
-600.00 -400.00 -200.00 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
RP Miliar
Inflow Outflow Netflow