BAB II KAJIAN PUSTAKA
F. Perkembangan dan Karakteristik Peserta Didik Kelas III SD
Desmita (2009: 35) menjelaskan anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda. Anak-anak usia sekolah dasar cenderung lebih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan melakukan sesuatu secara langsung.
Havighurst (Desmita, 2009: 35) menyebutkan bahwa tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi.
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
6. Memperoleh konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. 7. Mengembangkan kata hati.
8. Mencapai kemandirian pribadi.
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, Desmita (2009: 36) menyebutkan bahwa guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa.
1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik. 2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar bergaul dan bekerja sama dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
42
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman konkret atau langsung dalam membangun konsep.
4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga peserta didik mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
Piaget (Rita Eka I, 2013: 104) menjelaskan usia anak sekolah dasar berada dalam masa kanak-kanak akhir dan dalam tahap operasional konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Anak mampu menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah yang aktual dan konkret serta mampu berpikir secara logis. Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar sudah mampu berpikir melalui urutan sebab-akibat dan mengenali banyak cara yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan masalah. Masa anak-anak akhir dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah yang berlangsung usia 6-9 tahun yaitu peserta didik kelas 1-3 SD dan masa kelas tinggi yang berlangsung usia 10-12 tahun yaitu peserta didik kelas 4-6 SD
Adapun ciri-ciri anak masa kelas rendah menurut Rita Eka I, dkk (2013: 115) adalah:
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya akan dianggap tidak penting.
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal tersebut menguntungkan dirinya.
43
Berikut akan dijelaskan karakteristik peserta didik kelas III SD berdasarkan perkembangannya, meliputi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial.
1. Perkembangan Kognitif
Menurut teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget, masa kanak-kanak akhir mampu berfikir secara induktif, dari hal yang khusus ke umum. Pemahamannya tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebih baik. Budiningsih (2005: 38) menjelaskan dalam masa kanak-kanak akhir, anak mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, ditandai adanya revesible dan kekekalan. Anak memiliki kecakapan logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.
Dalam pembelajaran, guru sebaiknya memahami perkembangan kogntif peserta didik dengan baik, agar dapat diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Marsh (Rita Eka I, dkk. 2008: 118) menyebutkan strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah:
a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret. b. Gunakan alat visual, misalnya OHP, transparan.
c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.
d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisir dengan baik, misalnya menggunakan angka kecil dari butir-butir kunci.
e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki, dan curah pendapat.
44 2. Perkembangan Emosional
Emosi anak tidak bisa disamakan dengan emosi orang dewasa. Rita Eka I, dkk (2008: 112-113), mendeskripsikan ciri-ciri emosi pada anak adalah sebagai berikut: a. Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat (sebentar), hanya berlangsung
beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat, yakni menampakkan emosi yang cenderung heboh, atau berlebihan.
c. Emosi anak mudah berubah, maksudnya adalah cepatnya pergantian atau perubahan emosi pada anak, misal anak sedang menagis, dari menangis tiba-tiba berbuah menjadi tersenyum dan tertawa.
d. Emosi anak nampak berulang-berulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan kearah dewasa.
e. Respon emosi anak berbeda-beda.
f. Emosi anak dapat diketahui dari gejala tingkah lakunya. g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. 3. Perkembangan Sosial
Kegiatan sosial di lingkungan sekitar tidak bisa dihindari, bahkan keadaan sosial berperan serta dalam perkembangan anak. Selain itu, perkembangan emosional tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut dengan perkembangan tingkah laku sosial. Sejak awal kehidupan anak, kehidupan sosial dan emosi selalu terlibat setiap kali anak berinteraksi dengan orang lain. Rita Eka I, dkk. (2008: 114) menyebutkan bahwa perkembangan sosial anak dapat
45
dilihat dari cara mereka bermain, dan bergaul dengan teman sebaya, yakni sebagai berikut:
1) Kegiatan bermain: anak pada masa kanak-kanak akhir sudah masuk sekolah, sehingga waktu bermain lebih berkurang. Bermain sangat penting bagi anak, karena akan memberikan sebuah pengalaman sosial, yakni berinteraksi dengan berbagai karakter anak lainnya. Pada masa ini, anak-anak cenderung menyukai permainan yang berkelompok, bermain yang sifatnya menjelajah serta permainan yang sifatnya konstruktif.
2) Teman sebaya: pengaruh teman sebaya sangat besar bagi perkembangan sosial anak, baik bersifat positif atau negatif. Pengaruh positif yang diperlihatkan, teman sebaya akan memberikan pelajaran bagaimana cara bergaul dimasyarakat. Sebaliknya teman sebaya juga memungkinkan membawa pengaruh negatif, seperti membolos sekolah, mencuri, dan sebagainya. Ada kecenderungan bahwa anak laki-laki memiliki teman sebaya yang lebih luas daripada anak perempuan. Pada masa ini, kegiatan kelompok sebaya mulai timbul.
Perkembangan kognitif, emosional, dan sosial merupakan perkembangan yang akan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan produk. Hal tersebut bertujuan agar produk yang digunakan dapat berdampak positif sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pada perkembangan kognitif, konten produk harus ditekankan pada materi dari sederhana ke yang bersifat kompleks, penyajian konten singkat dan terorganisir dengan baik, dan berikan latihan-latihan soal yang mudah dipahami siswa. Pada perkembangan emosional, konten produk harus menggunakan bahasa yang komunikatif, hal ini dilakukan untuk menjaga emosi
46
senang atau bahagia dalam belajar. Sedangkan pada perkembangan sosial, konten produk diselingi dengan penugasan yang melibatkan dua peserta didik atau lebih dan permainan, yang bertujuan untuk melatih peserta didik berinteraksi atau bersosialisasi.