• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Dalam dokumen LAPORAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 FINAL (Halaman 62-74)

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2016 tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian global walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya ekspor dan terjaganya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup kuat, namun realisasi belanja pemerintah APBN lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya akibat pemotongan anggaran.

Gambar 10. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 - Triwulan IV Tahun 2016 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016 dan sebesar 5,0 persen (YoY) secara

kumulatif pada tahun 2016.

5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9 4,0 4,5 5,0 5,5

I II III IV I II III IV I II III IV

Dari sisi lapangan usaha, sektor Informasi dan Komunikasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 9,6 persen (YoY), meningkat baik dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 maupun triwulan III tahun 2016 yang masing-masing sebesar 9,2 persen (YoY) dan 9,0 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan data dan internet Industri Telekomunikasi Indonesia.

Pada triwulan IV tahun 2016, Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY) atau meningkat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 sebesar 7,7 persen (YoY), namun lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja Angkutan Udara.

Sementara itu, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 5,3 persen (YoY), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 1,6 persen (YoY) dan 3,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya curah hujan yang tinggi akibat La Nina. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 3,9 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016 didorong oleh meningkatnya penjualan mobil dan omset retail. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 maupun triwulan III tahun 2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY) dan 3,6 persen (YoY). Komponen Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 2,3 persen (YoY), namun lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 2,9 persen (YoY). Komponen Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III Dari sisi lapangan usaha

Informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu sebesar 9,6 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2016, Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY) didorong oleh

meningkatnya Kinerja Angkutan Udara.

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh lebih tinggi pada triwulan IV tahun 2016, didorong oleh meningkatnya penjualan mobil dan omset retail. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan meningkat signifikan pada triwulan IV tahun 2016.

tahun 2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY).

Pertambangan dan Penggalian tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2016, yaitu sebesar 1,6 persen (YoY) terutama didorong oleh peningkatan produksi komoditas Pertambangan Bukan Migas. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang terkontraksi sebesar -6,0 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY). Produksi beberapa komoditas tambang seperti emas dan tembaga mengalami peningkatan seiring dibukanya keran ekspor mineral olahan (konsentrat) yang bertujuan membantu perusahaan tambang yang berproduksi namun kesulitan untuk membangun pabrik smelter. Kontributor lifting minyak terbesar adalah dari Kontrak Karya Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Ltd, Blok Rokan, dan Pertamina EP. Sementara itu, kontributor lifting gas terbesar adalah Blok Mahakam, Berau, Pertamina EP, Corridor dan Senoro-Toili.

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 3,1 persen (YoY), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY), namun lebih rendah jika dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 4,9 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh beroperasinya lima pembangkit listrik baru dengan kapasitas 300 Mega Watt (MW) di Nias, Pontianak, Balai Pungut (Riau), Suge (Belitung), dan Paya Pasir (Medan).

Pada triwulan IV tahun 2016, Real estate tumbuh sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 3,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 3,5 persen (YoY), namun lebih rendah dari triwulan III tahun 2016 yang sebesar 4,0 persen (YoY). Kinerja ini didorong oleh meningkatnya permintaan ruang perkantoran dan aktivitas pasar properti.

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh signifikan, yaitu sebesar 3,1 persen (YoY) didorong oleh

beroperasinya lima pembangkit listrik baru dengan kapasitas 300 Mega Watt (MW).

Real estate tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY)didorong oleh meningkatnya permintaan ruang perkantoran dan aktivitas pasar properti.

Pertambangan dan Penggalian tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2016, yaitu sebesar 1,6 persen (YoY) yang didorong terutama oleh peningkatan produksi komoditas Pertambangan Bukan Migas.

Tabel 19. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

Uraian 2014 2015 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,2 4,9 3,6 3,3 3,8 6,5 2,9 1,6 1,5 3,4 3,0 5,3 Pertambangan dan Penggalian -1,2 0,7 0,7 1,5 0,6 -3,6 -4,4 -6,0 1,2 1,2 0,3 1,6 Industri Pengolahan 4,5 4,9 5,0 4,2 4,1 4,2 4,6 4,4 4,7 4,6 4,5 3,4 Pengadaan Listrik dan Gas 3,3 6,4 5,9 7,8 1,7 0,8 0,6 0,6 7,5 6,2 4,9 3,1 Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,5 5,2 5,3 6,0 5,1 7,3 8,4 7,4 5,4 4,1 2,4 2,7 Konstruksi 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 7,1 6,8 5,1 5,0 4,2 Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,1 5,1 5,2 4,4 3,8 1,6 1,4 3,7 4,1 4,1 3,6 3,9 Transportasi dan

Pergudangan 7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7 7,9 6,9 8,3 7,9 Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 6,4 6,4 5,8 4,6 3,3 3,7 4,4 5,7 5,7 5,0 4,7 4,5 Informasi dan Komunikasi 9,9 10,7 9,8 10,1 9,7 9,3 10,6 9,2 7,6 9,3 9,0 9,6 Jasa Keuangan dan

Asuransi 3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,8 9,3 13,6 9,0 4,2 Real Estat 4,7 4,9 5,1 5,3 4,5 4,3 4,1 3,5 4,9 4,8 4,0 3,6 Jasa Perusahaan 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1 8,1 7,6 7,0 6,8 Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,3 4,6 4,4 3,8 0,3

Jasa Pendidikan 4,5 4,4 6,2 6,5 4,9 11,6 7,9 5,2 5,3 5,1 1,9 3,1 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 7,6 8,7 9,6 6,0 8,5 8,3 4,5 5,6 6,5 5,1 4,5 4,1 Jasa lainnya 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2 7,9 7,9 7,7 7,7

PRODUK DOMESTIK

BRUTO 5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan IV tahun 2016, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 5,7 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 4,7 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh adanya liburan sekolah dan akhir tahun serta bertambahnya kegiatan di destinasi wisata. Sementara itu, Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh sebesar 4,2 persen (YoY), menurun melambat signifikan dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY) dan Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum serta Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 9,0 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan permintaan kredit baru dan penyaluran dana pihak ketiga. Sementara itu, perlambatan kinerja Jasa Keuangan dan Asuransi pada triwulan IV tahun 2016 disebabkan oleh pertumbuhan Jasa Perantara Keuangan serta Asuransi dan Dana Pensiun yang lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016.

Konstruksi juga tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016 yaitu sebesar 4,2 persen (YoY), dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 7,1 persen (YoY) maupun triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY). Namun demikian, sepanjang tahun 2016 sektor konstruksi dapat tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY) yang salah satunya didorong oleh proyek infrastruktur pemerintah, yaitu pembangunan pelabuhan peti kemas Bungkutoto (Sulawesi Utara), groundbreaking pengerjaan pembangkit listrik dengan total kapasitas sekitar 10 ribu MW, dan 65 persen lahan siap dibangun kereta cepat Jakarta-Bandung.

Industri Pengolahan tumbuh sebesar 3,4 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Industri Batubara dan Pengilangan Migas tumbuh sebesar -0,7 persen (YoY), menurun signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang masing-masing sebesar 4,2 persen (YoY) dan sebesar 2,5 persen (YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2016 kelompok industri Nonmigas yang pertumbuhannya menurun signifikan adalah Industri Pengolahan Tembakau; Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik; dan Industri Mesin dan Perlengkapan. Di sisi lain, Industri Kimia, Farmasi dan Obat tradisional tumbuh lebih tinggi baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan III tahun 2016.

Kinerja Industri Pengolahan tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Konstruksi tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016 yaitu sebesar 4,2 persen (YoY), didorong oleh proyek infrastruktur pemerintah.

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), lebih rendah baik dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 5,6 persen (YoY) maupun triwulan III tahun 2016 yang sebesar 4,5 persen (YoY). Sementara itu, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Pertumbuhan ini menurun signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2015 yang masing-masing sebesar 6,3 persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY) karena penyerapan belanja pegawai (APBN-P) yang lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015.

Dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 6,7 persen (YoY). Meskipun demikian, kontribusinya tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan IV tahun 2016, pertumbuhan Pengeluaran LNPRT lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 8,3 persen (YoY), namun lebih tinggi dari triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,6 persen. Kinerja ini didorong oleh persiapan kegiatan pemilihan kepala daerah (PILKADA) serentak di 101 daerah pada bulan Februari 2017.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya dan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 4,9 persen (YoY), didorong oleh pertumbuhan positif semua kelompok pengeluaran, terutama Transportasi dan Komunikasi. Pada triwulan IV tahun 2016, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga menjadi sumber pertumbuhan utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2016 dengan kontribusi sebesar 56,5 persen terhadap PDB.

Dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi, didorong oleh persiapan kegiatan pemilihan kepala daerah (PILKADA) pada bulan Februari 2017.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY) didorong oleh pertumbuhan positif semua kelompok pengeluaran, terutama Transportasi dan Komunikasi. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

JENIS PENGELUARAN 2014 2015 2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 5,2 5,2 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9 5,0 5,1 5,0 5,0 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3 6,4 6,7 6,6 6,7 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,1 -1,8 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,1 3,4 6,2 -2,9 -4,0 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5,4 4,0 4,4 4,1 4,6 4,0 4,9 6,4 4,7 4,2 4,2 4,8 Ekspor Barang dan Jasa 3,1 1,5 4,9 -4,4 -0,7 -0,3 -0,9 -6,4 -3,3 -2,2 -5,6 4,2 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 5,1 0,4 0,2 3,0 -2,6 -7,4 -6,6 -8,7 -5,1 -3,2 -3,7 2,8

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan sumber pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar 32,6 persen dari PDB pada triwulan IV tahun 2016. Pada triwulan IV tahun 2016, PMTB tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 6,4 persen (YoY), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,2 persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan barang modal terutama barang jenis kendaraan dan peralatan lainnya. Sementara itu, barang modal jenis mesin mengalami kontraksi akibat menurunnya produksi domestik dan impor barang modal. Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2016 terkontraksi sebesar -4,0 persen (YoY), terendah sejak triwulan I tahun 2010 yang sebesar -5,2 persen (YoY). Kondisi ini akibat oleh adanya pemotonggan anggaran belanja dalam APBN 2016 pada awal semester II tahun 2016 yang menyebabkan menurunnya realisasi belanja barang dan bantuan sosial. Pada triwulan IV tahun 2016, Ekspor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk pertama kali sejak triwulan IV tahun 2014, yaitu sebesar 4,2 persen (YoY). Ekspor Barang tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY), meningkat signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 maupun triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -7,1 persen (YoY). Sementara itu, Ekspor Jasa tumbuh sebesar 6,3 persen Pada triwulan IV tahun

2016, Ekspor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk pertama kali sejak triwulan IV tahun 2014, yaitu sebesar 4,2 persen (YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2016 tumbuh negatif sebesar -4,0 persen (YoY), terendah sejak triwulan I tahun 2010 yang sebesar -5,2 persen (YoY). Pada triwulan IV tahun 2016, PMTB tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2015 namun lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

(YoY), meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,7 persen (YoY), namun meningkat signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 0,1 persen (YoY). Kondisi ini seiring dengan menguatnya perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2016, sebesar 19,1 persen.

Impor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk yang pertama kali sejak triwulan I tahun 2015, yaitu sebesar 2,8 persen (YoY) seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa. Impor Barang meningkat signifikan dari triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh negatif sebesar -8,4 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar -3,7 persen (YoY), menjadi sebesar 2,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Impor Jasa juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari sebesar -11,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015 dan sebesar -3,7 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2016 menjadi sebesar 3,3 persen (YoY).

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH

Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi provinsi di wilayah timur Indonesia mengalami peningkatan, sementara itu di wilayah barat Indonesia mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Rata-rata pertumbuhan di Maluku dan Papua; Sulawesi; dan Jawa lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ke-33 provinsi. Sementara itu, ketiga wilayah yang lain lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan ke-33 provinsi.

Impor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk yang pertama kali sejak triwulan I tahun 2015, yaitu sebesar 2,8 persen (YoY) seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua.

Pada triwulan IV tahun 2016, pertumbuhan di Maluku dan Papua rata-rata tumbuh sebesar 14,7 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 sebesar 9,9 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 13,6 persen (YoY). Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sulawesi adalah sebesar 6,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 8,4 persen (YoY) dan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,7 persen (YoY).

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa adalah sebesar 5,5 persen (YoY), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 5,8 persen (YoY) dan 5,7 persen (YoY), Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV tahun 2016 adalah sebesar 4,9 persen (YoY), menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang masing-masing sebesar 7,7 persen (YoY) dan 5,1 persen (YoY).

Gambar 11. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan IV Tahun 2016 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

3,5 3,0 3,1 4,5 4,2 4,5 4,0 4,5 5,3 5,2 5,5 5,8 5,4 5,8 5,7 5,5 9,9 10,2 14,0 7,7 6,6 6,9 5,1 4,9 2,1 1,5 0,4 1,5 1,9 1,4 2,3 1,3 7,4 8,6 8,3 8,4 7,8 8,5 6,7 6,8 1,5 10,4 3,7 9,9 2,0 -1,0 13,6 14,7 -3 0 3 6 9 12 15 18 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2015 2016

Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua

Indonesia Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua; dan Sulawesi pada triwulan IV tahun 2016, masing-masing adalah sebesar 14,7 persen (YoY) dan 6,8 persen (YoY).

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa serta Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV tahun 2016, masing-masing adalah 5,5 persen (YoY) dan 4,9 persen.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada triwulan IV tahun 2016 adalah sebesar 4,5 persen (YoY), relatif sama dengan triwulan IV tahun 2016, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY). Sementara itu, Kalimantan tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh masing-masing sebesar 1,5 persen (YoY) dan 2,3 persen (YoY).

Gambar 12. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan IV Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik

Perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari tahun ke tahun relatif tidak banyak berubah. Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2016 didominasi pulau Jawa, yaitu sebesar 58,0 persen. Kontribusi terbesar berikutnya berturut-turut adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua yang masing-masing sebesar 22,0 persen, 8,2 persen, 6,1 persen, 3,1 persen dan 2,6 persen terhadap PDB pada triwulan II tahun 2016. Secara keseluruhan, kontribusi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 2014 2015 2016

Bali Nusra 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,9 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1 3,2 3,1

Maluku dan Papua 2,4 2,1 2,3 2,6 2,3 2,2 2,4 2,3 2,3 2,4 2,3 2,4 2,3 2,3 2,5 2,6

Kalimantan 9,5 9,3 9,1 9,2 9,0 8,8 8,6 8,7 8,3 8,2 8,0 8,0 7,7 7,6 7,7 8,2 Sulawesi 5,3 5,5 5,6 5,5 5,4 5,5 5,7 5,8 5,7 5,9 6,0 6,0 5,9 6,1 6,1 6,1 Sumatera (RHS) 22,9 23,0 23,0 23,3 23,2 23,1 23,1 22,6 22,3 22,1 22,1 22,2 22,1 22,0 22,0 22,0 Jawa (RHS) 57,2 57,3 57,1 56,6 57,2 57,5 57,3 57,6 58,4 58,4 58,4 58,3 58,9 58,8 58,5 58,0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 2 4 6 8 10 12 14 Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kalimantan relatif lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Kontribusi terbesar

terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2016 didominasi oleh Pulau Jawa.

sedikit meningkat, sementara di wilayah barat Indonesia sedikit menurun.

Tiga provinsi penyumbang perekonomian terbesar di Jawa adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat dengan proporsi terhadap PDB masing-masing sebesar 17,2 persen, 14,5 persen dan 12,9 persen. Pada triwulan IV tahun 2016, Jawa Barat merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,8 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 5,3 persen (YoY), namun lebih rendah dari triwulan II tahun 2016 yang sebesar 5,9 persen (YoY). Kontribusi Jawa Barat terhadap perekonomian pada triwulan IV sedikit menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 13,0 persen dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 13,1 persen.

Penyumbang perekonomian terbesar di Sumatera berturut-turut adalah Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan dengan kontribusi terhadap perekonomian nasional masing-masing sebesar 5,5 persen, 5,0 persen dan 2,8 persen. Pada triwulan IV tahun 2016, Jambi merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu sebesar 6,1 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 3,2 persen (YoY) dan 4,0 persen (YoY). Adapun kontribusi Jambi terhadap PDB sebesar 1,4 persen pada triwulan IV tahun 2016, meningkat tipis dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan sebelumnya sebesar 1,3 persen. Kalimantan Timur merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian di Kalimantan dengan kontribusi sebesar 4,3 persen terhadap perekonomian nasional. Pada triwulan IV tahun 2016, Kalimantan Timur tumbuh terkontraksi sebesar -1,85 persen (YoY) sehingga Pada triwulan IV tahun

2016, Jawa Barat

merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,8 persen (YoY).

Jambi merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi di Sumatera, yaitu sebesar 6,1 persen (YoY).

menyebabkan menurunnya pertumbuhan Kalimantan secara keseluruhan. Sementara itu, Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 8,6 persen (YoY), meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,6 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Adapun kontribusi Kalimantan Tengah terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,9 persen, relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya dan triwulan IV tahun 2015.

Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Sulawesi yaitu sebesar 7,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 7,5 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, kontribusi provinsi Sulawesi Tenggara relatif kecil dibandingkan kontribusi provinsi lain di Sulawesi, yaitu sebesar 0,8 persen pada triwulan IV tahun 2016, relatif tidak berubah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan sebelumnya. Kontributor terbesar dalam perekonomian Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, yaitu sebesar 2,9 persen terhadap perekonomian. Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut menurun baik dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 6,1 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,4 persen (YoY). Adapun kontribusi Bali terhadap perekonomian nasional sebesar 1,6 persen pada triwulan IV tahun 2016, terbesar dibandingkan provinsi NTB dan NTT serta relatif tidak berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Di wilayah Maluku dan Papua, Maluku Utara merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 6,6 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 6,0 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 5,6 persen (YoY). Kontribusi provinsi Maluku Pada triwulan IV tahun

2016, Kalimantan Timur tumbuh terkontraksi sebesar -1,85 persen (YoY) sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan Kalimantan secara keseluruhan.

Provinsi Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Sulawesi yaitu sebesar 7,7 persen (YoY).

Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen (YoY).

Maluku Utara merupakan provinsi dengan

pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV tahun 2016.

relatif kecil dan tidak berubah dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK

Dalam dokumen LAPORAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 FINAL (Halaman 62-74)

Dokumen terkait