• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA HINDU-BUDDHA, ISLAM, DAN

A. Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia

3. Kerajaan Sriwijaya

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing Cina, India, berita pedagang Arab, dan 7 prasasti yang ditemukan di Sumatra bagian selatan dan Pulau Bangka. Menurut sumber berita Cina, berdasarkan keterangan seorang musafir Cina I’Tsing (651-696 M) yang pernah mukim di Sriwijaya selama enam bulan untuk menerjemahkan sejumlah buku agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina. Ia menyebutkan sekitar abad ke-7 Masehi, Sriwijaya merupakan kota berbenteng dikelilingi tembok.

Kota itu dihuni kurang lebih seribu orang pendeta Buddha yang mendalami ajaran agama Buddha. Para biksu ini belajar di bawah bimbingan Sakyakitri. Sumber lainnya berasal dari Dinasti Tang, menyebutkan di Sumatra pada abad itu telah ada beberapa kerajaan di Sumatra, seperti To-long-po-hwang

(Tulang Bawang), Mo-lo-yeo (Melayu) di Jambi, dan Che-li-fo-che, sebutan untuk Kerajaan Sriwijaya. Dari berita pedagang Arab yang melakukan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Mereka menyebut dengan istilah orang-orang Arab terhadap Kerajaan Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay, atau Sribuza.

Aplikasi Konsep

Ambillah peta Kota Bogor, tunjukkan dan beri tanda lokasi 7 prasasti yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara!

Apa tujuan dari Raja Purnawarman memerintahkan rakyat membangun sungai dan memberikan sumbangan sebanyak 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana!

Meskipun Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu, mengapa rakyat bisa hidup damai, aman, dan tenteram dalam menjalankan keyakinan agama Buddha dan lainnya?

Aplikasi Konsep

Sebutkan bukti-bukti tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya!

Mengapa orang yang akan belajar agama Buddha di India disarangkan lebih dulu belajar di Kerajaan Sriwijaya? Apa yang dilakukan oleh musafir Cina I’Tsing di Kerajaan Sriwijaya?

Dari berita India, bahwa Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Cola di India. Dalam prasasti Nalanda yang didirikan atas kerja sama antara Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Sriwijaya, disebutkan bahwa Raja Nalanda, Paladewa, membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai gantinya, lima desa itu harus membiayai orang-orang dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu agama Buddha di Nalanda. Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Cholamandala yang terletak di India Selatan. Hubungan putus setelah Raja Rajendra Chola, (1023-1024 M) melalukan serangan ke Sriwijaya.

Tiga prasasti yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 Masehi. Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang. Prasasti yang ditemukan di sekitar kota Palembang adalah Kedukan Bukit (684 M), Talang Tuo (684 M), dan

Telaga Batu. Sedangkan di Pulau Bangka adalah prasasti

Gambar 6.4

Peta Kerajaan Sriwijaya (Sumber: Atlas Sejarah)

Di masa kekuasaan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami zaman kejayaan, Balaputra dewa adalah raja dari Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah. Balaputra Dewa bertikai dengan Pramodhawardhani (kakaknya) yang dibantu Rakai Pikatan. Balaputra Dewa kalah dan lari ke Sriwijaya. Ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya adalah Dharma Setru (kakek Balaputra Dewa) yang tidak mempunyai keturunan. Maka diangkatlah Balaputra Dewa sebagai raja. Pada masa pemerintahan Balaputra Dewa, Sriwijaya menjadi besar, perdagangan dan pelayaran meningkat. Memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan di sekitar Asia Tenggara, India, dan Cina.

Pada akhir abad ke-13, Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.

a. Serangan Kerajaan Colamandala dari India Selatan pada tahun 1017 dan 1025 M.

b. Tidak adanya pemimpin Sriwijaya yang tangguh setelah Raja Balaputradewa meninggal, penerusnya tidak mampu menjalankan kebesaran Sriwijaya.

c. Lepasnya daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya, seperti tanah genting Kra di Semenanjung Malaka, berhasil direbut oleh Kerajaan Siam.

d. Serangan Kerajaan Singhasari di bawah pimpinan Raja Kertanegara (1275 dan 1286 M). Raja Kertanegara melaksanakan Ekspedisi Pamalayu, untuk menguasai Kerajaan Melayu dan melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.

Aplikasi Konsep

Mengapa Kerajaan sebesar Sriwijaya bisa runtuh?

Faktor apa saja yang menyebabkan kerajaan itu runtuh? Jelaskan!

Aplikasi Konsep

Tunjukkan pada peta Sumatra Selatan, lokasi situs-situs prasasti di atas dan beri tanda dengan pensil warna!

Kota Kapur (686 M), dan di Jambi, prasasti Karang Berahi (686 M). Semua prasasti itu ditulis dalam huruf Pallawa dengan bahasa Melayu kuno. Di prasasti Ligor (775 M), menyebutkan Kerajaan Sriwijaya mendirikan pangkalan armada kapal di Ligor, Semenanjung Malaka.

Berdasarkan prasasti Canggal yang ditemukan di Desa Canggal, barat daya kota Magelang, Jawa Tengah, diketahui adanya kerajaan Hindu dengan nama Mataram Kuno. Dalam prasasti yang berangka tahun 654 Saka (732 M) menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, diketahui bahwa prasasti Canggal dibuat atas perintah Raja Sanjaya untuk memperingati berdirinya sebuah lingga yang menjadi lambang Dewa Siwa. Lingga itu didirikan di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunya yang kaya raya akan hasil bumi.

Daerah Kunjarakunya terletak di Jawadwipa. Mula-mula Jawadwipa diperintah oleh Raja Sannaha secara adil dan bijaksana. Setelah Sanna wafat, terjadi kekacauan yang baru berhasil dipadamkan setelah Sanjaya, anak Sannaha, naik tahta. Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga ia berhasil memperluas wilayah kerajaan dan memakmurkan rakyatnya. Selain prasasti Canggal, prasasti lain yang memberitakan keberadaan tentang Raja Sanjaya terdapat pula pada prasasti Balitung (Mantyasih) dan prasati Wanua Tengah III. Prasasti yang berangka tahun 907 M dan 908 M yang dibuat pada masa Raja Balitung menyebutkan bahwa Raja Sanjaya sebagai raja pertama, dalam prasasti Balitung disebutkan pula silsilah raja-raja Mataram dari Dinasti Sanjaya yang pernah memerintah, seperti berikut.

a. Raja Sanjaya dengan sebutan Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717-746 M)

b. Rakai Panangkaran Dyah Sangkara (746 – 784 M) Gambar 6.5

Peta Kerajaan Mataram Kuno dan Peninggalannya. (Sumber: Atlas Sejarah)

g. Rakai Pikatan Dyah Saladu (847 – 855 M)

h. Rakai Kayuwangi (847 –855 M) i. Dyah Tagwas (885 M)

j. Rakai Panumwangan Dyah

Dewandra (885 – 887 M)

k. Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887 M)

l. Rakai Watuhmalang Dyah Jbang (894- 898 M)

m. Rakai Watukara Dyah Balitung (898-913 M)

Gambar 6.6

Kelompok candi Dieng.

(Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, 2)

c. Rakai Panunggalan/Panaraban (784-827 M) d. Rakai Warak Dyah Manara (803-827 M) e. Dyah Gula (827-828 M)

f. Rakai Garung (828 – 847 M)

untuk menghormati para bhiksu dalam prasati Kalasan sekitar tahun 778 M yang ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta. Disebutkan bahwa Rakai Panangkaran menghadiahkan desa Kalasan kepada Sangha, adapun bangunan yang dimaksud adalah candi Kalasan.

Salah seorang raja yang memerintah Kerajaan Mataram setelah Rakai Panangkaran meninggal, adalah Raja Samaratungga berasal dari Dinasti Syailendra, anak dari Rakai Panangkaran. Samaratungga mempunyai anak bernama

Aplikasi Konsep

Ambil peta Jawa Tengah, tunjukkan lokasi situs prasasti Canggal!

Tunjukkan dimanakah lokasi Dieng tempat dimana candi Dieng itu berada?

Setelah Raja Sanjaya meninggal pada tahun 746 M, Kerajaan Mataram dipimpin oleh Raja Rakai Panangkaran Dyah Sangkara. Ia beragama Buddha. Sejak itulah agama Buddha berkembang di Kerajaan Mataram. Sebagai penghormatan terhadap Agama Buddha, Rakai Panangkaran men-dirikan bangunan suci untuk memuja Dewa Tara. Bangunan untuk Dewa Tara itu sekarang disebut Candi Kalasan di desa Kalasan sebelah Timur Yogyakarta. Candi Kalasan merupakan candi agama Buddha. Ia juga membangun biara Gambar 6.7

Candi Kalasan (Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, 2)

Balaputradewa dan Pramodawardhani. Pada masa pemerintahan Raja Sama-ratungga, agama Buddha berkembang luas di Jawa Tengah. Saat itu banyak didirikan bangunan agama Buddha yang besar, misalnya candi Borobudur dan candi Mendut.

Bentuk toleransi beragama tampak jelas pada masa Kerajaan Mataram Kuno, meskipun agama resmi adalah Hindu, tetapi umat Buddha dapat menjalankan keyakinannya dengan aman dan damai.

Aplikasi Konsep

Apakah yang dimaksud dengan toleransi beragama?

Bisakah kamu memberikan contoh-contoh bentuk toleransi pada kehidupan sehari-hari masyarakat kita? Sikap atau perilaku yang bagaimana yang diperlukan untuk mendukung adanya toleransi?