• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JOSHIRYOKU DANSHI

2.2. Perkembangan dan Pengaruh Joshiryoku Danshi

2.2.1. Perkembangan Joshiryoku Danshi

Menurut Youhei, fenomena Joshiryoku Danshi sudah ada cukup lama di dalam masyarakat Jepang. Hal itu dapat dilihat dari munculnya Shin Go/Ryuukou Go (Bahasa baru/Bahasa tren) yang selalu dimuat di majalah dan situs media sosial setiap akhir tahun yang mengeluarkan kata-kata baru yang berhubungan dengan karakteristik Joshiryoku Danshi. Sejak tahun 2009, kata-kata baru yang

muncul karena 女子化 (feminimitas) pada kaum muda pria semakin bertambah.

Soushokukei Danshi, Bentou Danshi, Otomen (2009), Ikemen (2010), dan Higasa Danshi (2013) merupakan beberapa contoh dari kata-kata yang baru yang muncul hingga sekarang. Istilah “Joshiryoku Danshi”, yang akhir-akhir ini muncul sebagai pembicaraan media sosial di Jepang dikatakan sebagai versi baru dari istilah Soshokukei Danshi yang memiliki beberapa persamaan namun berbeda dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. (Youhei:14-15)

Perkembangan jumlah Joshiryoku Danshi dapat dilihat secara jelas di dalam masyarakat Jepang karena terbukanya kelompok masyarakat ini. Mereka tidak segan atau malu untuk memperlihatkan kepada orang bahwa mereka memiliki kegemaran yang sama dengan kaum wanita, sebab mereka menganggap hal-hal tersebut merupakan hal yang memang sudah seharusnya dilakukan untuk menarik perhatian. Joshiryoku danshi tidak akan segan untuk mengajak bicara wanita untuk berkenalan. Gambar berikut merupakan hasil angket yang dilakukan oleh Perusahaan Micro Mill pada 31 Mei 2016, dengan jumlah koresponden 1.187 orang berumur 15-49 tahun dari seluruh Jepang tentang hadirnya Joshiryoku Danshi di lingkungan sekitar koresponden.

Gambar 2.3. Tipe pria yang ada di sekitar koresponden

Sumber: https://milltalk.jp/boards/859

Dari gambar 2.3., dapat dilihat bahwa keberadaan Joshiryoku danshi di lingkungan sekitar masyarakat Jepang mencapai 46.5%, yaitu hampir setengah dari jumlah seluruhnya.

Selain masyarakat umum, banyak dari kalangan hiburan Jepang yang masuk dalam kategori Joshiryoku Danshi. Salah satunya adalah Yamada Ryuusuke dari grup penyanyi Hey! Say Jump! yang suka membaca shoujo manga dan mengunjungi café serta pemain ice-skating Haryuu Yuzuru, yang dipotret oleh media sedang memeluk boneka Pooh miliknya pada saat menunggu hasil pertandingan. (http://www.ryskkbysh. com/archives/9721)

Jika dibandingkan, perilaku dan cara pemikiran Joshiryoku Danshi sangat bertolak-belakang dengan kaum pria masyarakat Jepang yang lahir sebelum masa Yutori Jidai. Image pria Jepang sebelum memasuki masa Yutori Jidai, lebih memiliki pembawaan yang kalem, lebih memilih untuk berteman dengan pria lainnya, dan sangat segan untuk mengajak berbicara langsung dengan kaum

beranggapan bahwa perubahan drastis pada kaum muda disebabkan dari sistem Yutori, yang menyebabkan masyarakat yang lahir pada Yutori Jidai lebih mementingkan kesenangan daripada kerja keras. (Youhei:10)

Berikut merupakan beberapa kutipan komentar di dalam forum yang membahas tentang pandangan perubahan pria di Jepang. (http://jacklog.

doorblog.jp/archives/ 42750021.html).

-- 昔は独身男性の一人暮らしといえば、散らかった部屋で食事はカップ麺か外食 なんてイメージだったけど、いまやそこらの女に負けないくらいの家事や料理ス キル持った 男はごろごろ居るな。

Terjemahan:

-- Dulu kalau mengatakan soal pria single yang tinggal sendirian, muncul image ruangan yang berserakan dengan cup ramen dan makanan luar, namun sekarang ini banyak bermunculan pria yang memiliki skill tidak kalah dengan wanita dalam memasak dan melakukan pekerjaan rumah.

-- 昔は学校で男は技術科で椅子を作ったり、女は家庭科で料理や裁縫して たけど 今は男も女も同じことを習うんだっけ。

Terjemahan:

-- Dulu jika pada pelajaran keterampilan di sekolah, pria membuat kursi dan wanita membuat masakan dan menyulam di pelajaran home economic, namun kini pria dan wanita mempelajari hal yang sama.

-- 昔は男なら泣くなみたいなのがあったかと思いますが、今は男だ って泣く時は泣くんだっていう…個性を尊重しましょう的なのがあ るから、男は男から解放されたんじゃないかな(笑)女だって、今 の時代男も育児家事できなきゃ駄目よみたいなのあるし お互い様 なんですよねきっと。(http://djaoi.blog.jp/archives/4232237.html)

Terjemahan:

--Dulu sepertinya ada perkataan yang “kalau kamu laki-laki, jangan menangis”, tetapi pria sekarang menangis jika ingin menangis… Karena ada juga hal tentang “menghormati personalitas seseorang”, mungkin saja pria menjadi terbebas dari “image pria”. Wanita juga ada yang mengatakan

“pria sekarang tidak boleh kalau tidak bisa dalam mendidik anak dan pekerjaan rumah tangga”. Karenanya, hal seperti itu pasti adil kan.

Dari kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pandangan terhadap image pria semakin berubah di dalam masyarakat Jepang. Pembagian peran dalam kehidupan sehari-hari antara pria dan wanita semakin tipis seiring berkembangnya masyarakat sehingga secara tidak sadar, kaum pria diarahkan untuk mempelajari hal-hal yang umumnya dilakukan oleh wanita.

Berkembangnya Joshiryoku Danshi mendapat berbagai respon dari masyarakat Jepang, baik dari acara program televisi, majalah maupun media sosial. Pada umumnya pembahasan yang diangkat di media massa umumnya adalah ciri-ciri umum Joshiryoku Danshi, hubungan dengan masyarakat, dan pengaruh yang diberikan pada masyarakat Jepang. Di kalangan muda, Joshiryoku Danshi mendapat respon yang positif terutama pada kaum wanita. Banyak kaum wanita muda yang menyukai kaum pria yang memiliki Joshiryoku dapat diandalkan bukan hanya pada pekerjaan, namun juga pada pekerjaan rumah dan memiliki pemikiran yang lebih terbuka sehingga mudah untuk diajak bicara.

Dokumen terkait