• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PERATURAN PERAMPASAN ASET TINDAK

PERKEMBANGAN PERATURAN PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA A. Kerangka Teori

1. Teori Keadilan Restoratif

Keadilan Restoratif adalah pengadilan yang fokus pada pemulihan kerugian yang disebabkan atau terkait dengan tindak pidana antara kedua belah pihak demi terciptanya keadilan atau kesepakatan bersama.1 Perhatian utama dari konsep keadilan restoratif adalah mengembalikan keadaan akibat tindak pidana sebelum tindak pidana terjadi, jika dikaitkan dengan korupsi maka pengembalian aset merupakan cara untuk memulihkan kerugian negara akibat tindak pidana korupsi.

Menurut Muladi, keadilan restoratif merupakan suatu pendekatan terhadap keadilan atas dasar falsafah dan nilai-nilai tanggung jawab, keterbukaan, kepercayaan, dan berdampak terhadap pengambilan keputusan kebijakan sistem peradilan pidana dan praktisi hukum di seluruh dunia. Keadilan restoratif dapat terlaksana apabila fokus perhatian diarahkan pada kerugian akibat tindak pidana, dan menciptakan dialog antara pelaku dan korban serta melibatkan masyarakat.2

2. Teori Penemuan Hukum

Mengutip tulisan Sudikno Mertokusumo bahwasanya penemuan hukum, “lazimnya diartikan sebagai proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum yang diberi tugas dari kewenanganya

1 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia dan

Hukum, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), h. 270.

2 Muladi, Restorative Justice dalam Sistem Peradilan Pidana, makalah disampaikan dalam seminar nasional “Peran Hakim dalam Meningkatkan Profesionalitas Menuju Paradigma Yang Agung”, diselenggarakan IKAHI HUT Ke-59 tanggal 25 April 2012, h.1.

dalam menerapkan peraturan perundang-undangan pada peristiwa tertentu.3 Perlunya menemukan undang-undang baru ketika aturan tidak hanya tidak jelas tetapi juga terjadi kekosongan hukum, maka perlu dibentuk suatu pemikiran konstruktif dan progresif untuk memberikan solusi, yang hasilnya dituangkan dalam suatu putusan yang disebut putusan hakim.4

Tugas penting seorang hakim adalah menyesuaikan undang-undang dengan hal-hal nyata di masyarakat. Apabila undang-undang tidak dapat dijalankan menurut arti katanya, maka hakim harus menafsirkan sehingga dapat membuat suatu keputusan yang adil sesuai dengan maksud hukum yaitu tercapainya kepastian hukum.

B. Kerangka Konseptual 1. Perampasan

Perampasan dapat dipersamakan dengan confiscation dan forfeiture. Di dalam UNCAC terdapat definisi dari confiscation di dalam article 2 huruf g, yaitu “confiscation” which includes forfeiture where applicable, shall mean the permanent deprivation of property by order of a court or other competent authority, article 2 huruf g tersebut diterjemahkan oleh UNODC sebagai berikut: “Perampasan” yang meliputi pengenaan denda bilamana dapat diberlakukan, berarti pencabutan kekayaan untuk selama-lamanya berdasarkan perintah pengadilan atau badan berwenang lainnya.

Perampasan berbeda dengan penyitaan, definisi penyitaan adalah mengambil barang atau benda dari kekuasaan pemegang benda yaitu untuk

3 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Cahaya Atma

Pustaka, 2014), h.49.

4 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum (Cet. I Yogyakarta:

19

kepentingan pemeriksaan dan bahan pembuktian. Penyitaan hanya memindahkan penguasaan barang dan belum terdapat pemindahan kepemilikan, sedangkan perampasan mencabut hak dari kepemilikan seseorang atas suatu benda.

2. Aset

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian aset adalah yang memiliki nilai tukar. Modal; kekayaan. Yang dimaksud dengan aset adalah komoditas / benda atau komoditas / benda yang dapat dimiliki atau digunakan oleh suatu badan usaha, lembaga atau perseorangan yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial, atau nilai tukar. Aset adalah komoditas atau objek (konsep hukum) yang terdiri dari properti dan hewan nyata.5

Aset adalah bagian dari sesuatu yang dimiliki, dikuasai dan bernilai, yang dibagi menjadi : pertama, barang berwujud yang dimiliki dalam hak milik, termasuk uang, perlengkapan, peralatan, perumahan, piutang dan barang tidak berwujud seperti itikad baik. Kedua, semua harta kekayaan milik orang tersebut (terutama yang telah bangkrut atau sudah meninggal dunia) yang dapat digunakan untuk melunasi hutang.

3. Perampasan Aset

Pengertian perampasan aset merupakan gabungan dari perampasan dan aset. Apabila digabung maka definisi perampasan aset berarti sudah terdapat putusan yang menyatakan mengambil properti dari pemilik tanpa membayar kompensasi yang terjadi karena pelanggaran hukum.

5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Perampasan aset merupakan suatu perbuatan yang permanen sehingga berbeda dengan penyitaan yang merupakan perbuatan sementara, karena barang yang disita akan ditentukan oleh putusan apakah dikembalikan kepada yang berhak, dirampas untuk negara,dimusnahkan atau tetap berada di bawah kekuasaan jaksa.6

Pembagian jenis perampasan aset secara internasional terdapat 2 jenis tindakan perampasan aset dalam upaya pengembalian aset dalam melakukan pemberantasan tindak pidana yaitu, perampasan aset dengan mekanisme hukum perdata (civil forfeiture, non-conviction based forfeiture atau in rem forfeiture) dan perampasan aset secara pidana (criminal forfeiture atau in personam forfeiture). Kedua jenis perampasan tersebut mempunyai beberapa perbedaan yang mendasar dalam hal prosedur dan penerapannya dalam melakukan upaya perampasan aset yang merupakan hasil dari suatu tindak pidana.

4. Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan definisi dasar dalam hukum pidana (normatif dan hukum) yang menyangkut perbuatan yang melanggar hukum pidana. Tindak pidana adalah perbuatan tidak senonoh di bawah ancaman ketentuan undang-undang, yaitu perbuatan yang pada umumnya dilarang di bawah ancaman hukuman.7

Dalam berbagai literatur dan referensi hukum, maka sering kali sebuah perbuatan pidana dipakai dengan istilah delik. Istilah delik diterjemahkan menjadi 'strafbaarfeit', tidak ada penjelasan dalam KUHP tentang apa arti strafbaarfeit itu sendiri. Biasanya kejahatan diidentikkan dengan kejahatan

6 Rihantoro Bayuaji, Hukum Pidana Korupsi Prinsip Hukum Perampasan Aset Koruptor Dalam

Perspektif Tindak Pidana Pencucian Uang, (Jakarta: LaksBang Justitia,2019), h.65.

21

yang berasal dari bahasa belanda yaitu misdriff. Kamus hukum yang membatasi kejahatan menyatakan bahwa kejahatan tersebut merupakan delik yang dapat dihukum karena merupakan pelanggaran hukum (punishable offense). Tindak pidana adalah perilaku manusia yang diatur dalam undang-undang, ilegal, yang pantas mendapatkan hukuman dan pelanggaran ringan. Pelaku kejahatan akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilarang tersebut, jika dia melakukan kesalahan, jika dia memiliki pandangan normatif tentang kesalahan tersebut pada saat melakukan perbuatan tersebut, dari sudut pandang masyarakat.

5. Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa belanda yaitu corruptie yang berarti korupsi atau korupsi yang disalin ke berbagai bahasa. Misalnya, jika disalin dalam bahasa Inggris sebagai tindakan korup, atau disalin dalam bahasa Prancis sebagai tindakan korup, dan disalin sebagai kata "korup" dalam bahasa Belanda, maka dari kata ini dalam bahasa Belanda dikurangi menjadi bahasa Indonesia menjadi kata "korup" . Kata korupsi secara harfiah berarti busuk, jelek, bejat, ketidakjujuran, penyuapan, amoralitas, kesucian, bahasa yang menyinggung atau fitnah.

Korupsi menurut Black Law Dictionary adalah “Illegality; a vicious and fraudulent intention to evade the prohibitions of the law. The act of an official or fiduciary person who unlawfully and wrongfully uses his station or character to procure some benefit for himself or for another person, contrary to duty and the rights of others.” tindakan yang dilakukan dengan niat untuk menghindari larangan hukum. Perbuatan pejabat yang salah

menggunakan kedudukan atau karakternya untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri atau orang lain.8

6. Tindak Pidana Korupsi

Di Indonesia, tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang No. 20 Tahun 2001. Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Diharapkan tujuan dari pemberantasan korupsi sebagaimana diuraikan dalam pertimbangan-pertimbangannya adalah untuk merespon dan mengantisipasi perubahan dan kebutuhan hukum masyarakat agar dapat lebih efektif mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi yang sangat merugikan keuangan, khususnya perekonomian secara holistik yakni negara dan kembali untuk bisa dirasakan masyarakat.

Dari sudut tindak pidana korupsi, tindak pidana korupsi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:9

1). Penyalahgunaan kekuasaan, peluang, dan sarana. 2). Perkaya diri sendiri, orang lain, atau perusahaan.

3). Membahayakan keuangan nasional atau ekonomi nasional.

Secara garis besar korupsi adalah tindakan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri untuk kepentingan individu dan kelompok.10 Untuk memperkaya seseorang dengan menggunakan suatu jabatan, orang

8 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary 11th Edition, (West, 2014), h.300.

9 Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), Cet. Ke-20, (Jakarta: Bumi Aksara,

1999), h.50.

10 Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2004), h.30.

23

tersebut adalah orang yang menduduki jabatan di sektor swasta atau pemerintahan. Korupsi sendiri ada di mana-mana dan tidak terbatas pada hal tersebut, oleh karena itu untuk meneliti dan mengembangkan solusinya, kita harus bisa membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tindak pidana dalam KUHP dapat dijabarkan menjadi dua jenis, yaitu unsur subjektif dan unsur obyektif. Elemen "subyektif" mengacu pada elemen yang dilampirkan atau terkait dengan pemain, dan mencakup semua konten yang ada di hatinya, dan elemen "objektif" mengacu pada elemen yang terkait dengan kondisi, yaitu kondisi di mana tindakan aktor harus dilaksanakan. Unsur-unsur adanya tindak pidana korupsi terbagi menjadi: 11

1). Setiap orang

Hal ini terlihat dari bunyi Pasal 1 ayat 3 dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang memuat perseorangan atau perusahaan, bahwa setiap orang merupakan subyek hukum pidana dalam tindak pidana korupsi. Menurut definisi tersebut, pelaku tindak pidana korupsi dapat berupa perorangan, perseorangan maupun perusahaan. Perusahaan di sini mengacu pada sekelompok orang dan / atau kekayaan yang terdiri dari badan hukum dan bukan badan hukum sesuai dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2). Secara Melawan Hukum

Menurut definisi ini, jika semua elemen yang disebutkan dalam klausul kejahatan telah terpenuhi, maka perilaku tersebut adalah ilegal. Oleh karena itu, jika semua elemen tersebut telah tercapai, maka tidak perlu lagi dilakukan penelitian apakah tindakan yang

diambil sesuai dengan masyarakat dianggap tindakan yang tidak tepat. Mengatakan bahwa perilaku tertentu pada hakikatnya merupakan parameter yang melanggar hukum tidak didasarkan pada adanya ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, tetapi didasarkan pada rasa kesesuaian sosial.

3). Unsur Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Literal dalam kata "memperkaya" artinya membuat lebih kaya. Sementara "kaya" artinya "mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya)”. Dapat disimpulkan bahwa menjadi kaya berarti membuat orang yang tidak kaya menjadi kaya, atau yang sudah kaya menjadi lebih kaya.12

4). Merugikan keuntungan negara atau perekonomian negara

Keberadaan tindak pidana korupsi sudah cukup untuk mewujudkan unsur-unsur perilaku yang telah ditetapkan tanpa menimbulkan akibat. Dalam pengertian tindak pidana tersebut di atas, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah segala bentuk kekayaan negara yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk seluruh bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:

a) Pengendalian, pengarahan dan pertanggungjawaban aparatur lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah;

b) Dalam BUMN / BUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang memasukkan modal negara atau perusahaan yang memasukkan modal pihak ketiga berdasarkan kesepakatan yang

12 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.

25

dicapai dengan negara, dalam penguasaan, pengelolaan dan tanggung jawab.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Peneliti menemukan beberapa kajian terdahulu yang berkaitan dengan Penerapan Perampasan Aset tanpa pemidanaan di dalam tindak pidana korupsi di Indonesia.

1. Skripsi ditulis olehSiti Nurhalimah 13 dengan skripsi peneliti, sama-sama menggunakan konsep Non-Conviction Based Asset Forfeiture atau civil forfeiture. Namun perbedaan yang signifikan dari tulisan Siti Nurhalimah dengan isi skripsi ini, Siti Nurhalimah lebih menekankan kepada teori keadilan sosial. Teori yang digunakan oleh Siti Nurhalimah disatukan dengan membahas tinjauan yuridis NCB dari Negara Amerika,Australia dan Indonesia. Sedangkan skripsi peneliti membahas secara filosofis pidana dari peraturan perundang-undangan dan pelaksanaannya di Indonesia serta apabila NCB diterapkan di Indonesia dan mengupasnya dengan teori keadilan restoratif Serta menambahkan Mutual Legal Assistance sebagai solusi dari perampasan aset yang berkembang.

2. Skripsi ditulis oleh Taufik Kemas 14 dengan skripsi peneliti ialah sama-sama membahas analisis yuridis dari perampasan aset tindak pidana korupsi yanga ada di Indonesia. Taufik Kemas lebih menekankan kepada suatu pendekatan kasus (case approach) dengan menggunakan putusan Studi Putusan No. 7/Pid.Sus-Tpk/2017/Pn.Mdn. Sedangkan skripsi ini hanya

13 Siti Nurhalimah: “Non Conviction Based Asset Forfeiture sebagai Alternatif Pengembalian Kerugian Keuangan dan Perekonomian Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi” (Jakarta: UIN Jakarta,2019).

14 Taufik Kemas: “Analisis Yuridis Perampasan Aset yang Berasal dari Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan No. 7/Pid.Sus-Tpk/2017/Pn.Mdn)” (Medan : Universitas Sumatera Utama, 2019).

menjadi kan kasus – kasus sebagai data pendukung dan fokus kepada teori keadilan restoratif.

3. Skripsi ditulis oleh Shinta Bellina Vionita 15 dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti sama-sama memiliki solusi perampasan aset merupakan jalan utama dalam rangka pengembalian kerugian negara. Namun perbedaan skripsi yang ditulis oleh Shinta dan skripsi penulis adalah penelitiannya hanya berfokus pada penyitaan aset yang dilakukan oleh satu instansi yakni kejaksaan.

4. Artikel Jurnal ditulis oleh Sudarto16 memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni permasalahan yang akan dibahas yakni perampasan aset dan artikel ini menggunakan studi komperative normatif dari perkembangan di negara lain. Sedangkan Sudarto menulis perampasan aset tanpa pemidanaan dalam perkara tindak pidana korupsi sehingga menghilangkan unsur pemidanaan. Sedangkan peneliti menggunakan studi pendekatan filosofis (phyloshopy approach) yakni pisau bedah peneliti adalah teori keadilan restoratif dan tantangannya kedepannya yang tidak akan menghilangkan unsur pidana.

5. Artikel Jurnal ditulis oleh Jamillah17 memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni pertanggungjawaban hukum dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi. Namun perbedaan yang signifikan adalah, artikel ini meninjau undang-undang hukum administrasi negara yang mana mengatur pejabat harus bertanggung jawab untuk mengembalikan aset. Sedangkan

15 Shinta Bellinda Vionita, “Pelaksanaan Penyitaan Aset Tersangka Korupsi sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Negara” (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2018).

16 Sudarto, “Mekanisme Perampasan Aset dengan Menggunakan Non-Conviction Based Asset

Forfeiture sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi” Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS, Vol. V, No. 1 (Januari-Juni 2017).

17 Jamillah, “Pertanggungjawaban Hukum dalam Pengembalian Aset Hasil Korupsi di

27

skripsi yang peneliti buat, menggunakan tinjauan undang-undang hukum pidana, perdata dan tantangannya dengan peraturan MLA yang mengedepankan solusi dari permasalahan globalisasi dan memperlambat pergerakan koruptor sekarang.

28

Dokumen terkait