• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 Perkembangan Perumahan

Dalam kaitannya dengan persebaran penduduk dengan tumbuhnya perumahan dan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan yang relatif datar akan membentuk pola-pola tersendiri yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya (Branch, 1996). Hal ini mencerminkan bahwa kondisi topografi yang relatif datar di wilayah penelitian merupakan modal dasar dari pertumbuhan perumahan dan permukiman.

Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan perumahan adalah pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors);

lokasi (locations); estetika (aesthetics); komunitas (community); pelayanan kota (city services); dan biaya (costs), (Catanese dan Snyder, 1979).

Perkembangan perumahan kekotaan dipicu oleh dua peristiwa utama yang mewarnai perkembangan peradaban manusia yaitu peristiwa revolusi pertanian dan revolusi industri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan perkembangan transportasi (Clark, 1982).

19

Dalam perkembangan perumahan ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh.

Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Kependudukan; (2) Pertanahan; (3) Pembiayaan dan Dana (Peraturan Perundang-undangan Departemen Pekerjaan Umum, 1994).

Selama kebijaksanaan tentang lokasi perumahan belum ditegakkan secara mapan, maka perkembangan lokasi perumahan, termasuk sarana dan prasarananya akan cenderung berjalan masing-masing tanpa keterpaduan yang harmonis dengan elemen lainnya. Dengan bermunculannya pengembang yang semakin banyak, telah mendorong perkembangan lokasi-lokasi perumahan baru tumbuh secara acak.

Penghuni pemukiman dalam melakukan berbagai kegiatan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan budayanya. Sehingga dari kedua unsur tersebut yang akan mempengaruhi menjadi faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan perumahan dan permukiman (Sumaatmadja Nursid, 1981) antara lain:

1. Faktor fisik alamiah

Faktor fisik akan mempengaruhi perkembangan perumahan dan permukiman karena keberadan rumah dan pemukiman tidak akan lepas dari kondisi lahan yang ditempatinya, meliputi keadaan tanah, keadaan hidrografi, iklim, morfologi, sumber daya alam. Faktor-faktor ini membentuk pola perluasan pemukiman dan bentuk pemukimannya.

2. Faktor sosial

Karakter dan kondisi sosial penduduk dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Penduduk perkampungan memiliki rasa kebersamaan cukup tinggi.

3. Faktor budaya

Pola hidup yang menjadi kebiasaan di kampung-kampung yang masih terbawa dalam lingkungan kehidupan kota diantaranya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan kebersihan.

4. Faktor ekonomi

Kemampuan penduduk untuk memiliki tempat tinggal dipengaruhi oleh harga lahan, kemampuan daya beli, lapangan penghidupan dan transportasi.

5. Faktor politis

Kondisi politik suatu negara mempengaruhi pertumbuhan pemukiman karena keadaan pemerintahan dan kenegaraan yang stabil dilengkapi dengan peraturan serta kebijaksanaan pemerintahnya akan menciptakan suasana yang aman dan situasi menguntungkan untuk membangun.

Berkembangnya suatu perumahan dapat dilihat dari ciri-ciri fisik perkembangan perumahan yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996).

Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah dan membuat kawasan tersebut semakin padat, bangunan-bangunan semakin banyak dan rapat, luasan lahan peruntukan perumahan yang semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi

21

2.3.1 Penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman

Pembangunan dan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut (Yunus, 2000). Hal ini menunjukan faktor aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan lahan untuk perumahan semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan lahan untuk perumahan.

Perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau mutasi lahan secara umum menyangkut tranformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997).

Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), Faktor fisik kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan Faktor bentang alam (kemiringan lereng dan ketinggian lahan).

2.3.2 Ketersediaan sarana dan prasarana

Perumahan juga harus disediakan sarana–sarana seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lainnya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk.

Hal-hal yang sering terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan hidup manusia penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana (Budiharjo, 1992), yang meliputi:

1. Pelayanan sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas, rumah sakit yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah.

2. Fasilitas sosial (social facilities), seperti tempat peribadatan, persemayaman, gedung pertemuan, lapangan olahraga, tempat bermain/ruang terbuka, pertokoan, pasar, warung, kaki lima dan sebagainya.

3. Prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan.

Dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan (Sastra dan Marlina, 2006).

Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan perumahan dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992).

Dengan begitu perumahan dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana perumahan secara kualitas dan kuantitas. Salah satu ciri

23

perkembangan fisik perumahan dan permukiman adalah semakin lengkapnya fasilitas pendukung ekonomi dan sosial.

2.3.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu sama lain, mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981).

Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999).

Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. mengatakan aksesibilitas adalah masalah waktu dan juga tergantung pada daya tarik dan identitas rute perjalanan (Lynch, 1960)

Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu.

Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya yang didukung oleh transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan aksesibilitas yang mudah menuju tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan dan tempat rekreasi.

Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua

tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Tamin, 2000).

Dokumen terkait