II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Program Penanggulangan Kemiskinan
2.3.2 Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta
Dalam menanggulangi kemiskinan, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Batasan kemiskinan mengacu kepada hasil Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial (World Summit for Social Development) tahun 1995 dikatakan sebagai wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendidikan, dan sumberdaya yang produktif yang menjamin kehidupan kesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan akses kepada pendidikan; dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tidak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat;
kehidupan gelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman dan diskriminatif serta keterasingan sosial. Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kemiskinan bukan merupakan masalah satu sektor saja melainkan multi dimensional/multi sektor, sehingga dalam penanggulangannya perlu dikoordinasikan dari berbagai sektor.
Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001 Tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan melalui Keputusan Gubernur Nomor 1582/2002. Komite yang terdiri dari berbagai instansi terkait ini mempunyai tugas pokok yang salah satunya adalah meningkatkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta yang diantara dengan melakukan langkah-langkah nyata untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan ini diperkuat pula dengan Keputusan Gubernur Nomor 1791/2004 tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Provindi DKI Jakarta.
Strategi induk penanggulangan masalah kemiskinan Provinsi DKI Jakarta adalah mendorong terciptanya lembaga keuangan mikro professional berbasis non-kolateral di tingkat kelurahan sebagai intitusi yang diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatan sekaligus akses terhadap sumberdaya ekonomi. Strategi ini dilakukan melalui dua pendekatan yaitu (a) community empowerment dan
Community empowerment dan capacity building adalah upaya meningkatkan pendapatan melalui produktivitas dengan penguatan kemampuan masyarakat miskin dalam pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk membentuk hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Seangkan social protection adalah upaya untuk mengurangi pengeluaran masyarakat melalui pemberian subsidi dan bantuan untuk mengurangi pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses teradap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah mendukung kegiatan sosial ekonomi.
Untuk mencapai strategi induk diperlukan strategi penunjang yaitu:
1. Pengembangan basis data dan penetapan indikator penduduk miskin sesuai dengan kondisi faktual DKI Jakarta sehingga diperoleh pemetaan dan identifikasi masalah kemiskinan yang komperhensif sebagai dasar berbagai program intervensi penanggulangan kemiskinan.
2. Pengembangan multi process card penduduk miskin sebagai mekanisme wujud perlindungan sosial yang menjamin ketetapan pemberian subsidi dan bantuan dalam upaya peningkatan akses penduduk miskin kepada layanan kebutuhan dasar yang bersifat langsung seperti pendidikan, kesehatan serta layanan dasar lainnya.
3. Pembentukan jejaring kerja antara pemerintah, legislatif, dunia usaha dan berbagai stakeholder lainnya guna mendukung keterpaduan program penanggulangan kemiskinan.
Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi yang meliputi aspek-aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, subsidi, fisik lingkungan, tenaga kerja, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan sosial. Berbagai program aksi telah dilaksanakan untuk aspek-aspek tersebut. Khusus untuk aspek subsidi, beberapa program yang telah dilaksanakan adalah beras miskin, bantuan beasiswa siswa/mahasiswa kurang mampu, dan bantuan air bersih.
Dalam rangka penaggulangan kemiskinan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 telah mengalokasikan 884 milyar rupiah. Alokasi tertinggi adalah untuk pemberdayaan masyarakat yang di dalamnya termasuk Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Selain pemberdayaan masyarakat, sektor yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan rumah tangga adalah dengan meningkatkan pendidikan anggota rumah tangga sehingga mereka berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Tabel. 2.1 Program dan Alokasi Dana Penanggulangan Kemiskinan di DKI Jakarta Tahun 2004
Bidang yang di berikan Bantuan Besarnya Bantuan (Rp) Usaha Kecil Menengah dan Koperasi 26.002.000.000 Permukiman 4.045.665.000 Perindustrian 310.000.000 Pariwisata 50.000.000
Peternakan dan Perikanan 1.184.000.000
Pendidikan 267.987.835.000
Pemberdayaan Masyarakat 359.550.000.000
Peran Serta dan Rehabilitasi Sosial 3.309.484.000 Ketenagakerjaan 1.337.500.000
Pemerintahan 3.809.663.000 Kependudukan dan Keluarga Berencana 8.141.939.088 Pemakaman 752.400.000 Kesehatan 207.632.069.100 Total 884.112.555.188 Sumber: Bapeda Pemprov DKI Jakarta, 2005
Program Pemberdayaan Mayarakat Kelurahan (PPMK) adalah program yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan masyarakat yang mencangkup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat baik fisik maupun non-fisik melalui lembaga kemasyarakatan yang ada di kelurahan, dengan mengadakan bantuan langsung kepada masyarakat. Pelaksanaan PPMK mengacu pada Pelaksanaan P2KP. Bantuan langsung diberikan dengan pendekatan Tribina, yaitu bina ekonomi adalah sebesar 60 persen berupa dana bergulir, untuk bina fisik dan sosial masing-masing 20 persen. Di samping itu prinsip-prinsip dari pelaksanaan PPMK ini mengacu pula pada prinsip P2KP seperti demokrasi, transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas.
Program ini digulirkan pada tahun 2001 dengan pemberian dana sebesar dua milyar rupiah pada beberapa kelurahan. Sejak tahun 2002, seluruh kelurahan mendapatkan dana PPMK sebesar 250 juta rupiah. Nilai dana PPMK terus mengalami peningkatan, pada tahun 2003 naik menjadi 500 juta rupiah per kelurahan dan pada tahun 2004 menjadi 700 juta rupiah. Pada tahun 2005 setiap kelurahan memperoleh dana PPMK sebesar satu milyar rupiah.
Pemerintah DKI Jakarta sangat memperhatikan masalah pendidikan karena pendidikan berpengaruh sangat nyata kepada kemiskinan. Pendidikan tinggi memberikan peluang untuk mendapatkan kerja yang lebih baik sehingga mereka
dapat terus berada di luar lingkaran kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang berkaitan dengan masalah pendidikan telah dilakukan baik untuk pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun tingkat pendidikan menengah (SMU/K dan PT). Dana yang disalurkan untuk pendidikan hingga tahun 2004 adalah sebesar 268 milyar rupiah. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai kegiatan diantaranya:
a. Bantuan biaya pendidikan b. Penyelenggaraan SD Wajar
c. Penyelenggaraan program Paket A dan Paket B d. Penyelenggaraan guru kunjung
e. Program pemberian makanan tambahan anak murid SD f. Pembinaan keterampilan menjahit anak putus sekolah g. Pembinaan keterampilan tata boga anak putus sekolah
Di samping pendidikan, bidang kesehatan menjadi prioritas utama dalam penanggulangan kemiskinan. PRSP Sourcebook Bank Dunia menjelaskan bahwa dampak kondisi kesehatan yang buruk berpengaruh terhadap kemiskinan, yang meliputi dimensi sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pekerjaan
2. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendapatan yang memadai 3. Menurunnya kemampan belajar dan berfikir
4. Risiko cidera dan kecelakaan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 mengalokasikan dana sebesar 207,6 milyar rupiah bagi penanggulangan kemiskinan di bidang kesehatan, diantaranya adalah untuk:
a. Pelayanan keluarga miskin b. Imunisasi posyandu
c. Intervensi balita gizi buruk
d. Pemberian makanan tambahan untuk balita kurang gizi e. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil
Kegiatan-kegiatan ini sebagian besar dilakukan di puskesmas, karena puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh rumah tangga miskin. Harga yang relatif terjangkau dan lokasi yang relatif dekat dengan tempat tinggal menjadi faktor utama pemilihan puskesmas sebagai tempat berobat rumah tangga miskin.
Faktor utama yang menyebabkan rumah tangga terjerat dalam kemiskinan adalah tingkat pendapatan yang rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan dana sebesar 26 milyar rupiah untuk membantu usaha kecil dan menengah agar mereka mampu untuk meningkatkan pendapatan mereka. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah:
1. Bimbingan teknis usaha kecil dan menengah 2. Bimbingan konsultasi usaha kecil dan menengah 3. Pembuatan depo/warung usaha kecil dan menengah
4. Pembuatan desain dan pengadaan produk tanda mata khas DKI Jakarta untuk usaha kecil dan menengah
5. Diklat kewirausahaan dan manajemen bagi kelompok usaha kecil dan menengah
6. Pembinaan teknis usaha skala mikro 7. Pasar rakyat
8. Pembentukan usaha kecil dan sejenisnya
Bidang kependudukan menjadi perhatian dalam program penanggulangan kemiskinan. Pada tahun 2004, dana yang dialokasikan untuk bidang kependudukan dan keluarga berencana sekitar delapan milyar rupiah. Kegiatan keluarga berencana ditekankan pada pengadaan alat kontrasepsi dan pelayanan KB bagi akseptor KB yang berasal dari keluarga miskin.