• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Atas Perkembangan Riset Perpajakan

2. Perkembangan Riset Akuntansi

Penelitian akuntansi merupakan penelitian mengenai pengaruh peristiwa ekonomi yang meringkas, menganalisis, memverifikasi pelaporan standar informasi keuangan, dan efek pelaporan informasi mengenai peristiwa ekonomi (Oler et al., 2010). Perkembangan praktik akuntansi mulai mengalami kemajuan yang besar sejak era Lucas Pacioli, yaitu sejak digunakannya sistem double entry. Namun sayangnya kemajuan praktik akuntansi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan sejak awal abad ke-20. Pada tahap awal perkembangannya, penelitian akuntansi diwarnai oleh pendekatan normatif. Penelitian-penelitian yang

dilakukan terutama ditujukan untuk mengembangkan postulat akuntansi. Penulisan teori akuntansi normatif tersebut belum menggunakan pendekatan investigasi formal.

Perkembangan penelitian akuntansi normatif kemudian mengalami sedikit kemajuan dengan mulai digunakannya investigasi yang terstruktur dalam bentuk pendekatan deduktif. Penelitian akuntansi yang mengarah pada pembentukan teori akuntansi normatif dengan pendekatan deduktif terus bertahan hingga tahun 1960-an. Kemudian Watts dan Zimmerman (1990) mengembangkan riset akuntansi yang mengarah pada pembangunan teori akuntansi positif (deksriptif) yang investigasinya menggunakan pendekatan induktif. Sumbangan besar Watts dan Zimmerman (1990) dalam mengembangkan teori akuntansi positif adalah dengan diterbitkannya buku mereka yang monumental yaitu Positive Accounting Theory.

Penempatan akuntansi sebagai sains membawa konsekuensi bahwa teori akuntasi harus bebas dari pertimbangan nilai (value judgement) dan bersifat deskriptif. Atas dasar argumen ini, subjek/fenomena bahasan di tingkat akademik cenderung bergeser apa dan bagaimana suatu kejadian/transaksi harus dicatat/dilaporkan untuk mecapai tujuan ekonomik dan sosial tertentu (teori normatif) ke apa yang nyatanya dilakukan para pelaku ekonomi (termasuk akuntan) dan mengapa berbuat demikian (teori positif dan deskriptif).

Hal tersebut ditunjukan oleh banyaknya penelitian di bidang akuntansi yang topiknya tidak berkaitan langsung dengan praktik atau standar akuntansi yang nyatanya dipraktekkan. Teori akuntansi tersebut dikembangkan agar pengetahuan akuntansi menjadi sejajar dengan pengetahuan ilmiah yang lain (misalnya ilmu alam). Suatu disiplin ilmu tidak akan berkembang bahkan mati apabila tidak ada pengembangan riset atas disiplin ilmu tersebut. Selain berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, riset akuntansi juga berperan dalam memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi itu sendiri.

Dalam disiplin ilmu akuntansi, riset akuntansi memiliki peran yang sangat penting. Pertama, riset akuntansi berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, sehingga praktik akuntansi tidak sekedar asal jalan tetapi didasarkan atas riset yang kemudian dilaborasikan dalam teori. Teori yang ada kemudian akan menjadi subjek untuk dilakukan pengujian empiris secara berkelanjutan. Dengan demikian riset akuntansi bukanlah tujuan akhir akan tetapi adalah proses untuk membangun teori dan praktik. Peran riset akuntansi yang kedua adalah untuk memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami sebagai sesuatu yang diterima begitu saja (taken for granted). Secara garis besar tujuan dilakukannya riset akuntansi tersebut adalah untuk mendeskripsikan (to describe), menjelaskan (to explain), dan memperbaiki fenomena akuntansi (to predict).

Pada era 1950-an sampai dengan 1970-an, penelitian untuk pengembangan akuntansi mulai banyak dilakukan. Wells (1976) dalam Yulianto (2012), menyatakan bahwa penelitian-penelitian akuntansi pada era tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama terkait dengan pencarian asumsi-asumsi yang mendasari akuntansi. Karya-karya yang mewakili upaya ini termasuk The Structure of Accounting Theory (Littleton, 1953), The Basic Postulates of Accounting (Moonitz, 1961), A Statement of Basic Accounting Theory (American Accounting Association, 1966) dan The Foundations of Accounting Measurement (Ijiri, 1967). Namun demikian, karya-karya ini tidak mampu mengarahkan pada ide-ide dasar mengenai asumsi akuntansi yang disepakati secara umum.

Menurut Wells (1976) dalam Yulianto (2014), pemikiran-pemikiran tersebut hanya berperan dalam menyoroti kelemahan konsep dan praktik yang berlaku. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kemudian muncul pengakuan dan upaya dari American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) untuk merumuskan tujuan-tujuan (objectives) pelaporan keuangan. Untuk itu, pada tahun 1971, AICPA kemudian membentuk Trueblod Committee untuk tugas tersebut.

Sementara itu, kelompok penelitian kedua berkaitan dengan pencarian prinsip dan konstruksi teori pada umumnya. Para akademis atau ilmuwan yang masuk dalam kelompok ini, menurut Welss (1967) dalam Yulianto (2014), meliputi Chambers (1955, 1963), Mattessich (1957), Devine (1960), Vatter (1963) dan Sterling (1970). Kajian mereka terutama

menyangkut aspek filosofis yang melandasi akuntansi. Namun demikian, upaya dari sisi ini pun juga tidak membuahkan hasil karena perumusan konstruksi teoritis untuk akuntansi tidak tercapai, sampai akhirnya American Accounting Association (AAA), melalui Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA), menyatakan mengenai ketiadaan teori akuntansi untuk pelaporan keuangan eksternal.

Disamping pencarian asumsi dan basis teoritis yang mendasari praktik akuntansi, pembuatan regulasi oleh pemerintah dan lembaga professional merupakan faktor penting yang juga ikut menentukan arah perkembangan akuntansi. Secara umum, tujuan berbagai regulasi yang dibuat oleh pemerintah dan lembaga professional dimaksud dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah regulasi yang dibuat merespon berbagai krisis yang disebabkan oleh penyimpangan praktik akuntansi, dan kelompok kedua terkait regulasi untuk menjamin keseragaman akuntansi atau lebih dikenal sebagai penyusunan standar akuntansi.

Bentuk lain regulasi dalam akuntansi berbentuk standar akuntansi yang disusun oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk penyusunan standar. Menurut Wolk et al. (2008) dalam Yulianto (2012), upaya pertama untuk menyusun serangkaian panduan untuk praktik akuntansi di Amerika Serikat pada tahun 1930 menyusul jatuhnya pasar modal pada tahun sebelumnya. Saat itu, American Institute of Certified Public Accounting (AICPA), yang sebelumnya bernama Americal Institute of

Accountant (AIA), bersama dengan Komite Daftar Saham (Committee of Stock List) New York Stock Exchange (NYSE) mengembangkan lima prinsip akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan yang terdaftar pada pasar modal tersebut. Dokumen ini dipandang sebagai prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles-GAAP) formal pertama dalam sejarah akuntansi di AS. Pada tahun 1936, AICPA membentuk Special Committee on Development of Accounting on Principles, yang segera diganti dengan Committee Accounting Procedures (CAP), yang sampai tahun 1957 menghasilkan berbagai pernyataan prinsip akuntansi yang dipublikasikan dalam 51 Accounting Research Bulletin (ARB).

Dokumen terkait