• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III LATAR BELAKANG PERJANJIAN KERJASAMA SISTER CITY

B. Perkembangan Sister City (Kota Bersaudara) di Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh, sampai tahun 2012 kerjasama Sister City di Indonesia sudah mencapai 102 Memorandum of Understanding (MoU).56

55

Agustinus Supriyanto & Andi Sandi ATT, Pengembangan Potensi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kerjasama Sister Province, Mimbar Hukum Universitas Gajah Mada, Mei 2001, hlm. 128.

Berbagai kebijakan dan program pun telah dilakukan oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah mampu memanfaatkan hubungan ini guna memacu pertumbuhan dan pembangunan daerah. Tetapi pada kenyataannya, skema Sister City ini belum terlalu dikenal dan dipahami secara luas, bahkan cenderung hanya dipahami oleh Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah/Kota. Padahal, konsep sesungguhnya skema yang diinginkan adalah hubungan kemitraan antar komunitas kota, sehingga idealnya dilaksanakan Kota/Daerah dapat

56

Sumber : Kementerian Dalam Negeri, Kota Kembar (online), Kabar Bangsa-Buletin Kementerian Dalam Negeri Indonesia Bulan Mei 2013, diakses pada tanggal 02 Februari 2015.

memanfaatkan hubungan kerjasama ini untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan kota/daerahnya masing-masing. Dilihat dari sejarah terbentuknya, yang diinginkan adalah hubungan kemitraan antar komunitas kota sehingga idealnya dilaksanakan secara sinergi antar stakeholders daerah/kota secara lengkap, yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

Dari segi jumlah, Sister City telah banyak dilaksanakan oleh kota di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah “Sister Province” yang dilakukan oleh DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Bali. Sedangkan dari sisi geografis kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, cenderung memiliki kota kembar jauh lebih banyak dibandingkan dengan kota-kota di luar Pulau Jawa.

Program kerjasama Sister City yang telah dilaksanakan sejak tahun 1993, tentu telah memberikan hasil tetapi dari berbagai evaluasi, saat ini dapat disimpulkan kerja sama Sister City ini belumlah efektif dan cenderung menjadi tidak efisien. Hal itu dapat dilihat dari belum dirasakannya manfaat oleh semua lapisan masyarakat daerah/kota yang bersangkutan. Bahkan masih banyak lapisan masyarakat yang belum mengetahui akan keberadaan Sister City ini di daerah/kotanya.

Kementerian Dalam Negeri telah menetapkan Kota Surabaya sebagai kota berprestasi dan sukses sebagai Best Practice Sister City di Indonesia karena keberhasilannya menjalin kerjasama yang baik dengan kota-kota di negara luar dalam konteks Kota Bersaudara ini. Dan sudah selayaknya Surabaya dapat dijadikan contoh bagi kota lain di dalam negeri, khususnya dalam perencanaan, prosedur dan regulasi kerjasama dengan luar negeri. Salah satu kegiatan Sister

City Surabaya yang sukses memperoleh pengakuan Ditjen Pendidikan Tinggi dan Institusi Pendidikan di luar negeri, yaitu Community Outreach Program (COP). Kegiatan ini berhasil mendatangkan mahasiswa dari enam negara, yaitu Belanda, Korea, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan India, yang sekaligus dikaitkan dengan program konkrit Sister City Surabaya-Busan.

Agar dapat berhasil dalam menerapkan program Sister City tentunya harus menjalani beberapa faktor, diantaranya :

1. Dukungan yang kuat dan keterlibatan pemerintah kota baik langsung maupun tidak langsung, serta dunia usaha untuk ikut berkontribusi secara langsung. 2. Komisi Sister City yang berkeanggotaan luas, seperti masyarakat dan individu

yang merupakan pendukung yang sangat antusias dari program ini. Sehingga setiap usaha harus merekrut orang-orang dari berbagai profesi, perwakilan kaum muda, orang-orang dari suku atau etnik dan agama yang berbeda, laki-laki dan perempuan, serta masyarakat penyandang disabilitas.

3. Pembentukan aliansi guna memaksimalkan sumber daya yang terbatas dan potensi serta dampak dari program Sister City di komunitas.

4. Tautan komunikasi yang prima sangat penting untuk menghubungkan jaringan komunikasi yang berkualitas prima, termasuk telepon yang handal, komunikasi, fax dan internet. Sehingga komunikasi ini harus segera direspon untuk menjaga hubungan baik.

5. Sensitifitas terhadap perbedaan kebudayaan, sehingga program ini harus seimbang, direncanakan, dilaksanakan dan di evaluasi secara bersama-sama.

6. Memiliki sasaran yang jelas untuk menjaga dan mempertahankan program tetap aktif maka sangat penting untuk setiap kota bertemu setiap tahun untuk mengembangkan MoU tentang apa yang mereka mitrakan.

7. Kegiatan pertukaran berbiaya murah setiap tahunnya, bahkan jika tidak dimungkinkan untuk mempunyai pertukaran orang secara fisik.

8. Pertukaran-pertukaran regular sangat penting untuk sepakat pada pertukaran orang yang terus menerus secara regular pada setiap tahunnya. Termasuk pertukaran guru dan murid.

9. Berani mengambil resiko, semua hubungan harus berani mengambil resiko untuk proyek yang lebih ambisius agar tetap segar, dan mencapai potensi penuh mereka. Proyek ini pastinya memerlukan perencanaan tinggkat tinggi, pengumpulan dana, waktu dan usaha, sehingga semua bidang ikut terlibat.

Jakarta, sebagai salah satu provinsi dan status ibukota Negara Republik Indonesia, tidak dapat menghindar dari tuntutan kebutuhan untuk membina komunikasi dan interaksi serta hubungan kemitraan dengan kota-kota lain di luar negeri. Pertimbangan yang mendasari tidak semata-mata dalam upaya menjalin hubungan persahabatan dan saling pengertian di antara kota-kota besar saja, tetapi juga sebagai upaya untuk menggalang kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefit) dalam berbagai bidang pelayanan perkotaan (urban services).57

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi dan sekaligus mendorong semakin luas dan berkembangnya hubungan kemitraan Pemerintah Jakarta dengan

57

Harza Sandityo, Tinjauan Hukum atas Perjanjian Internasional yang Dibuat oleh Pemerintah Daerah (Studi Kasus : Perjanjian Kerjasama Sister City/Sister Province), Jurnal Hukum, FH UI, 2011, hlm. 77.

kota-kota di luar negeri. Pertama, tuntutan kebutuhan, kedua, pengaruh era globalisasi yang didukung oleh kemajuan iptek dan ketiga, adanya dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan hubungan kerja sama antar kota (Sister City) yang dapat terlihat dari adanya berbagai peraturan yang mengatur mengenai perjanjian kerjasama Sister City tersebut.

Untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri dalam hal ini Kota Medan, kerjasama Kota Bersaudara (Sister City) berkembang dengan sangat pesat. Pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan otonomi daerahnya telah melakukan hubungan kerjasama dengan Kota Ichikawa (Jepang), Kota George Town (Penang, Malaysia), Kota Gwangju (Korea Selatan), Kota Chengdu (China) dan baru-baru ini menjalin kerjasama dengan Kota Milwaukee (Chicago, Amerika Serikat).58

Berikut beberapa kerjasama yang terjalin antara Kota Medan dan kota-kota di luar Indonesia dalam konteks Sister City :59

Bidang Ekonomi Perdagangan

Bidang ini, merupakan salah satu upaya Bagian Hubungan Kerjasama dan pengurus Asosiasi Kota Bersaudara, dalam mendukung program Pemerintah Kota Medan untuk promosi Kota Medan sebagai salah satu tujuan perdagangan dan investasi mitra kerjasama Kota Bersaudara. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk mempromosikan produk hasil produksi masyarakat (kerajinan rakyat) dan membuka askes pasar bagi produk unggulan dari kedua

58

Sumber : pemkomedan.go.id diakses pada tanggal 02 Februari 2015. 59

Sumber :

kota. Kota Medan diberikan fasilitas arena promosi secara permanen oleh Majelis Perbandaran Pulau Pinang, berupa bangunan rumah di daerah Pulau Tikus. Bangunan yang dinamakan ‘Wisma Kota Kembar’ hingga sekarang masih diberikan hak penggunaannya kepada Kota Medan dan sampai saat ini dikelola Pemprovsu untuk promosi produk-produk kerajinan dengan biaya sewa yang sangat relatif kecil. Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini dengan berkoordinasi dengan pengelola dan Bagian Hubungan Kerjasama Setda Kota Medan.

Bidang Kebudayaan

Sebagai kota dengan 8 etnis dan beragam budaya, Kota Medan memiliki potensi untuk memperkenalkan kekayaan budaya ke luar negeri. Tim kesenian Kota Medan mendapat kehormatan untuk tampil di Kota Gwangju, Korea pada tahun 2002 untuk memeriahkan pertandingan ‘World Cup’ (pada pertandingan di Kota Gwangju tersebut, kesebelasan Korea mengalahkan Spanyol di perdelapan final). Sambutan yang sangat meriah dan luar biasa, menjadi alasan Kota Gwangju mengundang kembali tim kesenian Kota Medan untuk tampil pada festival Kimchi dan pada acara ‘Foreigners day’ (Hari untuk orang asing yang bermukim di Kota Gwangju) pada awal tahun 2008.

Bidang Pendidikan

Di bidang pendidikan, secara berkesinambungan dilaksanakan Kota Medan Program Pertukaran Pelajar (Student Exchange Program). Lebih dari 300 orang pelajar telah dikirim Kota Medan untuk mengikuti program ini di Kota Ichikawa Jepang, Kota Gwangju Korea, Kota Chengdu China dan Pulau Pinang Malaysia.

Program ini sangat memberi manfaat bagi pelajar dan generasi muda Kota Medan untuk mendapatkan pengalaman, pengembangan wawasan dan membina persahabatan dengan generasi muda di negara tujuan. Diharapkan persahabatan yang telah terjalin antar pemuda ini akan menghasilkan kedekatan dan dalam tahun mendatang, ketika tongkat estafet pembangunan bangsa berada di tangan generasi yang akan datang.

Program pertukaran guru pendidikan dasar (Teacher Exchange Program) antara Kota Medan dengan Bandaraya Ipoh, Malaysia yang dilaksanakan 6-10 Desember 2010, sebagai program perdana bidang pendidikan dengan Bandaraya Ipoh. Program ini akan terus diupayakan secara berkesinambungan untuk memberikan kesempatan kepada guru pendidikan dasar lainnya, untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan pengalaman.

Bidang Pemuda dan Olahraga

Di bidang pemuda dan olahraga bekerja sama dengan KONI Kota Medan, Kota Medan berpartisipasi dalam ‘Mountain Bike Challenge 2002’ yang diadakan oleh Persatuan Bersepeda Pulau Pinang.

Asosiasi Kota Bersaudara Kota Medan menjembatani bantuan pengadaan baju judo sebanyak 1 kontainer, untuk Padepokan (Dojo) Judo Kota Medan dari masyarakat Kota Ichikawa, Jepang (2004).

Kota Medan mengirimkan 12 orang pelajar Sekolah Menengah Atas untuk mengikuti Program Cabaran Mutiara (Pearl Challenge Program 2007) di Pulau Pinang, Malaysia. Selain delegasi Kota Medan, kegiatan perkemahan remaja ini

juga diikuti oleh delegasi remaja dari Brunei Darussalam, Thailand, Singapura dan Malaysia sebagai tuan rumah.

Bidang Pariwisata

Kota Medan merupakan kota dengan keberagaman etnis tertinggi dari seluruh Indonesia. Keberagaman ini menghasilkan ragam jenis kuliner yang menjadikan Medan sebagai surga bagi penikmat makanan. Potensi ini dipromosikan dengan menggelar Festival Makanan Kota Medan di Pulau Pinang, Malaysia (2003). Salah satu sasaran dari pergelaran festival ini untuk menarik minta Negeri Jiran, Malaysia untuk datang ke Medan agar secara langsung dapat menikmati ragam kuliner Kota Medan. Pada tahun yang sama, Kota Medan juga menggelar Festival Makanan Pulau Pinang di Medan. Festival ini diselenggarakan secara bersama dengan Konsulat Malaysia di Medan.

Menyentuh Masyarakat

Sejak dicanangkannya kerjasama Kota Bersaudara Kota Medan dengan beberapa mitra Kota Bersaudara, telah banyak program yang langsung menyentuh masyarakat seperti 3 unit mobil pemadam kebakaran yang dihibahkan Pemerintah Kota Ichikawa, Jepang yang hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Masyarakat Kota Ichikawa juga menyumbangkan 40 set alat bantu dengar (hearing aid) untuk panti asuhan di Kota Medan serta mesin jahit bagi korban tsunami di Aceh. Bantuan tersebut disampaikan secara langsung oleh Pemerintah Kota Medan melalui Asosiasi Kota Bersaudara Kota Medan.

C. Hubungan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) antara Pemerintah

Dokumen terkait