• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 65-70)

Halaman ini sengaja dikosongkan

2.3. Inflasi Tahunan

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA)

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank.

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selama triwulan I 2014, ditemukan 565 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (96,99%) dilakukan oleh pihak perbankan.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014 Mi li ar R p

Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)

100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 2009 111 596 12 7 2 0 0 728 2010 239 531 12 3 7 0 2 794 2011 389 286 9 0 1 0 0 685 2012 312 322 12 10 6 12 0 674 2013 643 264 5 3 2 0 0 917 2014 522 41 1 1 0 0 0 565 Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565

PERIODE J ENIS PECAHAN J UMLAH

Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 sebanyak 522 lembar lalu diikuti oleh uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 41 lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,008% (8/1000) dari jumlah uang pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan I 2014. Dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat. Mengingat besarnya jumlah penemuan uang palsu yang beredar di masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 55

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

5

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp874,98 miliar atau mencapai 23,46% dari target APBD Tahun Anggaran 2014. Meskipun secara nilai realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang mencapai Rp809,37 miliar, namun kenaikan target pendapatan dalam APBD

2014 sebesar 12,76% (yoy)

menyebabkan rasio realisasi pendapatan mengalami penurunan dari triwulan I 2013 yang mencapai 24,47%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014 juga relatif belum optimal, tercermin dari realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014 yang baru mencapai Rp258,37 triliun atau 6,88% dari target APBD. Kondisi tersebut dikarenakan pencairan anggaran di awal tahun masih dalam proses persetujuan sehingga mempengaruhi penyerapan anggaran belanja. Meskipun demikian, realisasi penyerapan belanja tersebut, baik secara nilai dan rasio menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari realisasi penyerapan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang mencapai Rp225,37 miliar atau 6,49% terhadap target tahun anggaran 2013. Penyerapan belanja pada triwulan I

5 Dikarenakan ketersediaan data yang terbaru, maka data yang dianalisa pada periode laporan hanya mencakup kinerja keuangan pemerintah provinsi.

2013 2014 I 2013 I 2014 2013 2014

Pendapatan 3,307.93 3,729.90 809.37 874.98 24.47 23.46

Belanja 3,469.97 3,754.90 225.37 258.37 6.49 6.88

Keterangan Target Anggaran Realisasi % Realisasi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 24.47 6.49 23.46 6.88 0 5 10 15 20 25 30 Pendapatan Belanja % I 2013 I 2014

2014 tersebut diharapkan dapat lebih dioptimalkan pada periode-periode berikutnya, khususnya untuk belanja Modal serta Barang dan Jasa agar realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang telah direncanakan di awal tahun dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai target serta memberikan multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat.

4.1.

Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada

triwulan I 2014, masing-masing

mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%.

Secara lebih mendalam dapat

diketahui bahwa realisasi PAD pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh realisasi Pajak Daerah, sementara Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah mangalami penurunan. Tercatat, realisasi masing-masing komponen tersebut pada triwulan I 2014 mencapai Rp282,84 miliar, Rp11,80 miliar dan Rp10,53 miliar. Kontribusi terbesar dimiliki oleh Pajak

Daerah mencapai 92,68% dengan tingkat kenaikan mencapai 15,60% dibandingkan triwulan I Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) PAD 289.05 PAD 669.35 Dana Perimbangan 391.47 Dana Perimbangan 765.18 Lain-lain Pendapatan yang Sah 128.85 Lain-lain Pendapatan yang Sah 258.72 I 2013 I 2014 244.68 282.84 22.76 21.61 11.80 10.53 I 2013 I 2014

Pajak Daerah Retribusi Daerah Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 57

2013. Sementara kontribusi dan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah masing-masing mencapai 3,87% dan 3,45%. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi komponen Pajak Daerah mencapai 19,78%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah tersebut salah satunya disebabkan oleh penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%.

Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 didorong oleh tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU). Pada triwulan laporan, realisasi DAU di Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp430,07 miliar, meningkat 12,71% dari realisasi triwulan I 2013. Kenaikan realisasi DAU tersebut tidak terlepas dari persiapan pelaksanaan pemilu legislatif yang dilaksanakan pada awal triwulan II 2014. Selain itu, penyaluran DAU juga dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Lebih lanjut, tingginya realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan I 2013 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Tercatat rasio PAD terhadap total penerimaan daerah pada triwulan I 2014 mencapai 39,53%, sementara rasio Dana Perimbangan mencapai 45,19%.

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar)

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Penerimaan Daerah PAD/TPD Dana Perimbangan/TPD Lain-lain/TPD 669.35 765.18 258.72 1,693.25 39.53% 45.19% 15.28%

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)

Dana Bagi Hasil Pajak & Non

Pajak 9.90 -DAU 381.57 DAU 430.07 I 2013 I 2014

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 65-70)

Dokumen terkait