• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TRIWULAN I 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(2)

Penanggung Jawab:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Barat

Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak

Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 732033

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 i

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang.

Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II (Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak, Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(4)
(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GRAFIK viii

RINGKASAN UMUM 1

Perkembangan Perekonomian Daerah 1

Perkembangan Inflasi Daerah 1

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2

Perkembangan Keuangan Pemerintah 3

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3

Prospek Perekonomian Daerah 4

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7

1.1 Kajian Umum 7 1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7 1.3.1 Konsumsi 8 1.3.2 Investasi 9 1.3.3 Ekspor - Impor 10 1.3 PDRB Sektoral 12 1.3.1 Sektor Pertanian 13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 16

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 16

1.3.5 Sektor Lainnya 18

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG

MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT 20

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23

2.1. Gambaran Umum 23

2.2. Inflasi Triwulanan 24

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan 25

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 27

2.2.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 28

2.3. Inflasi Tahunan 30

(6)

2.4.1. Faktor Fundamental 31

2.4.2. Faktor Non Fundamental 33

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 35

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 35

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 35

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 37

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 41

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) 43

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 44

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 45

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 46

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta

Asing (PVA) 46

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 47

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 47

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 49

3.6.4.3 Pemusnahan 52

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 53

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 55

4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 56

4.2. Realisasi Belanja Daerah 58

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 61

5.1 Ketenagakerjaan 61

5.2 Kesejahteraan 63

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 63

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014 64

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 66

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 68

6.1 Prospek Perekonomian Daerah 69

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 71

LAMPIRAN xiii

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 v

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) ... 7

Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) ... 9

Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ... 10

Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) ... 12

Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ... 12

Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) ... 13

Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) ... 31

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) ... 35

Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ... 37

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ... 39

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ... 40

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) ... 41

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ... 42

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 45

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ... 46

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 50

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ... 51

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat... 53

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) ... 55

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) ... 57

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ... 61

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ... 65

(9)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 vii

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat ... 7

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga ... 8

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan ... 8

Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat ... 9

Grafik 1. 5 Ekspor Karet ... 11

Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit ... 11

Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ... 11

Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ... 13

Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ... 13

Grafik 1. 10 Luas Panen Padi ... 14

Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ... 14

Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton) ... 15

Grafik 1. 13 Volume Petikemas ... 15

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ... 16

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang ... 16

Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat ... 17

Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat ... 17

Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO ... 17

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ... 18

Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat ... 18

Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ... 18

Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame ... 19

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ... 23

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional ... 23

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ... 23

Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 24

Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan ... 25

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ... 26

Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi... 27

Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang ... 28

Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Transpor ... 29

(11)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 ix

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ... 29

Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp) ... 31

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat ... 32

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat ... 32

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ... 33

Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ... 33

Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ... 33

Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi ... 33

Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu ... 34

Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan ... 34

Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ... 34

Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34 Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ... 36

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ... 36

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ... 36

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ... 37

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ... 38

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat ... 38

Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ... 39

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ... 40

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat ... 42

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ... 42

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ... 43

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) ... 43

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ... 44

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil ... 48

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ... 49

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ... 51

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow ... 53

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 ... 55

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ... 56

(12)

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar) ... 57

Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ... 58

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) ... 58

Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ... 59

Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) ... 62

Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor ... 62

Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat... 64

Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ... 64

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ... 69

Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat ... 69

Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ... 70

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen ... 71

(13)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 1

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai 6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada periode laporan.

Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah. Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB.

Perkembangan Inflasi Daerah

Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy)

Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil

(14)

kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi

Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun

pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq).

Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow),

namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami

(15)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 3

kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.

Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja 2014. Rasio tersebut relatif meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari 2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu

(16)

orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari 2012 sebesar 3,09%.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq) dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II 2014. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif.

Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan

(17)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 5

pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp11.000 per USD. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014 diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.

(18)

2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.69

Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091 - Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466 - Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 - Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,395 - Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 - Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 - Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,919 - Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 - Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 - Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924

Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp): 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091 - Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101 - Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 - PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 - Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236 - Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 - Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 Indeks Harga Konsumen

- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94

- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)

- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58

- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 - Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 - Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 - Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 - Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 - Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 - Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 - Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 952 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 956 Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944

(19)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 7

I.

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69%

(yoy), lebih lambat dibandingkan

pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang

tercatat mencapai 6,37% (yoy).

Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral, pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi.

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 101 Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 236 Diskrepansi - - - - - - - - -Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091 2013 2012 Jenis Penggunaan

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 % M il ia r R p

Nilai g Nasional (yoy) g Kalbar (yoy)

(20)

1.3.1

Konsumsi

Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89 pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV 2013. Selain itu, indeks pembelian barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK) Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur.

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan

96 98 100 102 104 106 108 110 112 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014

Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga

95.00 105.00 115.00 125.00 135.00 145.00 155.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

(21)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 9

1.3.2

Investasi

Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy), maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu, peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD.

Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri

barang modal yang relatif lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai, impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy). Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu dari sisi volume, impor barang modal tercatat mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi

1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah

Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal

2014 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PMDN 0.85 0.66 2.51 0.07 1.35 PMA 1.57 0.60 1.44 2.58 0.90 PDKPM 1.95 TOTAL 2.42 1.26 3.95 2.65 4.20 Keterangan 2013 N/A PMDN (Miliar Rp) 1,171.7 1,404.0 2,811.0

PMA (US$ Juta) 170.4 500.7 397.5

Keterangan 2010 2011 2012

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 Volume Nilai - RHS (USD)

(22)

52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy). Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea Selatan.

1.3.3

Ekspor - Impor

Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh 1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53% (yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar Rp57 Miliar pada triwulan laporan.

Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai 750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor utama Kalimantan Barat.

Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 130,604 144,244 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473

Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 96,845 74,938 70,221 136,281 104,795 137,937 163,950 137,140 18,880

Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 61,682 48,525 45,508 46,019 49,475 45,452 40,500 46,323 39,454

Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,730 2,443 2,239 2,512 2,263 2,784 3,547 3,813

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) - 6,812 295 - - - 3,490 3,490 1,988

Tembakau (HS24) 390 4,913 1,420 2,149 2,769 2,224 2,819 2,678

-Ikan dan Udang (HS03) 2,998 1,945 1,822 2,717 1,233 2,292 1,582 1,929 2,866

Perabot, penerangan rumah (HS94) 258 771 717 1,003 540 357 490 690 646

Olahan dari Tepung (HS19) 673 356 602 622 523 561 239 476 262

Biji-bijian berminyak (HS12) 805 384 536 698 774 604 615 443 1,026

Total 10 Golongan 333,112 364,796 254,169 335,971 318,347 328,373 340,964 349,800 196,408

Total Ekspor 335,578 370,017 260,695 346,137 325,828 339,475 345,516 351,195 210,328

(23)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 11

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 5 Ekspor Karet

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet

mengalami kontraksi 18,14% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh

perlambatan permintaan seiring dengan

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan I 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg.

Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit pada tahun 2013. Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai

-60% -50% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014

Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy) -100% -50% 0% 50% 100% 150% -20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014

Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy)

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

(24)

tanggal 12 Januari 20142, sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan

nominal sebesar 18,88 juta USD.

Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk.

Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.3 PDRB Sektoral

Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan

IInformasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Garam, Belerang, Kapur (HS25) 5,016 12,079 18,603 29,876 28,261 35,622 43,319 49,948 55,903 Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 5,583 8,776 8,571 1,498 607 9,046 10,174 10,812 17,424 Bahan kimia anorganik (HS28) 24 303 48 2 342 492 720 5,629 6,753 Pupuk (HS31) 8,385 10,704 6,064 12,718 2,206 1,650 3,353 4,845 14,145 Bahan bakar mineral (HS27) - - - 5 3,537 1,000 Batu, Semen dan Mika (HS68) 9 237 105 65 136 25 155 2,998 125 Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 3,038 10,707 3,026 9,701 3,993 1,990 2,967 2,477 1,846 Biji-bijian berminyak (HS12) 1,527 2,077 2,448 1,494 2,653 1,660 1,115 2,151 1,001 Besi dan Baja (HS72) 2,988 4,842 1,537 3,682 292 2,107 4,626 1,966 2,219 Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23 684 493 727 629 8,136 1,680 1,158 1,653 4,463 Total 10 Golongan Barang 27,255 50,217 41,130 59,666 46,625 54,272 67,591 86,016 104,878

Total Impor 32,019 60,238 46,700 64,598 53,598 58,111 82,698 91,136 133,562

Golongan Barang (HS) 2012 2013

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.30% 2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 3.23% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81% 5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 5.70% 7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85%

PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.69%

(25)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 13

sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB.

1.3.1

Sektor Pertanian

Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy). Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan (tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.

Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi

2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466

a. Tanaman Bahan Makanan 1,111 527 750 817 1,110 665 822 922 1,154 b. Tanaman Perkebunan 708 758 784 801 772 814 874 845 818 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 217 222 228 229 216 229 236 240 228 d. Kehutanan 88 92 94 90 88 90 91 89 87 e. Perikanan 173 176 181 180 177 180 187 185 179

2012 2013

Sektor

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB 1.17% -0.02% 0.50% 0.01% 0.67% 1.19% 0.51% 0.16% 0.49% Pertanian Pertambangan Industri LGA Bangunan PHR Angkutan Keuangan Jasa Pertanian 27.12% Pertambangan 1.67% Industri 15.35% LGA 0.42% Bangunan 9.09% PHR 21.11% Angkutan & Komunikasi 9.57% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.51% Jasa - jasa 10.17% Lainnya, 36.08%

(26)

penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang berdampak pada kerusakan tanaman.

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Luas Panen Padi

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84 ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.507/kg.

Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.

-80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 H e k ta r Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS) -20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% -200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 T o n

(27)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 15

1.3.2

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014 yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran.

Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur.

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 13 Volume Petikemas

-10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% -200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 V. Bongkar (ton) V. Impor (ton) Pertumbuhan-RHS (yoy) 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 Ton

(28)

1.3.3

Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara

Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak PT. Angkasa Pura II Pontianak

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 326,81 ribu orang.

1.3.4

Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat. Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja industri karet di Kalimantan Barat.

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 Orang 290,000 300,000 310,000 320,000 330,000 340,000 350,000 360,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 Orang

(29)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 17

Sementara itu, kinerja sektor industri CPO menunjukkan akselerasi , dimana pada triwulan I 2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif setelah selama tahun 2013 terus mengalami kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41% (yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi TBS, meningkatnya permintaan domestik yang didorong oleh komitmen pemerintah dalam

mendorong penggunaan biodiesel untuk

menekan impor minyak juga berdampak positif

terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66 USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami penurunan.

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO -40% -20% 0% 20% 40% -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014

Ton Volume gVolume-RHS (yoy)

-20% -10% 0% 10% 20% 30% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014

Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 200 400 600 800 1000 1200 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 USD cent/kg USD/metric ton CPO Karet (RHS)

(30)

1.3.5

Sektor Lainnya

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat

Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy) , atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai 6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83% (yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy).

Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencatat pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja perbankan. Pada periode laporan, aset perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy).

-20% 0% 20% 40% 60% 80% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 T on Volume Pertumbuhan-RHS (yoy) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% -100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014 % M il ia r Rp Kredit Konstruksi Pertumbuhan (yoy)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014 M il ia r R p Total Aset Growth-RHS (yoy)

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 19

Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut masih cukup terjaga.

Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada sektor jasa swasta maupun sektor jasa pemerintah, masing-masing sebesar 5,08% (yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang

tumbuh 3,22% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy). Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014

Total Pajak Hiburan dan Reklame Pertumbuhan (yoy)

(32)

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG

MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT

Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari 2014. Implementasi ketentuan tersebut dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi. Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al2O3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian,

peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina (>98% Al2O3), chemical grade alumina (≥90% Al2O3 atau ≥90% Al(OH)3), atau logam alumunium (Al ≥

99%).

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit

Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar -1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar 81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada

-2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 PDRB SektorTambang gSektorTambang(RHS) - yoy -100% -50% 0% 50% 100% 150% -20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012 2013 2014

Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy)

(33)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan I 2014 21

sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan.

Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan, seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang terdiri dari:

1. Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar. 2. Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi

industri.

3. Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri.

4. Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan.

Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri.

Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain:

No. Perusahaan Lokasi Komoditas Keterangan

1. PT. Indonesia Chemical Alumina Tayan, Kab. Sanggau

Bauksit Commissioning

2. PT. Eka Tambang Utama Kinande,

Kab. Bengkayang

Emas Produksi

3. PT. Segoro Global Mandiri Sei Raya,

Kab. Kubu Raya

Emas Konstruksi

4. PT. Mulia Bravo Wajok,

Kab. Pontianak

Pasir zircon Produksi

5. PT. Sibelco Capkala,

Kab. Bengkayang

Ball clay Produksi

6. Well Harvest Winning Kendawangan,

Kab. Ketapang

Bauksit Konstruksi

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.), Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan smelter.

(34)

Gambar

Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) 1
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan  Mancanegara
Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh kesimpulan bahwa modul dapat mengukur arus yang mengalir pada perangkat embedded dan modul dapat melakukan perhitungan kapasitas baterai yang digunakan

Pertanyaan juri dan peserta (jika ada) direspons dengan jawaban yang memadai, tidak bertele-tele, sesuai dalam hal kapan jawaban perlu dijawab secara lugas dan kapan jawaban

Suara guru: Pertunjukkan barong akan diiringi oleh musik gamelan yang terdiri dari berbagai alat musik tradisional Bali dan dimainkan oleh beberapa orang laki-laki. Alat-alat

Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor yang terkandung dalam garam NaCl kasar

Untuk meminimumkan nilai harmonisa yang terhubung dengan beban motor induksi 3 fasa, maka dapat menggunakan rangkaian filter pasif single tuned , di mana orde yang digunakan

Hasil analisis Kerapatan jenis, Kerapatan relatif, Frekuensi jenis, Frekuensi relatif, Penutupan jenis, Penutupan relatif dan Indeks Nilai Penting mangrove tingkat semai

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya