• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

9. Perlakuan Biaya Produk Rusak Terhadap Harga Pokok Produksi

menurut Mulyadi (2009:303) ada 2:

a. Perlakuan biaya produk rusak jika pencatatan produk rusak dibebankan kepada pesanan tertentu.

Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dengan pesanan, akan menerima pesanan. Karena pesanan ini membutuhkan spesifikasi yang ditentukan pemesan maka produk rusak yang terjadi dibebankan kepada pesanan ini. Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi dengan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Jika terdapat produk rusak dalam produksi tersebut, apabila produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak dikurangkan dari biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan kepada produk yang baik.

Jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak adalah

Dr Persediaan Produk Rusak Xx

Cr Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja dengan kualitas baik adalah sebagai berikut:

Dr Persediaan Produk Jadi Xx

Cr Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja dalam proses pengolahan produk, maka kerugian karena adanya produk rusak sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik. Karena dalam tarif biaya overhead pabrik telah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka seluruh produk yang diproduksi akan dibebani dengan kerugian adanya produk rusak tersebut. Oleh karena itu, kerugian sesungguhnya yang timbul dari produk rusak diterbitkan dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugiannya adalah sebagai berikut:

Dr Persediaan Produk rusak xx

Dr Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku Xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja

Langsung

Xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik Xx

Jurnal Pencatatan produk jadi yang baik adalah sebagai berikut:

Dr Persediaan Produk rusak xx

Cr Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku Xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja

Langsung

xx Cr Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx B. Kajian Penelitian Relevan

Nosra Weti tahun 2016 dengan judul artikel skripsi Analisis perlakuan akuntansi produk rusak pada PT. Indofood CBP sukses makmur tbk pekanbaru, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian Rokan Hulu. Permasalahannya yaitu bagaimana analisis Perlakuan Akuntansi Produk Rusak pada PT.

Indofood CBP Sukses Makmur tbk Pekanbaru. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Dengan hasil penelitian, pada PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Pekanbaru diketahui adanya produk rusak. Produk rusak dibagi menjadi dua jenis yaitu produk rusak laku dijual dan produk rusak yang tidak laku dijual. Selama tahun 2013 persentase produk rusak sebesar 0,21% dari total keseluruhan penjualan dan tahun 2014 sebesar 0,35%. Pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Pekanbaru terdapat produk rusak yang laku dijual dan hasil penjualannya dicatat sebagai penghasilan lain-lain, adanya produk rusak dapat menyebabkan tidak maksimalnya laba yang diperoleh perusahaan.

Rahmi Hidayatul Husna tahun 2015 dengan judul skripsi Analisis perlakuan akuntansi terhadap produk rusak (Spoiled goods) dalam perhitungan harga pokok produksi (studi kasus pada Dapoer Rendang Riry Payakumbuh) Program Studi Ekonomi Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Batusangkar. Permasalahan yang terjadi yaitu Bagaimana perlakuan Akuntansi terhadap produk rusak dalam perhitungan harga pokok produsi pada Rendang Riry Payakumbuh.

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perlakuan akuntansi

terhadap produk rusak dalam perhitungan harga pokok produksi pada Dapoer Rendang Riry Payakumbuh. Dengan hasil penelitian perlakuan akuntansi produk rusak pada Dapoer Rendang Riry, yaitu produk yang rusak dalam penggorengan atau produksi seperti gosong maka produk rusak tersebut dibuang saja. Produk yang rusak pada saat penjualan maka produk rusak tersebut dijadikan donator untuk para karyawan Dapoer Rendang Riry. Perusahaan mengakui perlakuan akuntansi produk rusak terjadi karena sulitnya proses produksi produk rendang, dan memperlakukan biaya produk rusak sebagai penambah harga pokok produk yang baik, disebabkan produk rusak tidak laku dijual maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai penambah harga pokok seluruh produk jadi masing-masing rendang yang baik.

Pricilia G. Lintong (2014) dengan judul “Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak pada PT. Pabrik gula Gorontalo” Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memperlakukan biaya produk rusak yang terjual sebagai penjualan lain-lain. Dengan demikian harga pokok produksi produk gula yang sesuai standar tidak dibebani biaya produksi yang tinggi.

Persamaan dari ketiga penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang produk rusak, sedangkan perbedaannya ialah pada penelitian Nosra Weti produk rusak yang laku dijual dan hasil penjualannya dicatat sebagai penghasilan lain-lain. Pada penelitian Rahmi Hidayatul Husna produk yang rusak dalam penggorengan atau produksi seperti gosong maka produk rusak tersebut dibuang saja. Produk yang rusak pada saat penjualan maka produk rusak tersebut dijadikan donator untuk para karyawan Dapoer Rendang Riry. dan pada penelitian herawati perusahaan memperlakukan biaya produk rusak yang terjual sebagai penjualan lain-lain. Dengan demikian harga pokok produksi produk gula yang sesuai standar tidak dibebani biaya produksi yang tinggi.

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir

Dari gambar 2.1 diatas penulis akan melakukan bagaimana perlakuan produk rusak dan perhitungan produk rusak serta pembebanan produk rusak menurut akuntansi kemudian dibandingkan dengan perlakuan produk rusak oleh perusahaan PT Tri. Multi Alami Batusangkar.

Dari perbandingan tersebut dapat dilihat mana perhitungan yang lebih efektif dengan memasukkan biaya yang telah diserap oleh produk rusak untuk mengurangi harga pokok produksi, atau hanya menghitung biaya dari produk baik saja.

Bahan Baku Tenaga Kerja Biaya

Overhead Pabrik PT. Tri Multi Alami

Biaya Produksi

Proses Produksi

Produk Rusak

Pembebanan Produk Rusak Terhadap Harga Pokok Produksi

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah dengan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Kasiram,2010:196). Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan bagaimana perlakuan akuntansi produk rusak terhadap perhitungan harga pokok produk produksi dan menganalisis sesuai dengan teori yang ada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan bertempat di PT. Tri Multi Alami yang beralamat di Jl. Puti Bungsu Kiambang, Kav. 17 Batusangkar yang dimulai dari Februari sampai Juli 2018.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder yaitu data-data yang sudah tersedia dalam bentuk laporan biaya-biaya yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh pihak lain (Indrianto Supomo, 2011:147). Sumber data dalam penelitian ini adalah catatan yang dibuat oleh PT. Tri Multi Alami Batusangkar mengenai informasi data biaya produksi dan data laporan keuangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan, surat, buku harian dan

dokumen-dokumen (Sugiyono, 2010:240). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa laporan hasil produksi dan biaya-biaya produksi.

E. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen dalam Ahmadi (2014:230) mengatakan bahwa teknik analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan material - material lainnya yang dikumpulkan yang akan digunakan untuk mengerjakan data, mengorganisasikan data, membaginya menjadi satuan satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari dan mumutuskan apa yang akan dilaporkan.

Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan mengolah data tersebut dan melakukan analisis terhadap data- data tersebut dengan cara:

1. Melakukan Perhitungan harga pokok produk rusak langkah- langkah sebagai berikut:

a. Menghitung biaya yang terdapat dalam unsur- unsur harga pokok produksi

1) Menghitung Biaya bahan baku

BBB = Kuantitas Bahan X Harga Perunit Bahan Baku 2) Menghitung biaya tenaga kerja langsung

BTKL = Tarif Upah X Jam Kerja Karyawan 3) Menghitung biaya overhead pabrik

Overhead pabrik dihitung dengan cara menjumlahkan semua biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, dan mencatat nya dengan cara mendebitkan biaya overhead pabrik dan mengkreditkan rekening yang dikreditkan, maksud dari rekening yang dikreditkan yaitu semua biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2009:205).

b. Menghitung harga pokok produksi 1) Menghitung harga pokok produksi

Penentuan harga pokok produksi menggunakan full costing.

Metode Full costing ( Mulyadi, 2009:17)

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik xx

Biaya produksi xx

Barang dalam proses awal xx

Harga pokok produksi sebelum disesuaikan xx Barang dalam proses akhir (xx)

Harga pokok produksi xx

2) Menghitung harga pokok produksi per Pcs produk Harga pokok produksi per Pcs = Harga Pokok Produksi Total Produksi (unit) 3) Menghitung harga pokok produk rusak

Biaya Produksi X Produk Rusak Unit Yang Diproduksi

2. Pembebanan harga pokok produk rusak

a. Perhitungan Produk rusak jika dibebankan ke seluruh produk 1). Perhitungan biaya produksi

Dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2). Perhitungan biaya persatuan

Biaya persatuan atau biaya perunit dihitung dengan cara membagi total biaya produksi masing-masing item dengan jumlah produksi.

3). Harga pokok produk rusak

Dihitung dengan cara mengalikan biaya perunit dengan jumlah unit produk rusak

4). Persentase produk rusak

Dihitung dengan cara membagi nilai jual produk rusak dengan harga pokok produk rusak

5). Biaya produksi produk rusak

Dihitung dengan cara mengalikan persentase produk rusak dengan harga pokok produk rusak

b. Mencatat jurnal yang terkait dengan produk rusak

1) Mencatat jurnal untuk produk rusak bersifat normal, tidak laku dijual (Mulyadi, 2009:305)

Barang dalam proses- BBB xx Barang Dalam Proses-BTKL xx Barang Dalam Proses-BO P xx

Persediaan Bahan Baku xx

gaji dan Upah xx

Biaya Overhead yang Dibebankan xx

2) Mencatat jurnal yang terkait dengan produk rusak yang dibebankan ke seluruh produk (Mulyadi, 2009:303)

Jurnal pencatatan produk jadi yang baik adalah sebagai berikut:

Persediaan Produk Rusak xx

BOP Sesungguhnya xx

Barang Dalam Proses-Bahan Baku xx Barang Dalam Proses- BTKL xx Barang Dalam Proses-BOP xx

3. Produk baik

Biaya produksi awal sebelum dipengaruhi oleh produk rusak dikurangi dengan biaya produksi produk rusak.

Dengan jurnal sebagai berikut:

Persediaan Produk Jadi xx

Barang dalam proses-BBB xx Barang dalam proses-Biaya TKL xx Barang dalam proses-BOP xx

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil PT Amanah Insanillahia 1. Sejarah berdirinya perusahaan

PT. Tri Multi Alami didirikan pada tahun 2014, pendirinya adalah Bapak Elfiadi,SE sekaligus sebagai Direktur dari PT. Tri Multi Alami.

Kegiatan perusahaan adalah mengoperasikan Pabrik yang dimiliki oleh PT. Amanah Insanillahia yang kegiatannya bertujuan untuk mengelola sumber daya alam yang berlokasi di Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum Daerah Tingkat II Kabupaten Tanah Datar. Sumber daya alam berasal dari sumber mata air Kiambang yang berjarak 100 meter dari perusahaan. Produksi yang dilakukan oleh PT. Tri Multi Alami ada 2 yaitu memprduksi Air Minum Dalam Kemasan dan memproduksi kemasan.

2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi

Sesuai dengan perkembangan Teknologi sebagai pemenuh kebutuhan manusia, maka PT. Tri Multi Alami memiliki beberapa visi dari usahanya, yaitu:

1) Ikut ambil bagian dalam dunia usaha

2) Dengan meningkatkan hasil produksi dan mengutamakan mutu, maka PT. Tri Multi Alami akan berperan juga di dunia usaha menuju pasar bebas

3) Dengan adanya mutu yang baik, maka air minum (mineral) PT. Tri Multi Alami akan lebih berpotensi dan berpengaruh di pasaran dunia.

4) Mengurangi pengangguran di Batusangkar b. Misi

Misi dari perusahaan yaitu, untuk mencapai industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang terbaik dan memberikan

pelayanan yang tepat, cepat dan efektif yang merupakan harapan pelangan.

c. Sistem Manajemen Mutu

PT. Tri Multi Alami menerapkan lingkup sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 SNI 01-3553-2008 untuk Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) untuk semua elemen desain dan pengembangan serta memperoleh sertifikat halal MUI Sumatra Barat. Adapun Motto dari PT. Tri Multi Alami adalah “MUTU KOMITMEN KAMI”.

d. Lingkup Sertifikasi

PT. Tri Multi Alami mengajukan sertifikat untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sesuai persyaratan SNI 01-3553-2008 yang dikemas dalam 3 jenis meliputi:

1). Galon 19 liter 2). Botol

3). Cup 240 ml 4). Cup 220 ml

Pengolahan dilakukan dengan menggunakan teknologi yang modern serta dikemas dengan mesin pengisian yang canggih serta otomatis.

e. Aset yang dimiliki oleh perusahaan 1) Tanah

Tanah yang dimilki oleh perusahaan adalah tanah yang dijadikan sebagai tempat berdirinya bangunan pabrik.

2) Bangunan

Bangunan yang dimiliki perusahaan terdiri dari bangunan kantor dan bangunan pabrik

3) Mesin – mesin

Peralatan mesin yang dimiliki oleh perusahaan dalam menunjang proses produksi antara lain :

a) Mesin Auto Cup Sealer 4x2 line sejumlah 1 unit, dengan kapasitas produksi gelas 220 ml 4x2 line yaitu 110 karton/ jam

b) Mesin Galon 19L sejumlah 1 unit, dengan kapasitas produksi 200 botol/ jam

c) Peralatan watertreatment sejumlah 1 unit d) Shrink tunel sejumlah 2 unit

e) Generator set sejumlah 1 unit f) Kompesesor sejumlah 1 unit 4) Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT. Tri Multi Alami dapat dikelompokan menjadi 5 kategori yaitu :

a) Peralatan gudang yang terdiri dari Seal Cup, Palet, Lid, Layar dan Etikat

b) Peralatan produksi dan pabrik, antara lain Bak penampung, pompa air, Sand Filter, Carbon Filter, Balance Tank, Lampu Ultarviolet, Graviti Tank, Mesin Filling Cup, Mesing Filling Galon, Mesin Filling Botol

c) Peralatan Labor, antara lain Oven, Buret 25 ml, Erlenmeyer 250 ml, Labu Ukur 250 ml dan 100 ml, Gelas Ukur 100 ml, Pipet Takar 25 ml dan 10 ml, Breaker Gelas 500 ml dan 1000 ml, Bola Isap, Termometer air Raksa, Konduktivity Meter, Turbidy Meter, Inkubator, Waterbath dan Autoclave d) Peralatan Mekanik yang terdiri dari Gerinda Listrik, Bor

Listrik, Pompa Gomok, Pompa Angin, Tabung Las, Trafo Las, Solder dan Kunci.

5) Kendaraan

Kendaraan yang dimiliki perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a) Truk

b) Mobil dinas

3. Struktur Organisasi PT. Tri Multi Alami Gambar 4. 1

Struktur Organisasi PT. Tri Multi

4. Kegiatan Utama PT Tri Multi Alami

Kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan adalah memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan memproduksi kemasan yang akan digunakan untuk memproduksi Air Minum Dalam Kemasan Tersebut

1. Untuk produksi Air Minum Dalam Kemasan terdiri dari : a. Produk dengan kemasan Galon 19 Liter

b. Produk dengan kemasan Cup yang terdiri dari 2 ukuran yaitu kemasan Cup 240 ml, dan Cup 220 ml

c. Produk dengan kemasan botol

2. Untuk produksi kemasan di pabrik terdiri dari:

a. Pembuatan kemasan Galon 19 Liter

b. Pembuatan kemasan Cup yang terdiri dari 2 ukuran yaitu kemasan Cup 240 ml, dan Cup 220 ml

c. Pembuatan kemasan Botol Tabel 4. 1 Sumber: laporan data produksi Cup dan Galon Tahun 2017

Dari tabel produksi Cup dan Galon, hasil produk baik didapatkan dari selisih atas bahan baku dikurang dengan produk rusak. Maka dapat dilihat adanya produk rusak pada masing-masing kemasan, pada kemasan Cup 220 ml produk rusak 1.814 Pcs sedangkan pada kemasan Galon produk rusak sebanyak 2.355 Pcs. Berdasarkan laporan harian pabrik cup

dan galon diatas dapat diketahui faktor-faktor yang menyebkan terjadinya produk rusak, yaitu:

a. Produk rusak yang terjadi karena kesalahan mesin

Produk rusak yang terjadi karena kesalahan mesin yaitu produk rusak yang terjadi karena mesin yang rusak, komponen dari mesin ada yang kurang, karena oli yang belum diganti, spare part belum diganti atau diservis dan hal-hal lainnya yang menyebabkan produk rusak.

b. Produk Rusak yang disebabkan karena listrik mati

Produk Rusak yang disebabkan karena listrik mati merupakan produk rusak yang terjadi karena listrik yang mati secara mendadak, yang menyebabkan bahan baku dari pembuatan botol berupa pre form yang sudah dipanaskan sebelumnya tidak bisa digunakan lagi.

c. Produk Rusak karena kesalahan dari Sumber Daya Manusia/

Pekerjanya

Produk Rusak karena kesalahan dari Sumber Daya Manusia/

Pekerjanya yaitu Produk rusak yang terjadi karena faktor-faktor yang disebabkan oleh kelalain manusia misalnya dalam menyetting suhu yang akan di gunakan untuk memanaskan pre form, pre form yang sudah dilakukan pemanasan tetapi belum dilakukan pemblow-an dan lainnya (Ilham.I.F, 27 juli 2017).

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara penulis dengan Kabag Accounting terkait dengan perlakuan produk rusak, mengatakan bahwa produk rusak merupakan hal yang normal terjadi (Desniwati, 28 Juli 2017). Berikut perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan:

1. Menghitung biaya per pcs bahan baku dari jumlah biaya produksi dibagi dengan jumlah produk baik yang dihasilkan.

Bahan baku yang digunakan untuk produksi Cup yaitu biji plastik Untuk memproduksi 1 pcs produk Cup dibutuhkan 1 pcs biji plastik, Sedangkan untuk produksi galon yaitu Pre Form. Untuk memproduksi

1 Pcs produk Galon dibutuhkan 1 Pre Form. Berikut perhitungan biaya bahan bakunya menurut perusahaan:

Tabel 4. 2

Total Rp. 39.659.102 239.155 Sumber data: Laporan keuangan perusahaan

Berdasarkan tabel, perhitungan biaya per pcs untuk bahan baku cup 220 ml yaitu jumlah biaya produksinya sebesar Rp. 16.308.278 dibagi dengan jumlah produk jadi yang baik sebanyak 166.41 pcs sehingga didapatkan biaya bahan baku per pcs nya Rp.98, perhitungan biaya bahan baku per pcs untuk bahan baku galon yaitu jumlah biaya produksinya sebesar Rp 23.350.824 dibagi dengan jumlah produk jadi yang baik saja sebanyak 72.744 pcs sehingga didapatkan biaya bahan baku per pcs nya Rp. 321.

Berdasarkan tabel biaya bahan baku dapat juga dilihat biaya yang dipakai untuk bahan baku secara keseluruhan adalah sebesar Rp.

39.659.102 dengan total hasil produksi produk yang baik sebanyak 239.155 pcs.

2. Menghitung biaya jasa yang disebut jasa maklon kepada pihak ketiga untuk pembuatan cup dan galon per pcsnya

Tabel 4. 3

Biaya Jasa Maklon/ Tenaga Kerja Tahun 2017

Total Rp. 29.407.230 239.155 Sumber data: Laporan keuangan perusahaan

Karena proses produksi diserahkan perusahaan kepada pihak ketiga maka biaya tenaga kerja langsung tidak ada dalam perusahaan, namun perusahaan membayar biaya atas produksi tersebut yang diperusahaan disebut dengan biaya jasa maklon. Berdasarkan tabel, perhitungan biaya per pcs untuk biaya jasa maklon untuk cup 220 ml yaitu jumlah biaya untuk jasa maklon sebesar Rp. 11.055.230 dibagi dengan jumlah produk yang baik saja sebanyak 166.41 pcs sehingga didapatkan biaya per pcs nya Rp. 66, perhitungan biaya per pcs untuk biaya jasa maklon untuk galon yaitu jumlah biaya untuk jasa maklon sebesar Rp. 18.352.000 dibagi dengan jumlah produk yang baik saja sebanyak 72.744 pcs sehingga didapatkan biaya per pcs nya Rp. 245.

Dari tabel biaya jasa maklon dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keseluruhan produk adalah sebesar Rp.

29.407.230, dengan total hasil produksi produk yang baik sebanyak 239.155 pcs.

3. Mentotalkan biaya bahan baku per pcs ditambah dengan biaya jasa maklon sehingga diperoleh biaya utama produksi per pcs

Tabel 4. 4

Biaya utama Tahun 2017 Jenis

Produk

Biaya utama Hasil produksi produk yang Total Rp. 69.066.332 239.155

Sumber data: Laporan keuangan perusahaan

Berdasarkan tabel, biaya utama untuk cup 220 ml didapatkan dari biaya bahan baku cup 220 ml sebesar Rp. 16.308.278 ditambah dengan biaya jasa maklon untuk cup 220 ml sebesar Rp. 11.055.230 sehingga didapatkan biaya utama untuk cup 220 ml sebesar Rp. 27.363.508, biaya utama untuk galon didapatkan dari biaya bahan baku galon sebesar Rp 23.350.824 ditambah dengan biaya jasa maklon untuk galon sebesar Rp.

18.352.000 sehingga didapatkan biaya utama untuk galon sebesar Rp.

41.702.824.

Untuk mendapatkan biaya utama per pcs nya, cup 220 ml biaya utama nya Rp. 27.363.508 dibagi dengan jumlah produk jadi baik 166.41 pcs sehingga didapatkan biaya utama per pcs untuk cup 220 ml sebesar Rp. 164, biaya utama galon Rp. 41.702.824 dibagi dengan jumlah produk jadi baik 72.744 pcs sehingga didapatkan biaya utama per pcs untuk galon sebesar Rp. 573.

Biaya utama untuk keseluruhan produk adalah sebesar Rp.

69.066.332, dengan total hasil produksi produk yang baik sebanyak 239.155.

4. Menghitung biaya overhad pabrik

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Overhead pabrik dihitung dengan cara menjumlahkan semua biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, dan mencatat nya dengan cara mendebitkan biaya overhead pabrik dan mengkreditkan rekening yang dikreditkan, maksud dari rekening yang dikreditkan yaitu semua biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik. Berikut biaya overhead pabrik yang ada di perusahaan:

Tabel 4. 5

Biaya Overhead Pabrik Tahun 2017

No Komponen biaya Biaya

1. Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 41.000.000

2. Biaya Listrik Rp. 16.765.000

4. Biaya sewa kendaraan Rp. 17.870.000 5. Biaya MTE & Perawatan mesin Rp. 12.225.000

Total Rp. 87. 860.000

Sumber data: Data diolah penulis

Biaya MTE dan perawatan mesin disini sama dengan biaya penyusutan mesin, perusahaan tidak memakai istilah biaya penyusutan, tetapi memakai istilah biaya MTE dan perawatan mesin.

Dokumen terkait