• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN PRODUK RUSAK TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI CUP DAN GALON PT. TRI MULTI ALAMI BATUSANGKAR. SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLAKUAN PRODUK RUSAK TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI CUP DAN GALON PT. TRI MULTI ALAMI BATUSANGKAR. SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BATUSANGKAR”.

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (IAIN) Batusangkar

Oleh :

RENNI DERISKA Nim : 14 231 087

JURUSAN EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR 1439 H/2018 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menghitung harga pokok produk rusak Cup dan Galon dan bagaimana pembebanan produk rusak terhadap harga pokok produksi Cup dan Galon pada PT. Tri Multi Alami. Penelitian ini dilakukan pada PT. Tri Multi Alami Batusangkar. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung harga pokok produk rusak terhadap harga pokok produksi.

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif yaitu memberikan gambaran terhadap data-data keuangan pada PT. Tri Multi Alami Batusangkar penulis teliti kemudian penulis mengolahnya untuk bisa mengambaran bagaimana perlakuan produk rusak tersebut. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data berupa mengenai informasi data biaya produksi dan data laporan keuangan.

Hasil penelitian yang penulis dapatkan adalah produk rusak yang disebabkan oleh mesin, kelalaian pekerja, dan listrik yang mati tidak dihitung pada perusahaan sedangkan menurut akuntansi biaya yang ditimbulkan oleh produk rusak harus dihitung sebagai pengurang biaya prodksi dan pembebanannya akan dibebankan pada kerugian.

Kata kunci : Produk Rusak, Perlakuan Produk Rusak.

(6)

ii PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat penelitian ... 7

G. Defenisi Operasional ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Pengertian Biaya ... 8

2. Objek biaya ... 10

3. Sistem Biaya ... 11

4. Biaya dalam Hubungannya dengan Pengendalian ... 12

5. Penggolongan biaya ... 15

6. Akuntansi Biaya ... 21

7. Harga Pokok Produksi... 24

8. Produk Rusak ... 35

9. Perlakuan Biaya Produk Rusak Terhadap Harga Pokok Produksi ... 40

B. Kajian Penelitian Relevan ... 42

(7)

iii

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Profil PT Amanah Insanillahia ... 50

1. Sejarah berdirinya perusahaan ... 50

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 50

3. Struktur Organisasi PT. Tri Multi Alami ... 53

4. Kegiatan Utama PT Tri Multi Alami ... 53

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN

(8)

iv

Tabel 4. 3 Biaya Jasa Maklon/ Tenaga Kerja ... 56

Tabel 4. 4 Biaya utama Tahun 2017 ... 57

Tabel 4. 5 Biaya Overhead Pabrik ... 58

Tabel 4. 6 Perhitungan Biaya Bahan Baku ... 60

Tabel 4. 7 Perhitungan Biaya Jasa/ Tenaga Kerja Langsung ... 61

Tabel 4. 8 Biaya Overhead Pabrik ... 62

Tabel 4. 9 Harga Pokok Produksi Per Pcs ... 63

Tabel 4. 10 Harga Pokok Produk Rusak ... 64

Tabel 4. 11 Harga Pokok Produk Rusak Cup 220 ml ... 66

Tabel 4. 12 Harga Pokok Produk Rusak Galon ... 66

Tabel 4. 13 Biaya Produksi Produk Rusak Cup 220 ml ... 68

Tabel 4. 14 Biaya Produksi Produk Rusak Galon ... 69

Tabel 4. 15 Produk Baik Cup 220 ml... 70

Tabel 4. 16 Produk Baik Galon ... 71

Tabel 4. 17 Harga Pokok Produksi Sebelum Perlakuan Produk Rusak ... 72

Tabel 4. 18 Harga Pokok Produk Setelah Perlakuan Produk Rusak ... 73

(9)

v

(10)

vi

Lampiran 1. 4 ...Error! Bookmark not defined.

(11)

1

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk digunakan. Perusahaan manufaktur menawarkan produk bervariasi dengan harga yang bersaing, sehingga terciptanya persaingan yang semakin kuat. Kualitas sangat berpengaruh terhadap hasil suatu produk, dalam hal ini perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan keefektifan dari proses produksi atau pengolahan produk agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas akan membuat konsumen atau pelanggan merasa puas dengan hasil produk yang ditawarkan perusahaan.

Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah menghasilkan barang atau menambah kegunaan suatu barang. Hasil produksi yang akan dijual ke konsumen diharapkan mempunyai hasil yang sempurna dan jumlah produksi yang maksimal, sehingga bisa dijual sesuai dengan harapan perusahaan. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna maka diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dalam memproduksi. Penentuan harga jual yang tepat dan bersaing merupakan hal yang sangat penting agar perusahaan dapat bertahan dan semakin berkembang. Perusahaan harus dapat menentukan harga jual yang tepat, untuk itu dibutuhkan perhitungan harga pokok produksi yang tepat pula. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat sangat bermanfaat bagi perusahaan, karena dapat mengalokasikan biaya dengan tepat sehingga tidak terjadi pemborosan dan diperoleh harga jual yang tepat.

Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah produk dalam proses awal dan dikurang produk

(12)

dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir (Bustami dan Nurlela, 2010:49).

Perhitungan harga pokok produksi adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga jual suatu produk. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanya perhitungan harga pokok produksi yang tepat, perusahaan yang bersangkutan akan mengalami masalah dalam penentuan harga jual suatu produk.

Perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan produksi tidak bisa lepas dari adanya produk rusak. Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2009:302). Dalam pelaksanaannya tidak lepas dari kendala yang disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, keterbatasan kemampuan mesin dan kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan proses produksi. Hal tersebut mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah di tetapkan.

Dengan adanya produk rusak maka perusahaan mengalami kerugian dalam proses produksi, hal ini disebabkan karena produk itu tidak layak untuk dijual dengan harga yang telah ditentukan perusahaan.

Produk rusak merupakan suatu kerugian, oleh karena itu manajemen perusahaan harus berusaha untuk meminimalkan jumlah produk rusak. Produk rusak pada umumnya diketahui setelah proses produksi, sehingga dalam perhitungan harga pokok produksi produk rusak dianggap sudah menyerap biaya produksi secara penuh, karena produk rusak telah melalui proses produksi, sehingga akan berpengaruh terhadap produk jadi yang dihasilkan. Dengan adanya produk rusak yang terjadi dalam proses produksi meskipun jumlahnya kecil akan

(13)

berpengaruh pada penetapan harga pokok produksi untuk barang jadi yang tidak rusak yang akan dijual, untuk itu perlu diketahui dengan pasti penyebab terjadinya produk rusak tersebut dan apakah produk rusak tersebut masih laku dijual atau tidak.

Kendala yang menyebabkan terjadinya produk rusak dimana produk rusak yang terjadi bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor diantarannya adalah kelalaian dari karyawan, kesalahan dari mesin, dan juga oleh listrik yang sering mati. Produk rusak yang terjadi dalam proses produksi juga menyerap biaya- biaya produksi, yang bisa menyebabkan harga pokok produksi menjadi meningkat.

Perlakuan akuntansi produk rusak harus menjadi perhatian utama untuk keberhasilan perusahaan agar tidak salah dalam penetapan harga pokok produk. Perlakuan akuntansi dimasuksudkan untuk dapat mengatasi permasalahan apabila dalam proses produksi dan aktivitas perusahaan terdapat kesalahan-kesalahan yang menimbulkan produk rusak. Perlakuan akuntansi berfungsi menangani biaya-biaya tambahan produksi produk rusak tersebut, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Ada dua perlakuan akuntansi terhadap produk rusak yaitu produk yang laku dijual dan produk yang tidak laku dijual. Pada perusahaan terdapat produk rusak yang tidak dijual dan langsung dimasukan ke limbah pabrik.

PT. Tri Multi Alami merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Pada saat memproduksi tidak semua bahan baku yang ada menghasilkan produk yang berkualitas baik, kesalahan dari mesin yang disebabkan oleh pengaturan suhu, mesin yang belum di service atau spare part yang tidak diganti, kesalahan dari pekerja yang bisa menyebabkan produk yang dihasilkan menjadi produk rusak, dan kesalahan karena seringnya listrik mati. Berikut produk yang dihasilkan PT. Tri Multi Alami diantaranya sebagai berikut :

(14)

1. Kemasan Galon 19 liter

2. Kemasan Cup yang terdiri dari 2 ukuran yaitu Cup 240 ml, dan Cup 220 ml

3. Kemasan Botol

Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti dua jenis kemasan saja, yaitu kemasan Cup 220 ml dan Galon. Pada kemasan Cup 240 ml tidak penulis teliti karena kemasan Cup 240 ml jarang diproduksi dan hanya diproduksi untuk pesanan khusus saja. Produksi oleh perusahaan manufaktur memerlukan adanya bahan baku, dalam hal ini bahan baku yang digunakan untuk memproduksi Cup 220 ml berupa biji plastik, dari biji plastik inilah yang akan menjadi kemasan Cup. Biji plastik yang dijadikan bahan baku pembuatan Cup 220 ml ini diproduksi langsung oleh perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi Galon disebut dengan Pre From. Pre form yang dijadikan bahan baku pembuatan galon didapatkan perusahaan dari supplier, untuk kemungkinan bahan baku pre form yang rusak dari supplier hanya sedikit sekali, sehingga perusahaan tidak mencatat kerusakan dari supplier.

Berikut ini hasil produksi Cup dan Galon pada Tahun 2017:

Tabel 1. 1

Produksi Cup dan Galon Tahun 2017 Bulan

Bahan Baku Produk Rusak

Produk Baik Cup

220 ml Pcs

Galon Pcs

Cup 220

ml Pcs

Galon Pcs

Cup 220 ml Pcs

Galon Pcs Januari 15.850 6.663 100 245 15.750 6.418 Februari 16.150 5.338 116 194 16.034 5.144

Maret 10.000 7.112 101 302 9.899 6.810

April 13.000 5.871 112 156 12.888 5.715

Mei 15.600 3.684 137 141 15.463 3.543

Juni 20.225 986 230 43 19.995 947

Juli 4.875 7.558 115 620 4.760 6.938

Agustus 15.380 7.815 238 215 15.592 7.600

(15)

Bulan

Bahan Baku Produk Rusak

Produk Baik Cup

220 ml Pcs

Galon Pcs

Cup 220

ml Pcs

Galon Pcs

Cup 220 ml Pcs

Galon Pcs September 13.295 7.923 180 77 13.115 7.846 Oktober 14.42 0 6.874 161 126 14.259 6.748 November 15.980 8.752 206 99 15.774 8.653 Desember 13.000 6.523 122 141 12.878 6.382 Total 168.225 75.099 1.814 2.355 166.411 72.744 Sumber: laporan data produksi Cup dan Galon Tahun 2017

Dari tabel produksi Cup dan Galon, dapat dilihat adanya produk rusak pada masing-masing kemasan. Pada kemasan Cup 220 ml produk rusak 1.814 Pcs sedangkan pada kemasan Galon produk rusak sebanyak 2.355 Pcs. Pada kemasan Cup banyak terjadi produk rusak pada bulan Agustus yaitu sebanyak 238 Pcs, sedangkan pada kemasan Galon produk rusak terbanyak terjadi pada bulan juli yaitu sebanyak 620 Pcs. Banyak produk rusak pada bulan Juli dan Agustus disebabkan oleh sering terjadinya pemadaman listrik oleh PLN dan karena pengaturan suhu mesin yang tidak tepat sehingga saat bahan baku dimasukan kedalam mesin menjadi rusak.

Berdasarkan tabel produksi Cup dan galon selama Tahun 2017 tersebut penulis menemukan permasalahan terkait adanya produk rusak.

Produk rusak yang telah diproduksi sudah menyerap biaya, seperti biaya bahan baku, biaya listrik jika produk tersebut telah menggunakan mesin untuk pengolahan dan biaya tenaga kerjanya jika produk tersebut menyerap biaya untuk tenaga kerja. Semua biaya– biaya yang sudah diserap oleh produk rusak tersebut merupakan biaya- biaya yang termasuk kedalam elemen-elemen harga pokok produksi, yang menyebabkan harga pokok produksi dari produk berkualitas baik yang dihasilkan akan bertambah karena adanya produk rusak, jika perusahaan membebankannya ke harga pokok produksi. Dengan semakin banyaknya produk rusak maka biaya yang dikeluarkan semakin banyak pula dan akan mempengaruhi laba atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan.

(16)

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Perlakuan Produk Rusak Terhadap Perhitungan Harga Pokok Produksi Cup dan Galon PT. Tri Multi Alami Batusangkar”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar Belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi dari masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor yang menyebabkan terjadinya produk rusak pada produksi kemasan Cup dan Galon

2. Biaya- biaya yang digunakan untuk produk yang rusak

3. Perlakuan produk rusak terhadap perhitungan harga pokok produksi pada kemasan Cup dan Galon

4. Perlakuan produk rusak jika harga pokok produksinya dibebankan keseluruh produk

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perhitungan harga pokok produksi pada produk rusak Cup dan Galon?

2. Bagaimana Pembebanan produk rusak terhadap harga pokok produksi Cup dan Galon?

D. Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan permasalahan dan memudahkan penulis dalam melakukan analisis terhadap permasalahan, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana menghitung harga pokok produk rusak Cup dan Galon?

2. Bagaimana pembebanan produk rusak terhadap harga pokok produksi Cup dan Galon?

(17)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk menghitung harga pokok produk rusak Cup dan Galon pada PT. Tri Multi Alami.

2. Untuk mengetahui pembebanan produk rusak terhadap harga pokok produksi Cup dan Galon pada PT. Tri Multi Alami

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat penelitian

a. Bagi Penulis

Bagi penulis yaitu untuk menambah pengetahuan penulis didalam bidang akuntansi terutama mengenai produk rusak dan Harga Pokok Produksi.

b. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah untuk mengetahui pengaruh produk rusak terhadap Harga Pokok Produksi dan meminimalkan terjadinya produk rusak.

c. Luaran penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi referensi perpustakaan IAIN Batusangkar.

G. Defenisi Operasional

Produk rusak (spoiled units) adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi atau standar kualitas dan secara ekonomis tidak mungkin diperbaiki

Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam proses produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

Harga pokok produk rusak adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk rusak, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

(18)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Biaya

Menurut disiplin akuntansi manajemen “cost”= biaya-biaya yang dianggap akan memberi mamfaat diwaktu yang akan datang dan karena itu dicantumkan dalam neraca. Menurut AAA (American Association of Accounting) Cost adalah pengeluaran yang diukurdalam moneter yang telah dikeluarkan atau potensial akan dikeluarkan untuk memperoleh dan mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya expense adalah pengeluaran yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi (Hansen mowen,2009:16).

Tidak hanya berkisar biaya-biaya dan laba saja yang menjadi fokus akuntansi manajemen yaitu:

a. Harus dihubungkan dengan fungsi-fungsi perencanaan dari manajer- manajer

b. Harus dihubungkan dengan ruang lingkup masalah organisasi c. Harus dihubungkan dengan fungsi-fungsi manajemen

d. Harus dihubungkan dengan sistem-sistem pelaksanaan manajemen,oleh fungsi produksi/hasil, rencana atau bagian pelaksanaan yang lain.

Biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa depan bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2009:47). Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya.

Berikut ini diuraikan istilah biaya, kos dan rugi. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:

(19)

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi b. Diukur dalam satuan uang

c. Yang telah terjadi atau yang secara potensi akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Cost adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagian akuntan mendefenisikan biaya sebagai satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang (Mulyadi, 2009:8). Konsep biaya dan terminologinya telah berkembang sesuai dengan kebutuhan akuntansi, ekonomi dan ahli teknik. Definisi biaya:

a. Dalam Arti luas

Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis “(sifat kelangkaan) yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi dalam mencapai tujuan tertentu.

1) Nilai sumber ekonomis yang telah dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya historis yaitu biaya yang telah terjadi dimasa lalu

2) Nilai sumber ekonomis yang akan dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang

Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu,dibagi menjadi:

1) Memperoleh aktiva atau secara tak langsung untuk mendapatkan pendapatan – harga pokok

2) Secara langsung untuk mendapatkan pendapatan dalam periode yang sama dengan terjadinya pengorbanan–beban (Supriyono,2011:16).

b. Dalam Arti Sempit

Dalam arti sempit biaya adalah bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha memperoleh penghasilan. Harga pokok adalah bagian dari harga perolehan atau harga beli aktiva yang ditunda

(20)

pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan dalam rangka merealisasikan pendapatan.

Sering kata cost dipakai secara sinonim dengan kata “expense”.

Beban dapat didefinisikan sebagai ukuran arus kas keluar barang atau jasa yang dipertemukan dengan pendapatan untuk menentukan laba (Supriyono,2011:16).

Expense diukur dengan jumlah penurunan aktiva atau kenaikan utang (kewajiban) yang berkaitan dengan produksi dan pengiriman barang dan penyerahan jasa. Expense dalam arti luas mencakup semua biaya yang telah terpakai yang dapat dikurangkan dari pendapatan. Bila kata cost dipakai secara khusus, maka:

1) Harus dimodifikasi dengan penjelasan seperti direct, prime, conversion, dll

2) Setiap modifikasi berimplikasi atribut tertentu yang penting dalam pengukuran cost dan dapat dicatat dan diakumulasikan untuk pembebanan biaya ke persediaan, penyusutan laporan keuangan dan planning and controlling cost

3) Akuntansi yang terlibat dalam planning,analysis,decision making, juga harus bekerja dengan future, replacement yang tak satupun dicatat (Surjadi, 2013:5).

2. Objek biaya

Objek biaya adalah unsur berupa apapun yang kepadanya dibebankan (Siregar dkk, 2013:39). Objek biaya (Cost objective) menurut Bustami dan Nurlela (2010:8) adalah tempat dimana biaya atau aktivitas diakumulasikan atau diukur. Unsur aktivitas-aktivitas yang dapat dijadikan sebagai objek biaya adalah:

a. Produk b. Produksi

c. Departemen dan pusatnya d. Divisi

(21)

e. Batch dari unit-unit sejenis f. Lini produk

g. Kontrak

h. Pesanan pelanggan i. Proyek

j. Proses

k. Tujuan strategis

Objek biaya tersebut dapat digunakan untuk menelusuri biaya dan menentukan seberapa objektiv, biaya tersebut dapat diandalkan dan seberapa berartinya ukuran biaya yang dihasilkan. (Bastian Bustami dan Nurlela,2010:8)

3. Sistem Biaya

Sistem biaya adalah organisasi dari formulir, catatan dan laporan yang terkoordinasi yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan dan merupakan informasi biaya bagi manajemen. Dalam akuntansi biaya sistem yang dapat digunakan untuk mengalokasikan dan membebankan biaya ke unit produksi dapat dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :

a. Sistem biaya sesungguhnya

Sistem biaya sesungguhnya atau sistem biaya akrual adalah suatu sistem dalam pembebanan harga pokok produk atau pesanan atau jasa pada saat biaya tersebut sudah terjadi atau biaya yang sesungguhnya dinikmati. Penyajian hasil baru akan dilakukan apabila semua operasi sudah selesai pada periode akuntansi yang bersangkutan.

b. Sistem biaya ditentukan dimuka

Sistem biaya ditentukan dimuka adalah suatu sistem dalam pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan atau jasa dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan dimuka sebelum

(22)

suatu produk aatau jasa dikerjakan (Bustami & Nurlela, 2010:39- 40).

Sistem akumulasi biaya menitik beratkan pada tata cara pengumpulan biaya, sedangkan berapa nilai yang dibebankan atau dicatat merupakan masalah pengukuran, dan ditilik dari sisi pengukuran dikenal beberapa alternatif sistem biaya:

a) Sistem biaya akrual

Dalam sistem biaya akrual, seluruh biaya dicatat berdasarkan nilai yang aktual. Sistem ini walaupun secara teori merupakan sistem yang ideal, namun dalam implementasinya kerap menghadapi kendala pengukuran yang sulit dielakkan, terutama dalam pengukuran biaya overhead pabrik.

b) Sistem biaya normal

Untuk mengatasi masalah atau kelemahan biaya akrual, dikembangkan sistem biaya normal, dimana hanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dicatat (diukur) berdasarkan jumlah yang sesungguhnya, dan untuk biaya overhead pabrik dicatat berdasarkan tarif ditentukan dimuka.

c) Sistem biaya standar

Adapun sistem biaya standar, seluruh biaya dicatat berdasarkan standar. Keuntungan pencatatan sistem ini adalah memudahkan pembebanan biaya karena berkurangnya kegiatan pengukuran, karena telah ada kepastian tarif (Witjaksono, 2013:29-30).

4. Biaya dalam Hubungannya dengan Pengendalian a. Biaya yang terkendali (controllable cost)

Biaya yang pada tingkat manajemen tertentu atau yang secara langsung dapat dipengaruhi manajer tertentu. Umumnya biaya variabel dapat dikendalikan dan sebaliknya biaya tetap. Tetapi jika dikaitkan dengan cost center maka semua biaya yang biaya

(23)

menjadi tanggung jawab center bersangkutan adalah terkendalikan.

Sebagai pedomannya:

1. Jika manajer tertentu memiliki wewenang dalam input.

2. Jika manajer tertentu juga berwenang atau bertanggung jawab terhadap output.

3. Jika manajer bertanggung jawab terhadap proses tertentu.

Contoh controllable cost : misalnya bagian pemasaran memerlukan kerja lembur, sehingga harus menambah pembayaran ekstra, maka jika pembayaran ini dapat melebihi kapasitas kerja rutin dan manajer bagian yang bersangkutan harus pula dapat mempertanggungjawabkan kegagalan-kegagalannya.

b. Biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost)

Biaya yang bukan tanggung jawab dan tidak dapat dipengaruhi pusat (center) tertentu.

Contoh: Uncontrollable cost : semua gaji di bagian pemasaran ditetapkan oleh Direksi, dan jika belum memenuhi motivasi karyawan, sehingga terjadi penurunan produksi, maka manajer atau kepala bagian pemasaran tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kurangnya motivasi atau penurunan produksi.

c. Discretonary atau managed cost atau programmed cost

sifat biaya jangka pendek yang berarti kadang-kadang ada dan kadang-kadang tidak ada dan berubah-ubah bisa kecil atau dinaikkan atau tidak perlu dilaksanakan apa yang telah dianggarkan, jika memang keadaan harus demikian.

Contoh: biaya iklan, promosi, riset atau pengembangan. Biaya yang besar ini dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pengeluaran sebagai beban rugi/laba, atau diamortisasikan beberapa tahun, tergantung kebijaksanaan manajemen.

d. Committed cost atau capacity cost

Biaya ini sering pula disebut biaya bersiap atau biaya berjaga- jaga (stand by cost) meliputi semua biaya yang terjadi dalam

(24)

rangka mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemsaran dan administrasi. Beban biaya secara berkala dibebankan ke rugi/laba.

Misalnya biaya penyusutan kativa tetap secara periodik (bulanan atau tahunan) selalu ada sepanjang umur aktiva yang ditetapkan sebelumnya, tanpa melihat perusahaan sedang surut atau maju dan tidak pula dapat dihapuskan atau ditiadakan.

e. Avoidable dan unavoidable cost

Avoidable atau terhindarkan adalah suatu beban biaya yang bersifat tetap dan menjadi tanggungan sendiri oleh suatu bagian tertentu atau biaya yang tidak akan berlanjut.

Unavidable cost sebaliknya merupakan biaya yang menjadi tanggungan bersama suatu organisasi atau biaya yang dirumuskan sebagai fasilitas atau jasa yang dinikmati bersama berdasarkan beban tertentu dengan metode alokasi.

f. Imputed dan sunk cost

Imputed cost ialah biaya yang menyatakan harga beli atau nilai dari suatu kekayaan yang diukur dengan nilai penggunaanya. Biaya ini tidak menyangkut pengeluaran kas yang sebenarnya dan juga tidak dicatat dalam buku-buku perusahaan, terutama dalam perusahaan perorangan.

Misalnya gaji dari pemilik perusahaan atau sewa kekayaan milik perusahaan sendiri.

Sunk cost adalah biaya yang dalam situasi tertentu tidak dapat diperoleh kembali. Pengeluaran yang telah dilakukan pada masa lalu, semuanya tidak dapat diperoleh kembali.

misalnya dalam keputusan untuk penggantian aktiva lama dengan yang baru, nilai aktiva lama atau nilai buku setelah penyusutan aktiva lama merupakan sunk cost dan tidak relevan untuk dipertimbangkan dalam penggantian tersebut. Karena nilai tersebut tetap ada ataupun tetap merupakan kerugian/biaya,

(25)

jelasnya tetap merupakan biaya baik aktiva digunakan ataupun diganti, kecuali:

1) Nilai residu yang dapat mengurangi biaya/diperhitungkan dengan aktiva baru;

2) Jika diperhitungkan tax saving (akan dibahas pada bagian capital budgeting).

g. Opportunity cost

Jika suatu keputusan sudah dibuat untuk melaksanakan salah satu alternatif, maka alternatif-alternatif lainnya akan lepas dari tangan.

Manfaat yang lepas karena ditolaknya pilihan yang lain disebut biaya kesempatan atau opportunity cost dari pilihan yang telah dibuat (Ahmad, 2014:36-44).

5. Penggolongan biaya

Penggolongan biaya atau klasifikasi biaya merupakan suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada kedalam golongan–golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Organisasi bisnis pada umumnya menggolongkan biaya menurut kebutuhan informasi. Dalam akuntans, penggelompokan biaya itu sangat penting sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan. sehingga dikenal suatu konsep dalam pengelompokan biaya ini yakni “Different Cost For Different Purpose” Artinya biaya berbeda untuk tujuan berbeda.

Dalam penggolongan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari biaya yang disajikan. Ada beberapa cara penggolongan biaya yang sering dilakukan, antara lain :

a. Pengolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.

Pada perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.

(26)

Oleh karena itu di dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku untuk menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku tersebut yang diolah dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasi secara langsung terhadap produk tertentu. Sedangkan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya produksi yang masuk dalam kelompok biaya overhead pabrik adalah:

a) Biaya bahan baku langsung

Biaya bahan baku lansung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai.

Contohnya yaitu sebagai berikut: kayu dalam pembuatan maubel, kain dalam pembuatan pakayan, karet dalam pembuatan ban, minyak mentah dalam pembuatan bensin.

b) Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contohnya upah asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik.

2) Biaya non produksi

Biaya non produksi adala biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi ini disebut dengan biaya komersial atau biaya operasi. Biaya komersial atau biaya operasi ini digolongkan sebagai biaya periode yaitu biaya-biaya

(27)

yang dapat dihubungkan dengan interval waktu. Biaya ini dapat dikelompokan menjadi elemen:

a) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasan produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya pendalaman dinas dan lain- lain.

b) Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran produk. Seluru biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan pada pemasaran atau produksi, dikelompokan sebagai biaya administrasi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sebagai aktifiatas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi (Hansen Mowen,2009:59).

b. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau department. Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan menjadi dua golongan:

1) Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah suatu objek biaya berkaitan dengan suatu objek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi (biaya ektifitas) (Carles, 2008: hal 35).

2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah biay yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah

(28)

biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu (Garrison Noreen Brower,2013: hal 30).

c. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Penggolongan biaya sesuai dengan aktifitas perubahan terutama untuk tujuan perencanaan, pengendalian serta pengemban gan keputusan. Berdasarkan perilakunya terhadap kegiatan perusahan biaya dapat dikelompokan menjadi:

1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan berubah secara total untuk jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume yang terkait.

Karakteristik biaya tetap adalah : biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam kaisaran volume tertentu, cost per unit berubah dalam kaisaran relevan, dapat dibebankan ke departemen-departemen degan dasar keputusan manajemen atau metode alokasi biaya arbitrer, dan tanggung jawab pengendalian berada di tangan manajemen eksekutif dari supervisor operasional (Lukman,2013: hal 4).

2) Biaya Variable (Variable Cost)

Pengertian harga pokok variable “Harga pokok variabel (variable costing) adalah salah satu 23 konsep penentuan harga pokok produk yang hanya memasukkan semua elemen biaya produksi variabel ke dalam harga pokok produk”. Harga pokok variabel merupakan metode penentuan Harga Pokok Produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam Harga Pokok Produksi yang terdiri dari Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan

(29)

sebagai biaya periodik bersamasama dengan biaya tetap non produksi. Harga pokok variabel juga dapat disebut variabel costing. Harga pokok variabel merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi,administrasi dan penjualan. Dalam pendekatan ini biaya- biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen Harga Pokok Produksi. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Metode harga pokok variabel mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan metode harga pokok penuh.

Sedangkan menurut Mulyadi (2009, p13) biaya dapat digolongkan menurut:

a. Objek Pengeluaran

Dalam hal ini nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”

b. Fungsi dalam perusahaan

Dalam perusahaan ada 3 fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.

Sehingga dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi:

1) Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. secara garis besar biaya produksi ini

(30)

dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya Pemasaran, merupakan biaya- biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkut dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegitan produksi dan pemasaran produk. Contohnya biaya gaji bagian keuangan , Akuntansi, Personalia dan bagian hubungan masyarakat.

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departeman. dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai biaya dapat dikelompokkan menjadi :

1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Contohnya biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Contoh gaji mandor, listrik, dan lain sebaginya.

d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

(31)

1) Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan jumlah volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan tenagakerja langsung.

2) Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3) Biaya semi fixed adalah Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya gaji direktur produksi

6. Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajar bagaimana cara mencatat, mengukur, dan pelaporan informasi biaya yang digunakan (Bustami dan Nurlela, 2010:4).

Akuntansi biaya adalah salah satu cadang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya (Supriyono, 2011:12).

Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu bidang khusus dari akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya (Mangerongkonda, et al, 2014). Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau penyerahan jasa dengan cara- cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya (Surjadi, 2013:1).

Akuntansi biaya ialah proses pengidentifikasian, perangkuman dan penafsiran aneka informasi yang diperlukan untuk: perencanaan dan pengendalian, pengambilan keputusan manajemen, dan

(32)

perhitungan biaya atau harga pokok barang yang diproduksi (Ahmad, 2011:8)

Akuntansi biaya tidak terbatas penerapannya dalam perusahaan manufaktur saja, melainkan juga dalam perusahaan perbankan, perhotelan, penerbangan dan perusahaan jasa lain. Akuntansi biaya yang diterapkan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang diterapkan dalam perusahaan jasa. Oleh karena itu akuntansi biaya berisi pembahasan biaya perusahaan manufaktur (Mulyadi, 2009:10).

a. Peranan akuntansi biaya

Peranan akuntansi biaya yang dikemukakan oleh Bastian Bustami dan Nurlela (2010:4). Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas, meningkatkan efisiensi serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat srategis. Berkaitan dengan hal tersebut maka akuntansi biaya dapat membantu manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugas berikut :

1) Penyusunan anggaran dan pelaksanaan operasi perusahaan 2) Penetapan metode dan prosedur perhitungan biaya,

pengendalian biaya, pembebanan biaya yang akurat, serta perbaikan mutu yang berkesinambungan

3) Penentuan nilai persediaan yang digunakan untuk kalkulasi biaya dan penetaan harga, evaluasi terhadap produk, evaluasi kinerja departemen atau divisi, pemeriksaan persediaan secara fisik.

4) Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk satu periode akuntansi, tahunan atau periode yang lebih sigkat

5) Memilih sistem dan prosedur dari alternatif yang terbaik, guna dapat menaikan pendapatan maupun menurunkan biaya.

(33)

b. Tujuan Akuntansi biaya

Akuntansi biaya mempunyai 3 tujuan pokok antara lain (Mulyadi, 2009:7) :

1). Penentuan kos produk yaitu akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya- biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang disajikan dan dikumpulkan adalah biaya yang terjadi lampau atau biaya historis.

2). Pengendalian biaya yaitu pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya.

3). Pengambilan keputusan yaitu akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatata dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan.

c. Manfaat Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya menyediakan salah satu informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan. Manfaat dari akuntansi biaya yang dikemukakan oleh Witjaksono (2013:5) yaitu:

1) Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang dan jasa

2) Sebagai bagian dari alat manajemen, terutama yang berkaitan dengan pengukran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

3) Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan seluruh aspek biaya operasi, misalnya saja untuk kepentingan pajak.

(34)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat akuntansi biaya adalah sebagai alat informasi yang dibutuhkan perusahaan baik untuk kepentingan manajerial maupun kepentingan pelaporan keuangan.

7. Harga Pokok Produksi

Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva (asset), tetapi apabila selama tahun berjala aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban (expense) (Witjaksono, 2013:16). Harga pokok produksi bisa diartikan sebagai semua biaya produksi yang digunakan untuk memproses suatu bahan baku sampai barang jadi dalam suatu periode tertentu. Harga pokok produksi mempunyai perananyang penting dalam pengambilan keputusan perusahaan seperti menerima pesanan atau menolak pesanan. Informasi mengenai harga pokok produksi menjadi dasar manajemen untuk menentukan harga jual produk (Prasiti, et al, 2016:18).

Menurut Ilham (2013) harga pokok produksi adalah elemen penting untuk menilai keberhasilan dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukkan harga pokok produksi yang diproduksikan dalam satu periode tertentu.

Harga pokok produk si adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah produk dalam proses awal dan dikurang produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir (Bustami dan Nurlela, 2010:49).

Menurut Samryn (2012:378) Harga pokok produksi menunjukkan total harga perolehan barang yang dihasilkan dalam proses produksi dalam satu periode akuntansi. Jika tidak terdapat

(35)

persediaan awal dan persediaan akhir barang dalam proses maka harga pokok produksi secara sederhana terbentuk dari pemakaian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya-biaya overhead. Harga pokok produksi merupakan jumlah keseluruhan biaya yang ditrasfer mulai dari departemen produksi sampai kepada gudang barang jadi, biaya ini akan membentuk sistem biaya paralel (Garison, et al , 2013:29).

Jadi, harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang atau sutu produk yang dilakukan selama periode tertentu :

a. Unsur-unsur Harga pokok produksi

Unsur – unsur yang terdapat dalam penentuan Harga Pokok Produksi terdiri dari:

1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku merupakan bagian integral dari produk yang diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung (direct materials cost). Misalnya papan atau kayu pada perusahaan produsen mebel. Biaya bahan langsung ini dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yng diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan kepada produk karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk (Rainborn, 2011, p.52).

Christy, et al (2016:1553) menyatakan Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk. biaya bahan baku adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pada awal proses produksi sampai dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, biaya angkut, penyimpanan dan lain- lain.

Garisson, et al (2013:26) Bahan Baku adalah bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. bahan baku berkaitan dengan semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan

(36)

produk jadi. Biaya Bahan Baku dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a) Bahan Baku Langsung (Direct Material)

Bahan baku langsung adalah bahan baku yang menjadi bagian utama dari produk jadi dimana biasanya dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. (Garisson, et al, 2013:26).

Bahan baku langsung (direct raw material) adalah bahan yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke barang jadi. Bahan baku yang menjadi komponen utama barang jadi merupakan bahan baku langsung karena bahan itu dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke barang jadi. Contohnya, kayu untuk pembuatan perabot, kain untuk pembuatan baju dan kulit untuk pembuatan sepatu. Biaya bahan baku lansung (direct raw material cost) adalah biaya untuk bahan baku langsung yang dipakai (Riwayadi, 2014:48).

b) Bahan baku tidak langsung (inderect material)

Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang tidak terlalu bermanfaat dan berpengaruh secara signifikan dalam produk jadi dan dimasukan kedalam overhead pabrik (Garisson, et al, 2013:26).

Perhitungan harga pokok bahan baku langsung, semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas perolehan bahan baku langsung harus menjadi komponen harga pokok bahan baku, seperti harga beli, diskon pembelian, ongkos angkut pembelian, asuransi bahan baku yang dibeli, biaya pembelian, biaya gudang dan biaya akuntansi. kita perlu menerapkan konsep biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk menghitung harga pokok bahan baku (Riwayadi, 2014:49).

Menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan yang siap untuk diolah,

(37)

merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Oleh karena itu, harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan (older costs), biaya penerimaan pembongkaran, pemeriksaaan, asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku, merupakan unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Didalam praktik, pada umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar bila dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh. Sebagai akibatnya, biaya-biaya yang dilekuarkan untuk memperoleh bahan baku dan untuk menjadikan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah, pada umumnya diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Apabila dalam pembelian bahan baku, pemasok memberikan potongan tuanai (cash discount), maka potongan tunai ini diperlakukan sebagai pengurang terhadap harga pokok bahan baku yang dibeli. Seringkali didalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Hal ini menimbulkan masalah mengenai pengalokasian biaya angkutan tersebut kepada masing-masing jenis bahan baku yang diangkut. Perlakuan

(38)

terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sebagai berikut (Mulyadi, 2009:281):

(1) Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli

Apabila biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada:

(a) Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli

(b) Perbandingan harga faktur jenis bahan baku yang dibeli

(c) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka

(2) Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, tetapi diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Dengan cara ini, biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik. Biaya angkutan yang ssungguhnya dikeluarkan kemudian dicatat dalam sebelah debit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Perhitungan biaya bahan baku (Mulyadi, 2009:292) adalah Biaya Bahan Baku = Kuantitas Bahan X Harga Perunit Bahan Baku. Penilaian persediaan akhir bahan baku (Bustami dan Nurlela (2010:194), dengan menggunakan metode fisik, pada

(39)

metode ini penerimaan dan pengeluaran bahan baku akan dicatat dalam akun persediaan bahan baku. Sedangkan, jika terjadi pembelian bahan baku akan dicatat dalam akun pembelian bahan baku. Jumlah persediaan tidak dicatat secara terus menerus, melainkan hanya pada setiap akhir periode akuntansi.

Jumlah persediaan dapat diketahui saat dilakukan perhitungan fisik atau saat stock opname.

Cara perhitunganya:

Persediaan awal bahan baku xx

Pembelian bahan baku xx

Bahan baku siap digunakan xx

Persediaan akhir bahan baku xx

Biaya bahan baku yang digunakan xx

2) Biaya Tenaga Kerja

Mulyadi (2009:319) tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. sedangkan biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.

Biaya tenaga kerja merupakan kontribusi seorang pekerja kedalam proses produksi, dalam banyak organisasi manufaktur dan jasa, biaya tenaga kerja ini mempunyai peranan yang penting, karena biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya produksi suatu produk, untuk itu biaya tenaga kerja membutuhkan pengukurab, pengendalian dan anlisis yang sistematis. (Bustami dan Nurlela. 2010:207).

Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang merupakan sumbangsih manusia untuk menghasilkan suatu produk dan jasa tertentu. biaya tenaga kerja merupakan pembayaran tenaga kerja sebagai penggunaan jasa untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. biaya tenaga kerja

(40)

merupakan kontribusi seorang pekerja kedalam proses produksi (Rainborn dan Kinney, 2011:207)

Biaya tenaga kerja dalam persahaan manufaktur menurut bastian Bustami dan Nurlela (2010:207) terbagi 2 yaitu:

a). Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri kepada produk yang dihasilkan, merupakan biaya utama untuk mengahsilkan suatu produk atau jasa tertentu, dan secara langsung diidentifikasi kepada produk.

b). Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung

Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung merupakan biaya tenga kerja selain biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan produk atau jasa tertentu. Berikut rumus biaya tenaga kerja langsung sebagai berikut (Mulyadi, 2009:321):

BTKL = Tarif Upah x Jam Kerja Karyawan

3) Biaya Overhead Pabrik

Bastian Bustami dan Nurlela(2010:227) Overhead pabrik adalah bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung lainnya yang tidak dapat ditelusri secara langsung keproduk selesai atau tujuan akhir biaya.

Biaya Overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung produk. jika dikaitkan dengan konsep biaya tidak langsung, biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi yang tidak dapat secara mudah ditelusuri ke produk. (Riwayadi, 2016:69)

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu dipertimbangkan guna mengetahui jumlah yang sewajarnya

(41)

dibebankan kepada produk. dua karakteristik yang perlu dipertimbangkan adalah:

a). Hubungan Overhead Pabrik dengan Produk atau Volume Produksi

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu diperhitungkan karena overhead pabrik adalah bagian dari biaya produk, tetapi pembebanan biaya overhead pabrik sulit diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.

b). Overhead Pabrik berurusan dengan elemen – elemen biaya yang berhubungan dengan perubahan biaya overhead pabrik terhadap perubahan volume produksi

Apabila overhead pabrik tersebut dihubungkan dengan perubahan volume produksi maka biaya overhead pabrik dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Bustami dan Nurlela, 2010:227).

Tarif biaya overhead pabrik = Anggaran biaya overhead pabrik Dasar pembebanan

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahna baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang tidak termasuk dalam biaya overhead pabrik antara lain:

a) Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti upah untuk pengawas, mandor, mekanik, tukang reparasi, dan sebagainya.

b) Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam proses pengolahan tetapi kuantitasnya amat kecil dan tidak dapat ditelusuri keberadaannya pada barng jadi.

c) Biaya penyusutan gedung pabrik dan mesin pabrik (Witjaksono, 2013:17).

(42)

b. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Manfaat informasi harga pokok produksi menurut Mulyadi (2009:39-42)

1) Menentukan Harga Jual

Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan digudang. dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertenu untuk menghasilkan informasi biaya produksi satuan produk.

2) Menghitung laba Rugi Bruto Periode Tertentu

Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk. informasi laba atau rugi diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.

3) Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk dalam proses yang disajikan dalam Neraca

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. didalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi setiap periode. Berdasakan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan, neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. biaya produksi yang melekat pada

(43)

produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disdajikan delam neraca sebagai harga pokok persediaan dalam proses.

4) Memantau Realisasi Biaya Produksi

Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi biaya produksi sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

c. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2009:17) metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur – unsur biaya kedalama kos produksi. dalam memperhitungkan unsur- unsur biaya kedalam kos produksi, terdapat 2 pendekatan yaitu:

1) Metode Full Costing

Metode full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variable maupun tetap. dengan demikian biaya produksi menurut metode full costing terdapat dari unsur- unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik xx

Biaya produksi xx

Barang dalam proses awal xx

(44)

Harga produksi sebelum disesuaikan xx Barang dalam proses akhir (xx)

Harga pokok produksi xx

Biaya produksi Yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable, biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum).

2) Metode Variable Costing

Metode variable costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berlaku variable kedalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Dengan demikian biaya produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut:

Biaya Bahan Baku xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xx

Biaya Overhead Pabrik xx

Biaya Produksi xx

Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatab variable costing terdiri dari 2 unsur biaya produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap ( Biaya overhead tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

(45)

d. Metode pengumpulan Harga Pokok Produksi

Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: produksi atas dasar pesanan dan produksi masa.

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara lain adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal.

perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persedian digudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi masa antara lain adalah perusahan semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masak, dan tekstil (Samryn, 2012, p.379)

8. Produk Rusak

Produk rusak (spoiled units) adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasi atau standar kualitas dan secara ekonomis tidak mungkin diperbaiki. Walaupun secara teknis produk rusak dapat diperbaiki menjadi produk baik, tetapi biaya perbaikannya terlalu mahal sehingga produk tidak menguntungkan. Produk rusak tidak mungkin diperbaiki karena tingkat kerusakannya berat sehingga biaya perbaikannya terlalu mahal. Produk rusak diketahui pada akhir proses produksi sehingga produk tersebut telah menyerap biaya produksi. Oleh karena itu, harga pokom produk rusak harus dihitung (Riwayadi, 2016:299).

Menurut Bastian dan Nurlela (2010:69) produk rusak adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan

(46)

mengeluarkan biaya tertentu, tetapi biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2009:302).

Jadi, produk rusak merupakan produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan tidak bisa diperbaiki serta sudah menyerap biaya-biaya produksi.

a. Faktor Penyebab Terjadinya Produk Rusak

Menurut Bastian dan Nurlela (2010:69) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya produk rusak, yaitu:

1) Bersifat normal: dimana setiap proses produksi tidak bisa dihindari terjadinya produk rusak,maka perusahaan telah memperhitungkan sebelumnya bahwa adanya produk rusak.

2) Akibat kesalahan: dimana terjadinya produk rusak diakibatkan kesalahan dalam proses produksi seperti kurangnya perencanaan, kurangnya pengawasan dan pengendalian, kelalaian pekerja dan sebagainya.

b. Kerusakan Normal dan Abnormal

Kerusakan Normal dan Abnormal dalam Lintong. P.G dan Tinagon.J.J (2014:843)

1) Kerusakan Normal

Kerusakan Normal adalah kerusakan yang melekat dalam proses produksi tertentu yang tetap saja meskipun operasi telah berlangsung secara efisien. Manajemen memutuskan bahwa tingkat kerusakan yang dianggap normal bergantung pada

(47)

proses produksi. Tingkat kerusakan normal dihitung dengan membagi unit kerusakan normal dengan total unit yang baik yang telah selesai, bukan total unit aktual yang dimulai dalam produksi. Pada umumnya, biaya produksi atau harga prokok rusak yang bersifat normal diperlakukan sebagai bagian dari harga pokok produk selesai, karena adanya produk rusak dianggap perlu untuk menghasilkan sejumlah produk selesai tersebut. Dengan lain perkataan, produk rusak bersifat normal merupakan sesuatu yang direncanakan, dalam arti merupakan konsekuensi logis terhadap keputusan manajemen untuk menggunakan faktor-faktor produksi dan beroperasi pada suatu tingkat efisiensi yang dikehendaki. Harga pokok dari kerusakan normal, biasanya dipandang dari harga pokok dari unit yang sempurna yang diproduksi. Hal ini dikarenakan, pemilihan kombinasi faktor-faktor produksi tertentu atau sulitnya pengerjaan suatu produk tertentu memiliki tingkat kerusakan yang dapat diterima. Produk rusak dalam akuntansi diperlakukan berdasarkan sifat kerusakannya bersifat normal atau tidak normal perlakuan produk rusak juga berdasarkan laku tidaknya produk tersebut dijual.

2) Kerusakan Abnormal

Kerusakan Abnormal adalah kerusakan yang melekatdalam proses produksi tertentu dan tidak akan terjadi pada kondisi operasi yang efisien. Kerusakan abnormal pada umumnya dianggap sebagai hal yang dapat dihindari dan dapat dikendalikan. Pada umumnya, operator lini dan personil pabrik lainnya dapat mengurangi atau mengeliminasi kerusakan abnormal dengan mengidentifikasi penyebab kemacetan mesin, kesalahan operator, dan yang lainnya, serta dengan menempuh langkah-langkah untuk mencegah hal tersebut terulang lagi.

Untuk menyoroti pengaruh biaya kerusakan abnormal,

(48)

perusahaan menghitung unit kerusakan abnormal dan mencatat biayannya pada akun kerugian dari kerusakan abnormal, yang disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi.

c. Perlakuan Akuntansi Terhadap Produk Rusak 1) Produk Rusak Bersifat normal, laku dijual

Produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai (Bustami dan Nurlela, 2010:123):

a) Penghasilan lain- lain

b) Pengurang biaya overhead pabrik

c) Pengurang setiap elemen biaya produksi d) Pengurang harga pokok produk selesa

Dr Kas Xx

Dr Pengendali Overhead Pabrik Xx

Cr Produk Dalam Proses- Bahan Xx

Cr Produk Dalam Proses- Tenaga Kerja Xx

Cr Produk Dalam Proses-BOP Xx

(Bustami dan Nurlela, 2010:70)

2) Produk rusak bersifat normal, tidak laku dijual

Produk Rusak bersifat normal tidak laku dijual, maka harga pokok produk rusak akan dibebankan ke produk selesai, yang mengakibatkan harga pokok produk selesai menjadi lebih besar (Bustami dan Nurlela, 2010:124)

Dr Pengendali Overhead Pabrik Xx

Cr Produk Dalam Proses- Bahan Xx

Cr Produk Dalam Proses- Tenaga Kerja Xx

Cr Produk Dalam Proses-BOP Xx

(Bustami dan Nurlela, 2010:71)

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah hotel pada tahun 2013 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 Hal ini juga berdampak pada bertambahnya

Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi

1658 Rohmat Agus Md L Desa Palang Rt.01 Rw.02 Kec.Palang Kab.Tuban Prop.Jawa Timur. 1659 Romadyharjo

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam puisi jika dilihat dengan menggunakan analisis semantik yang berfokus pada penganalisisan

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi ekologi, asosiasi dan tumbuhan lain yang berpotensi sebagai obat pada habitat akar kuning di kebun masyarakat di Desa Sungai

Materi profesional terkait dengan materi PPKn, yaitu mencakup Pendidikan Nilai dan Watak, Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan

Dilihat dari hasil data diatas, hal ini dapat diperoleh pada Siklus I pada kecerdasan Interpersonal anak usia 4-5 tahun melalui bermain dengan teknik permainan “Rencana Bersama,

Penelitian ini dibuat untuk membuat aplikasi yang nyaman ketika kita mengakses suatu website menggunakan tablet atau smartphone dengan berbagai ukuran sehingga dari