• Tidak ada hasil yang ditemukan

S , 4 ( S M P I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S , 4 ( S M P I"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

PPKn SMP K-7

i

PENYUSUN

Dr. Rasyid Al Atok, M.H, M.Pd.(Univ.Negeri Malang) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang)

Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang)

Dra. Siti Mulyani (SMPN 5 Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Yudarini Probowati, S.Pd (SMP Nasional Malang) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS)

P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)

PEMBAHAS

Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang)

Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang)

P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Frateran Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang)

Kabupaten Blitar) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang

(2)
(3)

PPKn SMP K-7

i

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN

PPKn SMP

KELOMPOK KOMPETENSI 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PPPPTK PKn DAN IPS

2015

PENYUSUN

Dr. Rasyid Al Atok, M.H., M.Pd. (Univ. Negeri Malang) Rahma Tri Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS) Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang)

Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang)

Dra. Siti Mulyani (SMPN 5 Malang) Gatot Malady, S.IP., M.Si. (PPPPTK PKn DAN IPS) Yudarini Probowati, S.Pd (SMP Nasional Malang) Magfirotun Nur Insani, S.Pd. (PPPPTK PKn DAN IPS)

P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Frateran Malang)

PEMBAHAS

Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Warih Sutji Rahayu, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dr. Sri Untari, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Muthomimah, S.Pd., M.Pd. (SMP Islam Maarif 2 Malang) Murthofiatis Zahrok, S.Pd., M.Pd. (SMPN 21 Malang) Dra. Titik Suparti (SMPN 2, Pagak, Kabupaten Malang)

Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Nurul Qomariyah, S.Pd. (SMPN 4 Malang)

P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd (SMP Katolik Siti Tamami, S.Pd (SMP Lab. Univ. Negeri Malang) Frateran Malang) Anny Nahri R., S.Pd. (SMP Islam Sabilillah Malang) Drs. Totok Supartono, M.Pd. (SMPN 1 Wonodadi Drs. AMZ. Supardono (SMP Katholik Santa Maria Malang)

Kabupaten Blitar) Dwi Utami, S.Pd., M.Pd. (SMP Brawijaya Smart School Malang

(4)

PENGANTAR

Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran.

PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini.

Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.

Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal

Guru dan Tenaga Kependidikan

Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001

(5)

PPKn SMP K-7

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar ix Daftar Tabel x Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 4 C. Peta Kompetensi 5 D. Ruang Lingkup 7

E. Saran Penggunaan Modul 8

Kegiatan Pembelajaran 1 9

A. Tujuan Pembelajaran 11

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 11

C. Uraian Materi 11

D. Aktivitas Pembelajaran 20

E. Latihan / Kasus / Tugas 21

F. Rangkuman 21

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 22

H. Kunci Jawaban 22

Kegiatan Pembelajaran 2 25

A. Tujuan Pembelajaran 27

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 27

C. Uraian Materi 27

D. Aktivitas Pembelajaran 39

E. Latihan / Kasus / Tugas 40

F. Rangkuman 41

(6)

Kegiatan Pembelajaran 3 44

A. Tujuan Pembelajaran 47

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 47

C. Uraian Materi 47

D. Aktivitas Pembelajaran 51

E. Latihan / Kasus / Tugas 52

F. Rangkuman 54

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 54

H. Kunci Jawaban 56

Kegiatan Pembelajaran 4 58

A. Tujuan Pembelajaran 60

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 60

C. Uraian Materi 60

D. Aktivitas Pembelajaran 64

E. Latihan / Kasus / Tugas 66

F. Rangkuman 66

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 67

H. Kunci Jawaban 68

Kegiatan Pembelajaran 5 71

A. Tujuan Pembelajaran 74

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 74

C. Uraian Materi 74

D. Aktivitas Pembelajaran 82

E. Latihan / Kasus / Tugas 83

F. Rangkuman 83

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 84

H. Kunci Jawaban 84

Kegiatan Pembelajaran 6 87

A. Tujuan Pembelajaran 87

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 87

C. Uraian Materi 87

D. Aktivitas Pembelajaran 94

(7)

PPKn SMP K-7

v

Kegiatan Pembelajaran 7 100

A. Tujuan Pembelajaran 100

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 100

C. Uraian Materi 100

D. Aktivitas Pembelajaran 111

E. Latihan / Kasus / Tugas 112

F. Rangkuman 112

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 113

Kegiatan Pembelajaran 8 115

A. Tujuan Pembelajaran 117

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 117

C. Uraian Materi 117

D. Aktivitas Pembelajaran 121

E. Latihan / Kasus / Tugas 123

F. Rangkuman 124

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 125

H. Kunci Jawaban 125

Kegiatan Pembelajaran 9 128

A. Tujuan Pembelajaran 129

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 129

C. Uraian Materi 129

D. Aktivitas Pembelajaran 135

E. Latihan / Kasus / Tugas 136

F. Rangkuman 136

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 137

H. Kunci Jawaban 137

Kegiatan Pembelajaran 10 140

A. Tujuan Pembelajaran 142

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 142

C. Uraian Materi 143

D. Aktivitas Pembelajaran 145

(8)

F. Rangkuman 147

Kegiatan Pembelajaran 11 151

A. Tujuan Pembelajaran 152

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 152

C. Uraian Materi 153

D. Aktivitas Pembelajaran 161

E. Latihan / Kasus / Tugas 163

F. Rangkuman 163

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 164

H. Kunci Jawaban 164

Kegiatan Pembelajaran 12 166

A. Tujuan Pembelajaran 166

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 166

C. Uraian Materi 167

D. Aktivitas Pembelajaran 174

E. Latihan / Kasus / Tugas 174

F. Rangkuman 175

Kegiatan Pembelajaran 13 178

A. Tujuan Pembelajaran 180

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 180

C. Uraian Materi 181

D. Aktivitas Pembelajaran 190

E. Latihan / Kasus / Tugas 191

F. Rangkuman 192

Kegiatan Pembelajaran 14 193

A. Tujuan Pembelajaran 195

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 195

C. Uraian Materi 196

D. Aktivitas Pembelajaran 198

E. Latihan / Kasus / Tugas 199

F. Rangkuman 200

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 201

(9)

PPKn SMP K-7

vii

Kegiatan Pembelajaran 15 204

A. Tujuan Pembelajaran 206

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 206

C. Uraian Materi 206

D. Aktivitas Pembelajaran 217

E. Latihan / Kasus / Tugas 218

F. Rangkuman 219

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 220

Kegiatan Pembelajaran 16 223

A. Tujuan Pembelajaran 225

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 225

C. Uraian Materi 225

D. Aktivitas Pembelajaran 227

E. Latihan / Kasus / Tugas 229

F. Rangkuman 229

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 230

H. Kunci Jawaban 230

Kegiatan Pembelajaran 17 234

A. Tujuan Pembelajaran 236

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 237

C. Uraian Materi 237

D. Aktivitas Pembelajaran 245

E. Latihan / Kasus / Tugas 246

F. Rangkuman 246

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 248

H. Kunci Jawaban 249

Kegiatan Pembelajaran 18 251

A. Tujuan Pembelajaran 253

B. Indikator Pencapaian Kompetensi 253

C. Uraian Materi 253

D. Aktivitas Pembelajaran 268

(10)

F. Rangkuman 269

(11)

PPKn SMP K-7

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Aktivitas Pembelajaran………. 52

Gambar 1.2 Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Negara Institut Demokrasi………. 97

Gambar 1.3 Mekanisme Sistem Peradilan Nasional... 149

Gambar 1.4Pendekatan Saintifik... 212

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peta Kompetensi……….. 6

Tabel 2. Permasalahan Perubahan UUD NRI Tahun 1945……….. 65

Tabel 3 Format Observasi Penilaian Individual……….. 148

Tabel 4 Format Observasi Penilaian Kelompok………. 149

Tabel.5 Deskripsi Langkah Pembelajaran……… 181

Tabel 6 Tingkatan Pertanyaan………... 186

Tabel 7 Cakupan Penilaian Sikap………. 208

(13)

PPKn SMP K - 7 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan.

Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Pedoman penyusunan modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan modul pelatihan yang diperlukan guru dalam melaksanakan kegiatan PKB. Dasar Hukum penulisan Modul PKB untuk Guru PPKn SMPadalah :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

(14)

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

7. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian

Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.

8. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 14 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya

9. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya. 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007

tentang StandarPengawasSekolah

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang StandarTenaga Administrasi Sekolah /Madrasah

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2008 tentang StandarTenagaPerpustakaan

15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 26 tahun 2008 tentang StandarTenagaLaboran

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor;

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

18. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentangStandarPengujipadaKursusdanPelatihan

(15)

PPKn SMP K - 7 3

21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus

22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentangStandarPengelolaPendidikanpada Program Paket A, Paket B, danPaket C. 24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009

tentang Standar Teknisi Sumber Belajar pada Kursus dan Pelatihan

25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 26. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya. 27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011

tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK.

30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013 tentangPetunjukTeknisJabatanFungsionalPenilikdanAngkaKreditnya.

31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Juknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. 32. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2013

tentangPenyelenggaraanPendidikanLayananKhusus

33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152 Tahun 2014 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Pamong Belajar.

34. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya..

35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang StandarNasionalPendidikanAnakUsiaDini.

36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.

(16)

37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Pendidikan dan Kebudayaan.

38. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

B. Tujuan

Modul Grade 7 ini, merupakan kesatuan utuh dari materi-materi yang ada pada modul grade 7. Modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru PPKn SMP dalam memahami materi PPKn Sekolah Menengah Pertama. Modul ini bertujuan dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional materi PPKn SMP sebagai tindak lanjut dari UKG tahun 2015.

Kita akan mengajak Anda, mengkaji terkait materi yang terdiri atas materi pedagogik dan profesional. Materi pedagogik berhubungan dengan materi yang mendukung proses pembelajaran seperti Pendekatan Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, RPP, Penilaian, Sumber dan Media, serta PTK. Materi profesional terkait dengan materi PPKn, yaitu mencakup Pendidikan Nilai dan Watak, Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Permasalahan perubahan UUDNRI Tahun 1945, Permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan tugas Lembaga-lembaga Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penerapan Hak dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia, Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika, Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan, Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI, Penerapan Norma dan Peraturan Perundang-undangan Nasional, Permasalahan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP, Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan penggunaan media dalam pembelajaran PPKn SMP, Permasalahan penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(17)

PPKn SMP K - 7 5

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah :

Kegiatan Pembelajaran

ke -

Nama Mata Diklat Kompetensi

1. Pendidikan Nilai dan Watak Meunjukkan Pendidikan Nilai

dan Watak

2. Penerapan nilai-nilai Pancasila

sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhutuh

Menunjukkan Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh

3. Permasalahan penerapan

bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Menunjukkan Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

4. Permasalahan perubahan

UUDNRI Tahun 1945

Menunjukkan Permasalahan perubahan UUDNRI Tahun 1945

5. Permasalahan penerapan

pokok-pokok pikiran

Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Menunjukkan Permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

6. Penerapan tugas

Lembaga-lembaga Negara dalam

UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Menunjukkan Penerapan tugas Lembaga-lembaga Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

7. Penerapan Hak dan kewajiban

Asasi Manusia di Indonesia

Menunjukkan Penerapan Hak dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia

8. Penerapan penegakan hukum

yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Menunjukkan Penerapan

penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

9. Harmonisasi dan kerukunan

dalam keberagaman

berbingkai Bhinneka Tunggal Ika

Menunjukkan Harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika

10. Perwujudan Persatuan dan

Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan

Menunjukkan Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan

11. Permasalahan menjaga,

memperkuat dan memperkokoh NKRI

Menunjukkan Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI

12. Penerapan Norma dan

Peraturan Perundang-undangan Naional

Menunjukkan Penerapan Norma dan Peraturan Perundang-undangan Naional

(18)

pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP

penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP

14. Permasalahan penerapan

model pembelajaran PPKn SMP

Menunjukkan Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP

15. Permasalahan penerapan

penilaian hasil belajar PPKn SMP

Menunjukkan Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP 16. Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP Menunjukkan Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP 17. Permasalahan penggunaan

media dalam pembelajaran PPKn SMP

Menunjukkan Permasalahan penggunaan media dalam pembelajaran PPKn SMP

18. Permasalahan penerapan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menunjukkan Permasalahan penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(19)

PPKn SMP K - 7 7

D. Ruang Lingkup

Materi PPKn SMP

Profesional

Pendidikan Nilai dan Watak

Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuhutuh

Permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Permasalahan perubahan UUDNRI Tahun 1945 Permasalahan penerapan pokok-pokok pikiran Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Penerapan tugas Lembaga-lembaga Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Penerapan Hak dan kewajiban Asasi Manusia di Indonesia Penerapan penegakan hukum yang berlaku dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Harmonisasi dan kerukunan dalam keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika

Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam berbagai Lingkungan kehidupan

Permasalahan menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI

Penerapan Norma dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional

Pedagogik

Permasalahan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP

Permasalahan penerapan model pembelajaran PPKn SMP

Permasalahan penerapan penilaian hasil belajar PPKn SMP

Permasalahan pelaksanaan pembelajaran PPKn SMP Permasalahan penggunaan media dalam pembelajaran PPKn

SMP

(20)

E. Saran Penggunaan Modul

Agar peserta berhasil menguasai dan memahami materi dalam modul ini, lalu dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di sekolah, maka cermati dan ikuti petunjuk berikut dengan baik, antara lain:

 Penguasaan materi pedagogik yang mendukung penerapan materi profesional  Penguasaan materi profesional sebagai pokok dalam pembelajaran PPKndi SMP  Bacalah setiap tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi pada

masing-masing kegiatan pembelajaran agar anda mengetahui pokok-pokok pembahasan

 Selama mempelajari modul ini, silakan diperkaya dengan referensi yang berkaitan dengan materi

 Perhatikan pula aktivitas pembelajaran dan langkah-langkah dalam menyelesaikan setiap latihan/tugas/kasus

 Latihan/tugas/kasus dapat berupa permasalahan yang bisa dikerjakan dalam kelompok dan individu

 Diskusikanlah dengan fasilitator apabila terdapat permasalahan dalam memahami materi.

(21)

PPKn SMP K - 7 9

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN KARAKTER

DALAM PPKn

Oleh: Drs. H. Haryono Adi Purnomo

A. Latar Belakang

Kecenderungan global menggambarkan sebuah titik balik dalam peradaban manusia dengan tumbuhnya kembali kesadaran akan nilai. Bahkan untuk bidang keilmuan yang dulunya dianggap bebas nilai, banyak diangkat kedudukan dan peran nilai. Tidak ada lagi sains bebas nilai. Dimanapun berbicara tentang sains yang bermuatan nilai, maka dititik manapun nilai itu akan melekat. Nilai itu bisa muncul pada sat pengambilan keputusan untuk melakukan eksperimen, bisa muncul pada saat melaksanakan eksperimen dan bisa juga muncul pada saat mengaplikasikan hasil eksperimen tersebut. Oleh sebab itu masuknya nilai-nilai itu memberikan moralitas pada riset ilmiah. Sama halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat kental bermuatan nilai yang melekat pada budayanya.

Inti persoalannya sekarang adalah nilai, yaitu tema-tema sentral makna kehidupan yang sering diperbincangkan secara serius dan sekarang nilai-nilai itu diberikan secara proporsional sehingga menjadi substansi pendidikan dewasa ini. Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.

Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia berusaha untuk mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah nilai-moral. Pendidikan seyogyanya dalam proses pembelajarannya tidak semata-mata hanya untuk kepentingan kemampuan saja, melainkan harus mampu menyeimbangkan kebutuhan nilai-moral dan intelektual. Nilai-nilai itu dikembangkan melalui proses pendidikan merupakan tema-tema abstrak yang disadari atau tidak disadari menyatu dengan perilaku seseorang. Nilai sebagai substansi pendidikan merupakan upaya memperkokoh keyakinan peserta didik agar berbuat kebenaran, kebaikan, keindahan dan sebagainya yang keberhasilannya dapat diidentifikasi dari sejumlah perilaku pada tema-tema nilai tertentu.

Upaya membangun kualitas manusia melalui pendidikan persekolahan terus dilakukan dan tidak akan berhenti selama manusia itu masih ada. Proses itu berlangsung secara terus menerus dan simultan. Keberadaan manusia pada saat ini ditentukan oleh pendidikan sebelumnya dan keberadaan manusia yang akan datang akan ditentukan oleh proses pendidikan pada saat ini. Berhasil tidaknya suatu upaya pendidikan ditentukan banyak faktor mulai dari tataran makro sampai mikro, dan pemberdayaan pendidikan tidak hanya sebatas melengkapi aspek atau komponen pendidikan

(22)

semata-mata. Pendidikan harus dibangun atas dasar prinsip-prinsip sosio-kulturan-spiritual secara kokoh.

B. Tujuan

Setelah mempelajari Modul ini, diharapkan Anda dapat menunjukkan pendidikan nilai moraldan karakter dalam PPKn

C. Peta Kompetensi

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup materi modul ―Pendidikan Nilai, Watak dan Karakter dalam PPKn‖, meliputi:

1. Pendidikan nilai moral, 2. Pendidiikan karakter,

3. Kaitan pendidikan nilai moral dan karakter

E. Saran Cara Penggunaan Modul

Modul ini terdiri dari satu Kegiatan belajar. Dalam Kegiatan Belajar tersebut disajikan mengenai Pendidikan Nilai Moral, Karakter dan Kaitan antara pendidikan nilai dan watak, Kegiatan Belajar tersebut dirancang untuk pencapaian tujuan menunjukkan pendidikan nilai, watak dan karakter dalam PPKn. Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.

2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki.

3. Cobalah anda tangkap pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda 4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan.

Pendidikan nilai moral

Pendidikan Karakter

Kaitan antara pendidikan nilai moral dan karakter

Pendidikan Nilai Moral dan karakter

(23)

PPKn SMP K - 7 11

5. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. 6. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini

berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.

Selamat belajar !

Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan

1. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan pendidikan nilai moralsecara benar

2. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan pendidikan karakter secara benar

3. Dengan membaca materi modul peserta diklat dapat menunjukkan kaitan pendidikan nilai moral dan karakter secara benar

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menunjukkan pendidikan nilai moral 2. Menunjukkan pendidikan karakter

3. Menunjukkan kaitan pendidikan nilai moral dan karakter

C. Uraian Materi

1.Pendidikan Nilai Moral

Istilah value yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai dan dapat dimaknai sebagai harga (Mulyana, 2004: 7). Namun ketika dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tertentu, ―harga‖ yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam. Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai tidak hanya disebabkan oleh minat manusia terhadap hal-hal yang material, maupun kajian ilmiah tapi lebih dari itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk menyadari dan memanfaatkan makna kehidupan. Manusia dituntut untuk menempatkannya secara seimbang atau memaknai harga-harga lain dengan harga keyakinan beragama yang secara hirarkhis memiliki nilai akhir yang lebih tinggi.

Perbedaan cara pandang dalam memahami nilai berimplikasi pada perumusan definisi nilai (Mulyana, 2004: 9-10):

- Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya (Gordon Allport, 1964).

- Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kuperman, 1983).

(24)

- Nilai adalah alamat sebuah kata ―ya‖ atau nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan kata ya (Hans Jonas – Bertens, 1999).

- Nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan

terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan (Kluckholm – Brameld,

1957).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang.Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam praktik tindakan. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar, dan diraih, maka nilai melekat pada tindakan. Misalnya: ―seseorang berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi keikhlasan, pada hal tindakannya banyak menampilkan kaidah untung-rugi secara material‖

Nilai dapat merujuk pada sekumpulan kebaikan yang disepakati

bersama.Ketika kebaikan itu sudah menjadi aturan atau menjadi kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah norma.Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku atau tindakan.Nilai dilukiskan suatu harga yang diyakini seseorang sedang norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial sebagai hasil kesepakatan bersama.Misalnya: ―ketika seorang anak muda melewati orang tua yang sedang duduk, ia harus berjalan setengah membungkuk sambil memiringkan badan seraya berkata permisi…‖

Nilai sebagai suatu keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya. Sifat baik buruk yang dilekatkan pada moral, maka sifat tersebut sudah menyatu dengan tindakan sedang baik buruknya suatu nilai belum tentu diikuti oleh tindakan. Meskipun nilai tersebut dituntut adanya penerapan, sifat kebutuhan penerapannya tidak mendesak. Tema moral erat kaitannya dengan tanggungjawab sosial yang teruji secara langsung, sedangkan tema nilai meskipun memiliki tanggungjawab sosial dapat ditangguhkan untuk sementara waktu. Misalnya: ―ketika seseorang yang diduga memiliki kejujuran tetapi ternyata ia melakukan korupsi, maka dengan serta merta masyarakat menuduh dirinya sebagai orang yang tidak jujur‖.

Nilai yang bersifat abstrak dapat dilacak melalui tiga realitas, yaitu: pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap yang merupakan suatu kesatuan. Pelacakan realitas nilai dapat dilakukan dengan cara mengamati kecenderungan seseorang dalam berperilaku. Pengamatan realitas nilai terdapat perbedaan kultural meskipun rujukannya sama. Prinsip-prinsip relativitas nilai (Ambroise dalam Mulyana, 2004: 23-24) bahwa nilai itu relatif karena perbedaan situasi, kondisi, dan lingkungan

(25)

PPKn SMP K - 7 13

semua nilai dalam hidupnya kecuali berusaha menemukannya; nilai adalah landasan bagi perubahan dan merupakan daya pendorong bagi kehidupan seseorang atau kelompok; nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda (keluarga, masyarakat, agama, media massa, tradisi atau kelompok sebaya).

Nilai menyimpan rahasia yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam. Para ahli mengklasifikasi nilai dari berbagai sudut pandang akan tetapi dalam proses kepemilikannya nilai perilaku tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan sekitar. Rescher membedakan nilai perilaku dalam konteks nilai antara dan nilai akhir, sedangkan Rokeach menggunakan istilah yang berbeda dengan menyebut nilai antara sebagai nilai instrumental dan menyebut nilai akhir sebagai nilai terminal, karena memandang bahwa nilai-nilai pada diri manusia dapat ditunjukkan oleh cara bertingkah laku atau hasil tingkah laku (Mulyana, 2004: 27). Yang dimaksud nilai instrumental adalah bercita-cita keras, berwawasan luas, berkemampuan, ceria, bersih, bersemangat, pemaaf, penolong, jujur, imajinatif, mandiri, cerdas, logis, cinta, taat, sopan, tanggung jawab, pengawasan diri; sedangkan yang dimaksud dengan nilai terminal adalah hidup nyaman, hidup bergairah, rasa berprestasi, rasa kedamaian, rasa keindahan, rasa persamaan, reamanan keluarga, kebebasan, kebahagiaan, keharmonisan, kasih sayang yang matang, rasa aman secara luas, kesenangan, keselamatan, rasa hormat, pengakuan sosial, persahabatan abadi, kearifan.

Hubungan antara nilai instrumental dan nilai terminal tersebut di atas dapat dilihat dari contoh-contoh sebagai berukut.

- Perilaku yang nampak pada saat seseorang memelihara kebersihan/hidup bersih, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah keindahan atau kesehatan.

- Perilaku yang nampak pada saat seseorang mampu mengendalikan dirinya, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah kearifan.

- Perilaku yang nampak pada saat seseorang melaksanakan sopan santun, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten dimilikinya adalah pengakuan sosial.

Nilai-nilai yang bersifat instrumental atau nilai perantara lebih sering muncul dalam perilaku secara eksternal, sedangkan nilai terminal atau nilai akhir lebih bersifat tersembunyi. Nilai instrumental muncul dalam beragam bentuk yang lebih spesifik sedangkan nilai terminal berada pada bentuk tunggal yang bermakna umum dalam konteks cakupan nilai-nilai instrumental terkait. Misalnya nilai instrumental ‖jujur‖ atau dapat disebut nilai kejujuran. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada

(26)

upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; seseorang dapat menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah; orang yang menyatakan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak ―disisipi‖ kepentingan apapun, kemudian menyatakan dengan segala ketulusan dan kaikhlasan hatinya mengenai yang sebenarnya.

Indikator orang yang jujur adalah terbiasa mengakui kesalahan dirinya, terbiasa mengakui kelebihan orang lain, menghindari sikap curang, terbiasa berbuat sesuatu dengan tulus dan ikhlas, terbiasa mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang dimiliki dan apa yang diinginkannya, tidak pernah berbohong, selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik. Jujur itu perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan ke dalam diri sendiri dan ke luar dirinya yaitu norma-norma yang berlaku. Untuk berbuat jujur membutuhkan suatu keberanian yang luar biasa, berani menerima resiko yang fatal sekalipun, keberanian kita dalam mengungkap kejujuran merupakan gambaran dari tingkat keimanan dan ketakwaan kita. Tanyakan kepada diri kita sendiri, sukakah bila kita dibohongi?. Kita akan selalu menjawab tidak suka sebab kebohongan itu menyakitkan, membuat sengsara Jujur bukan sekedar slogan yang hanya indah didengar dan diucapkan, tetapi jujur adalah suatu sikap yang menggambarkan ketinggian akhlak seseorang.

Ciri seseorang yang mempunyai kualitan tinggi adalah orang yang selalu berpikir lebih dahulu ketika hendak berbicara dan tidak akan berbicara jika tidak mengandung kebenaran/kehikmahan. Apabila pengetahuan tentang jujur telah dipahami oleh peserta didik, maka pertanyaannya apakah peserta didik telah berbuat jujur?. Mungkin jawabannya ―ya saya telah berbuat jujur‖. Tetapi setelah ditanya ―mengapa kalian berbuat jujur‖?, mungkin peserta didik akan kesulitan menjawabnya. Hal ini bisa terjadi karena peserta didik hanya mengetahui dan melaksanakan perilaku jujur itu sendiri, belum secara internal telah konsisten memiliki sikap jujur. Mungkin sulitnya menjawab juga disebabkan masih adanya perasaan takut untuk berbuat jujur yang berdampak tidak baik bagi orang lain. Apabila sikap jujur itu secara internal sudah konsisten terhadap diri peserta didik, maka kalau ditanya mengapa berbuat jujur akan menjawab bahwa saya merasa bahagia karena telah berbuat jujur. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tersebut telah mencapai nilai terminal yaitu kebahagiaan yang dibuktikan dengan perilaku sehari-hari untuk selalu berbuat jujur.

Bagaimanapun juga pendidik masih tetap memberikan penegasan bahwa sikap jujur bagi seseorang adalah wajib dalam setiap keadaan baik dalam keadaan senang, sedih, sendirian, dalam keramaian, maupun keadaan serius, bahkan dalam

(27)

PPKn SMP K - 7 15

keseharian kita, dan jadikanlah kejujuran sebagai identitas kita, walaupun mungkin lingkungan kita tidak pernah mendukung.

Berkaitan dengan nilai-nilai tersebut maka yang dijadikan substansi dalam pendidikan adalah nilai instumental karena yang dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran nilai adalah indikator perilaku yang sering muncul.

Pada langkah awal proses pembelajaran nilai, peserta didik perlu dibimbing untuk untuk memperluas wawasan pengetahuannya tentang nilai, sehingga mereka dapat memberikan alasan-alasan yang tepat sebelun mereka dituntut untuk melakukan tindakan. Pendekatan berpikir yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran nilai adalah membuka pengalaman, pengetahuan dan pemahaman dengan melibatkan alasan-alasan peserta didik. Dengan cara demikian, maka proses belajar

untuk mengetahui terhadap nilai dapat dilakukan secara suka rela, walaupun masih

diperlukan penegasan-penegasan dari pendidik.

Peserta didik perlu dibimbing untuk terampil melakukan suatu tindakan dari apa yang diyakininya (misalnya nilai kebenaran, kebaikan, keindahan). Tindakan atau perbuatan adalah dua hal yang melekat dalam kehidupan nyata, sehingga belajar

bertindak dan berbuat merupakan belajar mengalami kehidupan yang sebenarnya

dan bimbingan serta latihannya harus dilakukan secara kontekstual sesuai pengalaman hidup dan prediksi perilaku masa mendatang.

Peserta didik perlu dibimbing untuk menuju kepemilikan sifat-sifat yang baik secara melekat. Nilai yang diputuskan sebagai kebenaran melalui berbagai alasan dan tindakan dalam pengawasan dan bimbingan guru belum tentu menjadi jaminan lamanya nilai itu melekat pada diri peserta didik. Berkaitan dengan itu maka proses pendidikan nilai memerlukan konsistensi, intensitas, dan frekuensi dalam membiasakan hal-hal yang terpuji pada peserta didik, sehingga belajar untuk menjadi benar-benar melibatkan internalisasi yang sangat mendalam.

Pada langkah terakhir proses pembelajaran nilai, peserta didik perlu dibimbing untuk hidup secara harmonis dengan lingkungannya. Tidak dapat hidup tanpa ada kepentingan dengan orang lain. Peserta didik sebagai anggota masyarakat dituntut untuk menampilkan perilaku-perilaku yang baik dan benar, sehingga dapat hidup bahagia dan tidak merugikan orang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran nilai disamping melibatkan kebebasan memilih, keaslian tindakan, dan konsistensi bimbingan, juga membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak (keluarga, masyarakat) untuk ikut serta memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar hidup bersama.

Istilah moral mengandung makna integritas pribadi manusia, yaitu harkat dan martabat seseorang. Derajat keribadian seseorang amat ditentukan oleh moralnya.

(28)

Moral pribadi seperti predikat atau atribut kemanusiaan seseorang. Moral adalah inti dan nilai kepribadian. Bahkan moral bermakna integritas dan identitas manusia. Secara praktis sehari-hari, istilah moral adalah kepribadian seseorang, citra pribadi manusia.

Moral merupakan ukuran nilai dan norma dalam kehidupan pribadi dan sosial manusia. Moral juga merupakan perwujudan kesetiaan dan kepatuhan manusia dalam mengemban nilai dan norma. Oleh sebab itu tujuan dan fungsi molar adalah pengamalan nilai dan norma, sekaligus perwujudan harkat-martabat kepribadian manusia.

Moral menjamin keharmonisan antarhubungan sosial pribadi, karena moral memberikan landasan kepercayaan kepada sesama; percaya atas etiket baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur. Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu dipertimbangkan sebelum bertindak; juga konsekuensi tanggung jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akherat. Moral memberikan landasan kesabaran, untuk bertahan terhadap segala dorongan naluri dan keinginan (nafsu); memberi daya tahan dalam menunda atau menolak dorongan-dorongan yang rendah dan yang mengancam martabat pribadi manusia. Fungsi moral lebih memberilan motivasi kebaikan dan kebajikan dalam tiap sikap dan tindakan manusia; manusia berbuat kebaikan dan kebajikan didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral (Ketuhanan, keagamaan dan atau moral nasional/fisafat negara).

Orang yang berusaha hidup baik secara tekun dapat mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan moral. Keutamaan moral adalah kemampuan yang dicapai seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Misalnya: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan kerja, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih dan sebagainya (Al Purwa Hdiwardoyo:1990).

Nilai moral sebagai nilai dan kesadaran manusia secara universal mencerminkan martabat, budaya dan peradaban manusia. Mulai pengetahuan sampai pengamalan nilai moral sangat menentukan martabat kepribadian manusia. Karenanya secara melembaga baik bangsa dan negara, maupun masyarakat melalui berbagai kelembagaan (pendidikan formal dan non formal) mengembangkan kepribadian manusia melalui pendidikan nilai moral.

Pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pandangan Lickona (1992) disebut "pendidikan watak". Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan

(29)

PPKn SMP K - 7 17

yang harmonis dari berbagai kebajikan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan kaum cerdik-pandai dan manusia pada umumnya sepanjang zaman. Oleh karena itu Lichona (1992, 51) memandang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yakni moral knowing, moral feeling, and moral behavior atau konsep moral, rasa dan sikap moral dan perilaku moral. Bila buah pemikiran

Lickona (1992) tersebut kita kaitkan dengan karakteristik Pendidikan

Kewarganegaraan SD, nampaknya kita dapat menggunakan model Lickona itu sebagai kerangka pikir dalam melihat sasaran belajar dan isi Pendidikan Kewarganegaraan. Setiap nilai Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butir materi Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya harus memiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan pada dasarnya suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan mereka tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang ―asing‖ dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya.

Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Pemerintah RI:2010). Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Pendidkan karakter mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh dignity.

Berdasarkan Naskah Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun

2010 – 2025, karakter yang dikembangkan harus berlandaskan falsafah Pancasila

artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

(30)

a. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain

1) hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, 2) saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya itu;

3) tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. b. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam

1) pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; 2) saling mencintai;

3) tenggang rasa;

4) tidak semena-mena terhadap orang lain; 5) gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; 6) menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; 7) berani membela kebenaran dan keadilan;

8) merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta 9) mengembangkan sikap hormat-menghormati.

c. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap

1) menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan;

2) rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia;

3) memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

d. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin

(31)

PPKn SMP K - 7 19

1) mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; 2) tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;

3) mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama;

4) beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama;

5) menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; 6) berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta 7) nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

e. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan

1) sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; 2) sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; 3) hormat terhadap hak-hak orang lain;

4) suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros;

5) tidak bergaya hidup mewah; 6) suka bekerja keras;

7) menghargai karya orang lain.

3. Kaitan antara pendidikan nilai moral dan karakter

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral dikaitkan dengan konsep pendidikan karakter kiranya dapat dimaknai sebagai berikut:

a. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran memiliki aspek utama sebagai pendidikan nilai dan moral pada akhirnya akan bermuara pada pengembangan watak atau karakter peserta didik sesuai dengan dan merujuk kepada nilai-nilai dan moral Pancasila dan UUD NRI 1945.

b Nilai dan moral Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara sistematis dan

sistemik dikembangkan dalam diri peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap rumusan butir nilai yang telah dipilih

sebagai substansi/kontendan pengalaman belajar (learning

experiences)Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam ketiga dimensi konseptualnya ( kurikuler, sosial kultural dan akademik) secara substantif merupakan

(32)

pendidikan karakter kebangsaan yang bermuatan dan bermuara pada sistem nilai dan moral Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang bermuara pada terbentuknya watak/karakterdan peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat tersebut merupakan modal dasar dan determinan dalam memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu entitas utuh watak/karakterdan peradaban bangsa yang bermartabat ini memerlukan pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral(moral reasoning), perasaan/sikap moral(moral feeling), dan perilaku moral(moral behavior)ber-Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Dengan demikian pula kita dapat menegaskan kembali bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa confluent education, yakni pendidikan yang memusatkan perhatian dan komit pada pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Karena itu pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan salah satu unsur perekat bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

D. Aktivitas Pembelajaran

Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Pendidikan nilai moral dan karakter dalam PPKn‖, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut.

1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul ―pendidikan nilai moral dan karakter dalam PPKn‖.

2. Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini.

3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul baik yang dikerjakan secara individual atau kelompok.

4. Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas terhadap materi modul

5. Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan); 6. Mempersilahkan kelompok untuk berdiskusi materi latihan/kasus/tugas sebagaimana

yang telah dipersiapkan di dalam modul.

7. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar. 8. Penyampaian hasil diskusi;

(33)

PPKn SMP K - 7 21

9. Memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok

10. Menyimpulkan hasil pembelajaran

11. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 12. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 13. Merencanakan kegiatan tindak lanjut

E. Latihan/Kasus/Tugas

Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, kini tiba saatnya anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman anda. Lakukan kegiatan sebagai berikut.

1. Jelaskan nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama! 2. Jelaskan nilai-nilai kebangsaan!

3. Jelaskan nilai toleransi!

Setelah mengerjakan latihan, anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja anda. Jika anda menganggap hasil latihan anda belum sempurna, maka sebaiknya anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.

F.Rangkuman

Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.

1.Empat pilar pendidikan belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup bersama.

2. Proses pembelajaran nilai dituntut untuk menyediakan suasana yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, yang dapat dilakukan melalui cara-cara penyadaran yaitu wawasan pengetahuan tentang nilai, terampil untuk melakukan tindakan, pemilikan sifat-sifat yang baik, dan hidup secara harmonis dengan lingkungannya. 3. Moral mengandung makna prinsip-prinsip benar salah mengenai tingkah laku dan

karakter, dan pendidikan tentang ukuran tingkah laku yang baik.

4. Morale merupakan sikap mental seperti keberanian mengemukakan pendapat, kepatutan terhadap atasan, disiplin tinggi.

5. Moral berhubungan dengan karakter, tentang benar salah, tingkah laku yang baik, mulia dan benar.

(34)

6. Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional.

7. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Anda telah mempelajari materi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan baik. Untuk pengembangan dan implementasinya, Anda dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran PPKn. Hasil pemahaman Anda terhadap materi modul ini akan sangat bermanfaat pada kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu ―Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖.

H.Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas

1. Nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain yaitu sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan sosial yaitu sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

2. Nilai-nilai kebangsaan.

Nilai kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

(35)

PPKn SMP K - 7 23

b. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

3. Nilai toleransi

Toleransi adalah sifat atau sikap toleran (bersifat dan bersikap menenggang yang

berarti menghargai, menbiarkan, memperbolehkan pendirian, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri). Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang dapat diterima yang biasanya dipakai dalam pengukuran kerja.

a. Selalu menghargai kepentingan orang lain b. Selalu menghormati penganut agama lain c. Selalu hidup rukun dalam pergaulan sosial

d. Senantiasa menghindarkan diri dari sikap ekstrem, kesukuan dan kedaerahan e. Selalu membina dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara

Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas. 1. Jelaskan pengertian nilai!

2. Jelaskan nilai instrumental dan nilai terminal! 3. Jelaskan tuntutan pembelajaran moral!

4. Jelaskan konsep dasar pembangunan karakter bangsa! 5. Jelaskan nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa!

6. Jelaskan keterkaitan pendidikan nilai moral dengan watak/karakter!

Setelah menyelesaikan evaluasi ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 85%, silakan Anda terus mempelajari modul berikutnya yaitu ―Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh‖, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 85%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar dalam modul ini.

Penutup

Mudah-mudahan anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam menyusun materi PPKn, pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik.

(36)

Kemampuan-kemampuan yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini akan berguna bagi anda dalam membimbing teman sejawat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Mohon kritik dan saran untuk perbaikan modul ini.

Daftar Pustaka

Adipurnomo, Haryono. 2002. Implementasi Budi Pekerti dalam Kehidupan Sekolah. Malang: PPPG IPS dan PMP.

Artbuthnot, J.B and Faust, D (1981). Teaching Moral Reasoning: Theory and Practice, New York: Harper and Row.

Al Purwa Hadiwardoyo, Drs.,MSF, 1990, Moral dan Permasalahannya, Yogyakarta: Kanisius Cogan J.J. and Derricott ,, B.J. (1998) Miltidemensional Civic Education, Tokyo

Cogan, J. J., (1999) Developing the Civic Society : The Role of Civic Education, Bandung : CICED

Derricott, R., Cogan, J. J. (1998) Citizenship for the 21st century : An International perspective on Education, London : Kogan Page

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa – Pedoman Sekolah, Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan. Mulyana, Rohmat, Dr. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Noor Syam, M. (2006) Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit. Dikdas, Ditjen Mandikdasmen Pemerintah Republik Indonesia 2010, Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa,

Jakarta

Sedyawati, Edy, Prof. Dr. 1997. Pedoman Penanaman Budi Peketi Luhur. Jakarta: Balai Pustaka.

Supriadi, Dedi, Dr. 2004. Pendidikan Nilai Sebuah Megatrend?. Bandung: Alfabeta. Somantri, N (1968). Pendidikan Kewargaan Negara di Sekolah, Bandung: IKIP.

Winataputra (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi, (Disertasi) Bandung: universitas Pendidikan Indonesia.

Republik Indonesia (2003) Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(37)

PPKn SMP K - 7 25

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai

Satu Kesatuan Yang Bulat dan Utuh

Oleh: Rahma Tri Wulandari, S.Pd.

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa daerah, agama, sistem kepercayaan, kultur, sub-kultur, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai keragaman tersebut, bila tidak disikapi dengan nilai positif, maka dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh dalam kehidupan masyarakat di Indonesia bukannya tidak mendapatkan tantangan. Seiring dengan perkembangan jaman, permasalahan yang ada mengalami perbedaan dan setiap negara harus memiliki solusi agar terus berdiri kokoh. Dalam modul ini akan dibahas lebih lanjut tentang permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh sekaligus menggali solusi yang bisa dijadikan acuan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

B. Tujuan

Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) pasca Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru Mata Pelajaran PPKn SMP tentang permasalahan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.

(38)

C. Peta Kompetensi

D. Ruang Lingkup

Modul dengan judul ―Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat dan Utuh‖, meliputi bahasan sebagai berikut:

1. Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh

2. Penerapan Nilai-Nilai Yang Menjiwai Dan Dijiwai Sila-Sila Pancasila

3. Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh

E. Saran Cara penggunaan modul

1. Baca secara cermat modul ini sebelum anda mengerjakan tugas

2. Kerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan dalam modul ini . 3. Kerjakan dengan cara diskusi dalam kelompok di kelasmu

4. Konsultasikan dengan Narasumber bila mengalami kesulitan mengerjakan tugas

5. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.

6. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.

7. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan pendidik lainnya atau teman sejawat. Permasalahan Penerapan

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat dan

Utuh

Pancasila Sebagai Satu Kesatuan Yang Bulat Dan Utuh

Penerapan Nilai-Nilai Yang Menjiwai Dan Dijiwai Sila-Sila

Pancasila

Permasalahan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Satu Kesatuan

(39)

PPKn SMP K - 7 27

8. Cobalah menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar isi yang terkandung dalam modul ini.

Gambar

Tabel 1. Peta Kompetensi
Gambar 1.1. Alur Aktifitas Pembelajaran  E.  Latihan/Kasus/Tugas
Gambar 1.2:Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Negara Institusi Demokrasi  1)  Berdasarkan hasil survey tersebut lembaga negara yang paling dipercaya oleh
Gambar 1.3. Mekanisme Sistem Peradilan Nasional  (Diolah dari berbagai Sumber)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Scanned

Dari grafik: 4 diatas dapat diketahui bahwa hasil minyak ikan pada ulangan pertama, ulangan kedua dan ulangan ketiga menunjukkan garis yang hampir sejajar dan berhimpitan

Cipta Karya Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2014 menyatakan PELELANGAN GAGAL untuk Pengadaan Lelang Pemilihan Langsung Secara Elektronik pada paket pekerjaan :

Hasil Laporan Khusus dapat digunakan sebagi bahan informasi dan reverensi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan keluarga pada klien diabetes

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 5 diamanahkan bahwa Pemerintah Daerah perlu membuat

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan masukan yang bermanfaat kepada pihak Dinas Bina Marga dan Pengairan dan pemerintah daerah Kota Bandung agar bisa

Destinasi memiliki panduan perencanaan, peraturan dan/atau kebijakan yang mensyaratkan adanya penilaian dampak lingkungan, ekonomi. dan